Tampilkan postingan dengan label Status HEP. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Status HEP. Tampilkan semua postingan

Rabu, 23 November 2016

Sedih Dengan Negara Ini | Suara Hatiku


Di mana-mana ada hujatan. Di video, tulisan, status, komentar ..., tapi mereka MERDEKA.


Satu kesalahan mulut melautkan manusia dengan gelombang suara yang tidak hanya menghempas satu jiwa saja, tetapi juga menyeret seluruh butiran pasir di Pantai Kafir. Namun ... mereka MERDEKA.

Derita dan nyawa anak-anak tak berdosa menjadi saksi kebiadaban pribadi-pribadi yang melakukannya atas dasar keyakinan ajaran agama yang sama dengan mereka, tapi DIMANAKAH LAUTAN PUTIH ITU???

Ternyata, kematian anak manusia tidak lebih sadis dari perkara ucapan bibir belaka.

Apakah hanya mereka yang punya hati? Apakah kami diciptakan tanpa hati?

Apakah kami yang meminta ada di negeri ini? Sang Pencipta yang menaruh kami di sini.

Lalu kalau mereka berkuasa atas kemerdekaan, dan hai kamu, kamu dan kamu, yang tak kukenal, bila takutmu ada, mengapa tidak tiadakan saja kami saat baru terlahir di negeri ini, agar kami tidak harus merasakan KEMERDEKAAN kata-kata, tindakan dan perbuatan mereka atas kami?

Panji kemenangan dipersembahkan untuk teriakan penuh amarah, hujatan dan kebencian.

Dan untukmu, wahai jeritan tangis pilu derita dan kematian, terimalah selembar tissue ini beriring lantunan syair nan merdu : "Turut berbelasungkawa yang sedalam-dalamnya."

Hai kamu, kamu dan kamu, yang tak kukenal. Lantunkanlah saja sekarang syair itu selagi telinga kami masih dapat mendengarnya. Sebab siapakah lagi yang akan berbelasungkawa, bila yang tinggal hidup adalah kalian saja?

Biarkanlah mereka menghujat dan mengancam, toh kami tidak meraung di jalan.

Teriakan di jalan memang lebih didengar dari pada isakan tangis di altar-Nya. Seruan membunuh penuh kebencian lebih MERDEKA dari pada jeritan pilu kematian.

Udara di langit negeri ini telah menghembuskan rasa di kecap hatiku. Setitik butiran bening mengalir di sela goresan. Kugurat untuk kehidupan ... sebelum akupun tiada.

Lebih baik buta namun memandang, dari pada melihat namun buta. Lebih baik tuli namun menyimak, dari pada mendengar namun tuli.

Suara hatiku adalah milikku -HEP

Selasa, 22 November 2016

Pindah Agama Kristen Jangan Jelekkan Agama Sebelumnya


Gereja bukan tempat untuk menghina. Gereja bukan tempat untuk mencibir atau menjelek-jelekkan. Gereja bukan tempat untuk menghujat.


Mimbar Pelayanan Firman adalah mimbar pemberitaan firman Tuhan yang tertulis di Alkitab, bukan apa yang tertulis di Kitab Suci lain. 

Beritakan kebenaran Injil Kristus, bukan ketidakbenaran Kitab Suci lain.

Ceritakan tentang Yesus dan tokoh-tokoh Alkitab lainnya, bukan menceritakan nabi lain di luar Alkitab.

Kebenaran Injil Kristus tidak memerlukan ketidakbenaran Kitab Suci lain!! untuk membuat Injil Kristus menjadi benar.

Mimbar Pelayanan Firman dan Ruang Kesaksian di dalam Ibadah Jemaat bukanlah ruang kelas / kuliah/ seminar Studi Perbandingan Agama.

Biarkanlah mereka, yang semula ada di antara kita berpindah ke agama lain, menghujat Yesus dan Injil-Nya. Tetapi jangan sebaliknya.

Belajarlah dari Yesus. Yesus dari Agama Yahudi, tapi Yesus tidak pernah mengejek, menertawakan, melecehkan Agama Yahudi dan Kitab Sucinya. Yang Yesus kecam adalah manusia-manusianya yang hidup dalam kemunafikan.

Jika Roh Kristus sudah ada di hatimu, maka kerjakanlah dan beritakanlah kebenaran tanpa kehilangan KASIH.

