Pada saat seseorang marah, pada saat itu, sebenarnya, ia sedang menyampaikan hal yang sejujur-jujurnya. Kata-kata dalam amarah itu adalah KATA-KATA TERJUJUR dari seorang anak manusia di antara semua kejujuran yang dapat diucapkan oleh manusia. Dan bukankah kejujuran untuk hal tertentu, memang menyakitkan? :-)
Kata-kata dalam amarah menyembur dari pikiran dan perasaan yang mengendap di jiwa. Dalam kondisi tidak marah hal itu tertutupi oleh berbagai pertimbangan perasaan dan logika. Namun pada saat marah, itu menyembur tanpa berpikir dan timbang rasa lagi.
Setelah amarah reda, kontrol kembali normal, ego manusia menurun, perasaan dan logika mulai mengambil tempatnya lagi. Maka