Karena, TIDAK ADA KEBENARAN TANPA KASIH.

GOD IS LOVE.
-- HEP

Selasa, 08 November 2016

Hati Seluas Samudera


Hati seluas samudera ... ditimpa besi terbang pun tak retak. Tapi hati seluas gelas kaca, tersentuh sedikit, bisa retak bahkan pecah.


Kalau kita menyanyi "Inilah yang kupunya, hati sebagai hamba ...", maka hati seluas samuderalah yang kita punya, seperti hati Yesus: 
"Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil." (1 Petrus 2:23).

 -- HEP

Kekerasan Hati | Ilustrasi


KEKERASAN HATI itu seperti kerak gosong di panci/wajan. Makin ego, makin tebal keraknya dan mengeras. Kalau sudah seperti itu, tidak bisa lagi dibersihkan dengan penggosok dari bahan busa, melainkan harus memakai kawat penggosok.



Lembutkan hati agar dengan penggosok "busa" saja sudah cukup untuk membersihkan kita. Cukup dengan perkara-perkara lembut saja untuk mendidik kita.

Jangan buat Tuhan harus menggunakan "kumparan KAWAT penggosok" karena kekerasan hati kita sendiri. Itu akan tiba di hidup kita dalam bentuk "rasa sakit". Makin keras hati, makin sakit proses pembersihannya, karena harus digosok KUAT-KUAT, pakai "KAWAT" LAGI!!

Roma 2:5
"Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan."

?? -- HEP

Senin, 29 Juni 2015

Jangan Sesali ...




Jangan sesali apa yang baik yang pernah engkau lakukan di dalam hidupmu. Jangan sesali cinta dan kasih sayang. Jangan sesali kebaikan dan pengorbanan ... walau semua itu sia-sia di mata manusia.

Tetapi bersyukurlah, bahwa di suatu masa tertentu di dalam hidupmu, engkau pernah berarti bagi orang lain, engkau pernah menjadi sukacita dan berkat bagi orang lain, engkau pernah menjadi kebahagiaan bagi orang lain ... meski kebahagiaan itu bukan milikmu selamanya.
"SEBAB ALLAH TIDAK MENYESALI KASIH KARUNIA dan PANGGILAN-NYA" (Rm 11:29). 
Allah tidak menyesali semua yang baik yang sudah Ia lakukan bagi kita, meski itu tak diingat lagi. Allah tidak menyesali cinta dan kasih sayangnya, meski cinta dan sayang tak selalu untuk-Nya. Allah tidak menangisi pengorbanan-Nya, meski semua seakan tak berharga apa-apa. Ia tak menyesali KASIH-NYA yang membahagiakan kita, meski akhirnya Ia tak bahagia karena kita. 

Demikianlah kita DIDIDIK untuk MENGASIHI seperti Ia mengasihi kita. Maka, relakanlah hatimu dan ... bersyukurlah.--**HEP**

Jumat, 26 Juni 2015

Tidak Punya Anak


10 thn sudah kami berumah tangga dan belum dikaruniai anak. Bila kelak dikaruniai, amin. Bila pun tidak, puji Tuhan. Dua-duanya punya INDAHnya sendiri.

Seorang ibu berkata kepada saya, "Bu, siapa yang mengurus Ibu kelak di masa tua? Beda loh, bu, kalau ada anak." Saya menjawab, "Sedangkan Ibu begitu perduli terhadap saya, apalagi Tuhan. Apakah Tuhan tidak akan lebih perduli dari Ibu? Jika Ia tidak mengaruniakan anak, berarti Ia tahu apa yang akan dikerjakan-Nya bagi saya di masa tua saya nanti.

renungan


Anak adalah salah satu jenis kebahagiaan yang dianugerahkan Tuhan. Lalu, apakah itu berarti, ibu-ibu yang tidak memiliki anak tidak bahagia atau tidak lebih bahagia dari yang memiliki anak? Dan apakah itu berarti Tuhan tidak sayang atau Tuhan tidak ingin kita bahagia? Jawabannya: tergantung pada sudut pandang ibu itu sendiri dan suaminya tentang kebahagiaan. 

Jika kebahagiaan itu dipandang dari sudut pandang pikiran manusia, maka akan ada kesedihan dan kekecewaan yang bisa menimbulkan percekcokan bahkan perceraian hanya karena tidak memiliki anak. Si ibu memandang diri adalah ibu yang malang, sang suami memandang isterinya adalah isteri yang sial. Di situlah kebahagiaan menjadi tidak bahagia, yakni di sudut pandang. Saya pastikan demikian, sebab ketidakadaan yang sama juga kami alami, yakni saya dan suami belum memiliki anak. Tetapi suami saya tidak memandang saya adalah isteri yang sial dan saya tidak memandang saya adalah ibu yang malang. Sudut pandang yang berbedalah yang membedakan sehingga walau sama masalahnya, beda menanggapinya, beda memahaminya, beda menyikapinya, Kebahagiaan yang dipandang dari sudut pandang pikiran manusia hanya menuntun kita menjadi pribadi yang tidak dapat bersyukur dengan apa yang ada kita miliki.

Lalu sudut pandang apa yang membuat suatu rumah tangga tidak memandang rumah tangganya kehilangan kebahagiaan karena tidak memiliki anak? Ada banyak sudut pandang yang mengarahkan manusia kepada pemikiran yang positif. Namun satu yang pasti adalah SUDUT PANDANG PIKIRAN ALLAH. Bila hal ini dipandang dari sudut pandang pikiran Allah, maka perkataan yang keluar adalah "Tuhan tidak pernah salah menetapkan suatu keputusan untuk hidup kita".  

Belajar memandang dari sudut pandang pikiran Allah berarti memberi tempat yang selayaknya kepada Allah untuk mengatur hidup kita sesuai yang diinginkan-Nya. Kita hanya ciptaan-Nya. Dibuat untuk maksud-Nya, bukan untuk maksud kita. Allah punya hak untuk membuat kita sesuka hati-Nya. Namun sesuka hati Allah itu bukan "suka-suka" ala manusia yang meremehkan atau menjahati. Semua yang Ia kerjakan tidak ada satupun yang dirancang-Nya untuk maksud yang jahat, tetapi untuk maksud yang baik, indah dan membawa kita kepada sukacita dan damai sejahtera.-- "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11).

Bila Ia tidak/belum mengaruniakan anak, berarti Ia memandang itu BAIK bagi kita. Baiknya dimana? Dipikiran-Nya. Semua yang ditetapkan Allah tidak asal-asalan. Ada pertimbangan, Ada maksud. Ada tujuan. Ada alasan.-- "Bukan tanpa alasan Kuperbuat segala sesuatu yang Kuperbuat." (Yehezkiel 14:23b). Ini bukan saja berlaku dalam hal tidak memiliki anak, tetapi untuk seantero kenyataan hidup kita. Memandang dari sudut pandang pikiran Allah berarti percaya bahwa apapun kenyataan hidup kita, itu ada dalam kerangka kasih Allah. Pikiran Allah tentang apa yang kita terima dari-Nya dan apa yang tidak, semua berasal dari HATI-Nya: hati yang mengasihi kita. Mempercayai hati Allah dan pemikiran-pemikiran-Nya untuk kita membuat kita dapat mensyukuri semua hal di hidup kita sebagai suatu proses Tuhan untuk membawa kita kepada kebahagiaan yang sesungguhnya. Seorang yang memandang hidupnyad dari sudut pandang pikiran Allah akan dapat melihat KEINDAHAN YANG TAK DAPAT DILIHAT OLEH MATA DUNIA. Sehingga adalah tidak mungkin untuk tidak mengatakan, "Terimakasih Tuhan".

Dapatkah Anda berkata, 'Terimakasih Tuhan karena saya/kami belum/tidak dikaruniai anak"?? Dapatkah? Selama Anda belum dapat mensyukurinya, itu berarti Anda masih terkurung dalam kerangka pikiran manusia semata-mata, yang memandang kebahagiaan hanya pada ukuran tertentu atau pada hal-hal tertentu saja. Tetapi bila Anda telah belajar memandang hidup Anda dari sudut pandang pikiran Allah, maka Anda akan melihat bahwa kebahagiaan Anda ada di seantero hidup Anda, bukan di hanya di satu hal atau di satu bagian di hidup Anda. Anda akan memandang seluruh kehidupan Anda adalah paket kebahagiaan dari Allah, termasuk air mata yang mengalir dalam sakit, dalam susah, sedih dan duka. Semua ada dalam satu paket KASIH ALLAH. Memang menyakitkan secara daging, menyedihkan secara manusia. Tetapi jika Anda percaya bahwa ada Tuhan di seantero hidup Anda, Anda akan tenang, sebab Anda tahu bahwa Ia ada untuk mengerjakan yang baik di hidup Anda, bukan yang buruk. 

Oleh sebab itu, pandanglah segala sesuatu dari sudut pandang pikiran Allah, agar sekalipun Anda belum/tidak memiliki anak, Anda tidak menganggap diri tidak bahagia, karena kebahagiaan yang Anda lihat bukan kebahagiaan berdasarkan ukuran dunia, tetapi berdasarkan kebahagiaan yang berasal dari Allah, yang tidak terlihat dari mata duniawi, tetapi jelas dari mata sorgawi (mata iman).

Bila Anda sudah dapat mensyukuri hidup Anda, sekalipun tanpa anak, sekalipun tanpa emas dan permata, sekalipun tanpa kedudukan dan kehormatan, sekalipun tanpa kenikmatan dan kemewahan, maka berbahagialah, sebab itu berarti kebahagiaan yang tak terlihat dunia itu adalah milikmu. Namun sebaliknya, selama Anda tidak dapat bersyukur, selama itu juga Anda tidak akan pernah menganggap diri Anda bahagia. Kebahagiaan memang adalah milik orang-orang yang bersyukur. Amin !!
---
"Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Mat 16:23; Mrk 8:33).--**HEP**

Rabu, 24 Juni 2015

Katakan Selagi Orangnya Masih Hidup

bijak hidup


Ketika seseorang telah terbujur kaku, segala hal yang baik tentangnya terucap. Bahkan seorang penjahat pun jadi disebutkan punya baik di dirinya pada kata-kata sambutan yang dipidatokan di hari pemakamannya. MENGAPA TIDAK MENGATAKAN ITU PADA SAAT ORANGNYA MASIH HIDUP?

Seseorang tak akan menjadi lebih baik jika hal-hal yang buruk saja di dirinya yang diperdengarkan kepadanya. Malah ini bisa menimbulkan "kebal kritik". Ia bisa menjadi tidak perduli lagi terhadap pandangan buruk yang disampaikan kepadanya. Bukan berarti tidak ada orang yang menjadi berubah baik dengan kecaman yang terus menerus. Tetapi orang bijak tidak akan hidup untuk hanya mengecam orang lain. Cobalah tukar posisi, bagaimana rasa Anda kalau orang lain hanya bicara hal buruk tentang diri Anda seolah Anda tidak punya hal yang baik? Apakah Anda akan merasa nyaman dengan hal itu?

Sekalipun keburukan yang disebutkan benar adalah milik orang itu, tetapi jika Anda masih punya kasih kepadanya, Anda tidak akan meluputkan hal yang baik tentang orang itu. Hanya bila ada kebencian, iri hati, sakit hati dan lain sebagainya serupa itu, maka di situlah letak KETIDAKINGINAN Anda untuk bicara yang baik lagi tentang orang itu. Kalau sudah begitu, masalahnya bukan saja di diri orang itu, tetapi juga di diri Anda. Memiliki rasa hati yang buruk terhadap seseorang melahirkan hal-hal buruk semata bagi orang itu. Jadinya Anda sama punya buruk, hanya beda kasus.

Tidak ada orang yang tidak punya "putih" di dirinya. Seburuk-buruknya seseorang, ia punya yang baik. Seperti Anda, Anda juga tidak hanya punya hal buruk di diri Anda, tetapi juga punya hal yang baik. Sebaliknya, tidak ada orang yang tidak punya "hitam" di dirinya. Jika Anda punya yang baik, Anda juga punya yang buruk. Hanya Tuhan yang tidak punya hal buruk di diri-Nya. Selagi Anda manusia, Anda pasti punya buruk. Jadi adalah bijak untuk tidak hidup dengan "memburuk-burukan" hidup semata-mata, tetapi singkaplah yang baik, maka Anda akan melihat yang baik.

Menyebutkan apa yang baik di diri seseorang adalah salah satu terapi psikologis yang mendorong hal-hal positif menjadi lebih kuat dari hal-hal negatif di diri seseorang. Karena itu berikanlah pujian yang sewajarnya dan penghargaan yang sepatutnya selagi orangnya masih hidup. Itu membantu perubahan baik di dirinya selagi ia masih hidup. Bukankah itu harapan Anda, bahwa ia berubah selagi hidup? Lalu mengapa menunggu ia mati untuk menyampaikannya? Kebaikan-kebaikan yang Anda sebutkan di telinga yang sudah membeku adalah jelas tak ada gunanya. Di lain pihak, Andalah yang akan memiliki penyesalan itu, sebab terkadang, nanti bila orangnya tidak ada, barulah "baiknya dia" ada di tetesan air mata.

"Alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!"
- Amsal 15:23b -

SHALOM.

--**HEP**--

Jumat, 19 Juni 2015

Jangan Injak Koin Itu !!



Semua tentu akan senang menemukan lembaran Rp. 100.000,- di jalan.

Tetapi mengapa uang koin Rp.100,/200/500,- cenderung TAK ADA YANG MENGHIRAUKANNYA?? DIBIARKAN, bahkan DIINJAK???

Pertanyaan:
Mengapa matamu yang melihat uang koin itu?
Mengapa bukan mata orang lain?

TUHAN MAU MENGUJIMU, APAKAH ENGKAU DAPAT BERSYUKUR ATAS PEMBERIAN-NYA DENGAN NILAI YANG KECIL ?? Atau TIDAK.

Ingatlah, tak ada Rp.100.000,- tanpa Rp.100,-

Namun sayang sekali, kita seringkali melihat kemurahan TUHAN hanya dalam nilai rupiah yang besar, SEOLAH-OLAH TUHAN TIDAK ADA DALAM UANG RECEHAN. Maka, tidaklah heran orang lebih sering bersungut-sungut dari pada bersyukur. Dan hanya dapat bersyukur apabila menerima berkat-berkat yang besar. Lalu bagaimana kita akan mendapat kepercayaan yang besar, jika kita tidak mampu menghargai hal-hal yang kecil??

Di lain pihak, jika Anda telah memiliki kekayaan yan berlimpah dan matamu melihat koin ini di tanah, ketahuilah, saat itu TUHAN sedang MENANTANG KERENDAHAN HATIMU. Apakah engkau masih menganggap itu berharga?? Atau TIDAK lagi.

Jadi, jangan injak koin itu ! ITU PEMBERIAN TUHAN. PUNGUT dan katakan: TERIMAKASIH, TUHAN, ATAS BERKAT-MU INI.

Roma 12:16
"Janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana."AMIN.--**HEP**

Kamis, 18 Juni 2015

Selamat Bekerja


Sekecil atau sesederhana apapun PEKERJAANmu saat ini, BER-SYUKUR-LAH!

Di luar sana ada 7,39 juta pengangguran (Agustus 2013) dan ada 128,3 juta angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan/masih mencari pekerjaan (Februari 2015).

syukuri kerja


Permohonan dukungan doa untuk mendapatkan pekerjaan tak pernah kosong di altar-altar doa sampai detik ini. Lalu mengapa Anda yang sudah memiliki pekerjaan justru mengeluhkan kerja yang sudah ada peroleh? Sekecil atau sesederhana apapun pekerjaan Anda saat ini, Anda masih jauh lebih beruntung dari mereka yang sampai saat ini masih menunggu tanpa kepastian, mencari tak kunjung bertemu. Oleh sebab itu BERSYUKURLAH dan BEKERJAlah dengan SUKACITA. --- "Hendaklah hatimu melimpah dengan syukur" (Kolose 2:7c).

Dan ketahuilah, TUHAN memberikan pekerjaan kecil untukmu bukan karena Anda kecil atau untuk mengecilkanmu. Tetapi untuk menemukan "kebesaranmu" di mata-Nya, bahwa dalam pekerjaan kecil itu, Anda membesarkan Dia, karena Anda bekerja dengan jujur, dengan sungguh hati, penuh tanggung jawab, setia dan melakukannya sebagai persembahan hidup Anda kepada TUHAN. ---Kolose 3:23 Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.

Demikianlah Anda besar di mata TUHAN ketika Anda melakukan pekerjaan yang kecil di mata dunia dengan kasihmu yang besar kepada Dia, yakni bahwa apa yang Anda kerjakan bukan semata-mata untuk diri Anda sendiri, keluarga Anda, dan bukan untuk dunia ini, tetapi terutama Anda melakukannya bagi TUHAN. Maka Anda lebih besar, bahkan jauh lebih besar, di mata TUHAN dari pada mereka yang mendapat pekerjaan besar namun mengerjakan itu dengan kasih yang kecil kepada TUHAN.

Karena itu, Saudaraku, carilah NILAINYA dari TUHAN, bukan dari dunia ini. Selamat bekerja. Tetap semangat. God Bless You.--**HEP**

Kejujuran Orang Lain Tentang Dirimu

Tak semua orang yang membencimu mengatakan hal yang salah tentangmu. Terkadang mereka mengatakan YANG SEBENARNYA. 

fitnah


Karena itu BIJAKlah untuk tidak langsung membantahnya atau menjadi marah karenanya. melainkan terimalah itu sebagai alat INTROSPEKSI DIRI. Apa yang mereka katakan itu bisa benar atau bisa salah, tetapi keduanya memang sama menyakitkan.

Jika itu tidak benar, ibaratnya, seperti tubuh yang tidak luka ditusuk oleh benda tajam. Sakit. Tetapi tidak kalah menyakitkan juga, bila apa yang mereka katakan tentang Anda itu memang benar. Ibaratnya, sudah ada luka di tubuh Anda (=  kiasan untuk apa yang mereka katakan adalah benar), lalu luka itu dikorek dengan benda tajam. Sakit. 

Tetapi mana yang lebih sakit sebenarnya: tusukan/torehan pada tubuh yang tidak ada luka atau tubuh yang sudah ada luka? Yang sudah ada luka, bukan? Ya. Karena sesungguhnya kejujuran yang tidak kalah menyakitkan adalah bukanlah kejujuran orang lain tentang dirinya, tetapi kejujuran orang lain tentang diri kita.

Maka jadilah bijak. Jangan terburu-buru memberi bantahan. Sebab, sekali lagi, bisa jadi itu benar, hanya Anda sendiri tidak menyadarinya atau Anda sendiri ingin menutupi kebenaran mereka.

Dan bila mereka salah? Tak perlu kuatir kalau apa yang mereka katakan adalah keliru atau fitnah belaka, sebab kebenaranmu akan dengan sendirinya meruntuhkan semua asumsi negatif tentangmu. Seperti pribahasa mengatakan "True will find a way". Kebenaran tidak perlu dicarikan jalan. Ia tahu jalannya sendiri untuk menunjukkan INILAH KEBENARAN. 

So, tetaplah tenang, introspeksi diri dan doakan mereka. Sebab, kalau mereka jahat, mereka akan terjerat oleh pelanggaran mrereka, dan Anda akan bersorak serta bersukacita.  >> Orang yang jahat terjerat oleh pelanggarannya, tetapi orang benar akan bersorak dan bersukacita (Amsal 29:6). God blees you.--**HEP**

Bersyukur Atas Kematianmu


Ketika engkau lahir, engkau menangis dan orang-orang di sekelilingmu tersenyum bahagia menyambut kedatanganmu.

Maka, BIJAKLAH MENJALANI HIDUPMU, agar pada waktu engkau meninggal, engkau tersenyum dan orang-orang di sekelilingmu menangisi kepergianmu, dan bukannya malah bersyukur atas kematianmu.--

Selasa, 16 Juni 2015

Tuhan = Ban Cadangan

Mobil memiliki 4 (empat)  ban utama dengan 1 (satu) ban reserve/cadangan yang diletakan di belakang. Namanya juga �reserve/cadangan�, maka ban itu hanya akan dipergunakan apabila keempat ban utama ada yang mengalami gangguan atau kerusakan. Selama keempat ban utama berfungsi baik, maka selama itu satu ban cadangan ini menjadi tidak penting.

Entah sadar atau tidak, manusia kerap menjadikan TUHAN bagaikan �ban cadangan�. Sedangkan empat roda kekuatan dunia yang menjadi andalan manusia ialah  (1) Uang/kekayaan, (2) Kedudukan/jabatan,  (3) Nama baik/dihormati/ditokohkan/popularitas, (4) Sehat.

Bila keempat roda kekuatan dunia itu berjalan baik, berfungsi baik, tidak terjadi gangguan/kerusakan, maka TUHAN ... BELUM PENTING, bahkan TIDAK PENTING SAMA SEKALI. Nanti bila terjadi apa-apa dengan ban-ban utama andalan manusia itu, baru cari TUHAN, baru perlu TUHAN, baru lari kepada TUHAN untuk minta ditolong, minta diselesaikan masalahnya, minta disehatkan, minta dipulihkan oleh TUHAN, dsb.

ban cadangan

Oleh sebab itu janganlah menjadi heran, kalau TUHAN terkadang mengijinkan roda kekuatan andalan hidup Anda mengalami �PECAH BAN DI JALAN�. Mengapa? Supaya BAN CADANGAN ITU DIPAKAI = SUPAYA KITA MENCARI TUHAN dan MENEMPATKAN DIA SEBAGAI YANG UTAMA DALAM RODA PERJALANAN HIDUP KITA. Karena keempat ban yang menjadi andalan kekuatan manusia memang membuatmu hidup senang di dunia, tetapi semua itu tidak akan pernah dapat menyelamatkan nyawamu.

Matius  16:26
Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?

**HEP**

Senin, 15 Juni 2015

Terlalu Lelah Untuk Bertahan, Terlalu Cinta Untuk Melepaskan

Salah satu keputusan tersulit adalah TERLALU LELAH untuk BERTAHAN, namun TERLALU CINTA untuk MELEPASKAN. 
--- 


Pada kondisi ini sebagian orang akan memilih tetap bertahan meski harus melaluinya dengan air mata dan derita hati. Sendiri memikirkan hal ini akan membuat Anda tak berdaya. Teman tak selalu dapat mengerti rasamu ... , karena mereka tidak berdiam di hatimu. 




Hanya pribadi yang berdiam di hati manusia saja yang dapat mengerti dan memahami rasa hati manusia. Dan satu-satunya Pribadi yang mengambil hati sebagai tempat-Nya berdiam oleh iman kepada-Nya, ialah Yesus Kristus, Tuhan. -- "Oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih." (Efesus 3:17).

Cobalah membicarakan rasa hatimu kepada Tuhan. Ia bukan tidak tahu. Ia hanya sedang menunggu maukah engkau MEMPERCAYAKAN RASAMU KEPADA-NYA. Hanya bila engkau sudah melakukannya, barulah engkau akan mengerti ARTI PERSAHABATAN DENGAN TUHAN. Sebab persahabatan dengan TUHAN bukan sekedar kekudusan tetapi juga KEJUJURAN. 

Tak bicara pun, Ia tahu. Bersembunyi pun, Ia melihat. Lalu mengapa engkau tak bicara? Takut ? -- "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih." (1 Yohanes 4:18). 

Ketidakberanian untuk berucap jujur kepada Tuhan justru hanya membuatmu berjuang sendiri mengatasi kemelut hatimu dan engkau hanya berputar-putar mencari kelegaan di dalam ruang yang tak berpintu. Namun bilamana engkau telah berani bicara kepada Tuhan, Ia-lah yang akan menuntunmu kepada kelegaan dalam kebenaran-Nya.

Percayalah, Tuhan mengerti dan Ia tahu apa yang harus Ia lakukan bagimu, karena Ia, TUHAN YANG ADIL. -- "Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya." (Wahyu 2:23b).  Tak ada satu pun kita yang akan bebas dari keadilan-Nya. Jika engkau punya rasa sakit itu, apakah Ia tidak tahu? Ia tahu, bahkan Ia lebih tahu dari yang engkau tahu. Maka, percayakanlah semuanya kepada Dia. Itu akan melegakanmu pada waktu-Nya.

Tetaplah kuat dan janganlah berhenti berharap akan yang baik. Jujurlah dan berserahlah kepada-Nya. Ia yang akan menuntunmu kepada kelegaan. Jesus loves you more than you know. Percayalah!
---
Mazmur 62:9
Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, CURAHkanlah ISI HATImu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita.

**HEP**

Perbedaan Keras dan Tegas

HIKMAT membedakan karakteristik 'KERAS' dan 'TEGAS'. 

'KERAS' cenderung bertumpu pada :
[1] Self-Interest/Group Interest (Ke-AKU-an Diri/Kelompok),
[2] Subjective Perspective (Sudut Pandang Pribadi/Kelompok),
[3] Negative Viewpoint (Asumsi Negatif, Pikran Negatif, Sudut Pandang Negatif),
[4] Will-Based (Berdasar pada Kemauan/Keinginan hati).

Keras dan Tegas


Sedangakan 'TEGAS' bertumpu pada :
[1] Public Interest (Kepentingan Orang Banyak/Umum),
[2] Objective Perspective (Fakta / Kenyataan / Realita / Kebenaran / Keadilan],
[3] Positive Viewpoint (Asumsi Positif, Pikiran Positif, Sudut Pandang Positif),
[4] Rule-Based (Berdasar pada Aturan, baik aturan ber-'Gereja', maupun aturan ber-'Tuhan' (Gerejawi-Alkitabiah). 
So, DIBEDAKAN wink emotikon
**HEP**

Marah Itu Jujur

Pada saat seseorang marah, pada saat itu, sebenarnya, ia sedang menyampaikan hal yang sejujur-jujurnya. Kata-kata dalam amarah itu adalah KATA-KATA TERJUJUR dari seorang anak manusia di antara semua kejujuran yang dapat diucapkan oleh manusia. Dan bukankah kejujuran untuk hal tertentu, memang menyakitkan? :-)

Marah Jujur
Kata-kata dalam amarah menyembur dari pikiran dan perasaan yang mengendap di jiwa. Dalam kondisi tidak marah hal itu tertutupi oleh berbagai pertimbangan perasaan dan logika. Namun pada saat marah, itu menyembur tanpa berpikir dan timbang rasa lagi.

Setelah amarah reda, kontrol kembali normal, ego manusia menurun, perasaan dan logika mulai mengambil tempatnya lagi. Maka, terdengarlah ucapan, "Maaf, itu hanya kata-kata emosi saja". Benar, tapi ketahuilah, diakui ataupun tidak, YANG DIA OMONGIN/sampaikan/ucapkan dalam amarah itu adalah KEJUJURAN dari dalam jiwanya.

Mengapa bisa begitu?
Sebab pada saat marah, ke-AKU-an manusia menukik tajam ke posisi teratas di jiwa dan menuntut haknya untuk bersuara. Apa yang dikatakannya, itulah yang sebenar-benarnya ada di jiwanya, yang tak berani atau tak enak dan tak mampu terucap dalam kondisi tak marah.

Jadi, saat seseorang marah, saat itu Anda akan tahu apa yang tersimpan di jiwanya ;-).--**HEP**

Minggu, 14 Juni 2015

Jangan Desak Aku Meninggalkanmu


Adalah tidaklah mungkin Anda mencintai Suami/Isteri Anda TANPA mengasihi keluarganya. Ikatan suami isteri di dalam Tuhan tidak saja menyatukan dua insan manusia yang saling mencintai tetapi juga dua keluarga dari kedua belah pihak menjadi satu dalam ikatan kasih yang abadi.

Ruth tetap setia terhadap Naomi, ibu mertuanya, walau suaminya, Kilyon, putra Naomi, telah meninggal.
"Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi." (Rut 1:16).--
GOD BLESS YOUR FAMILY.

**HEP**

Semua Sudah Terjadi

Salah satu hal yg menyakitkan adalah
bertemu dengan KESIA-SIAAN.
Saat kesungguhan tak berbalas kesungguhan,
kejujuran tak berbalas kejujuran,
kesetiaan tak berbalas kesetiaan.
Pengorbanan seakan tak berarti apa-apa.
Kenyataan menghantar cermin diri
jelas memantulkan sejarah laku.
Kepala menunduk malu.
Sesak hati menanggung kecewa.
Ingin kembali menghapus kisah,
tapi ... tak mungkin lagi.
Air mata tak guna menghapus jejak

PENYESALAN ....
hanya itu yang tersisa.
Penyesalan
memang telah memilih tempatnya sendiri ...
SEMUA SUDAH TERJADI.
Mari BELAJAR dari semua yang sudah terjadi ...
Dekatilah TUHAN. mohon AMPUNAN-Nya
dan AMPUNILAH juga ...
Ampunilah dia ... ampunilah mereka
Ampunilah ...
Kita adalah BEJANA
di tangan Sang PENJUNAN.
"Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, RUSAK, maka tukang periuk itu MENGERJAKANNYA KEMBALI MENJADI BEJANA LAIN menurut apa YANG BAIK PADA PEMANDANGANNYA." - Yeremia 18:4 -
karena KASIH-Nya yang abadi
bagiku dan bagimu.--
**HEP**

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India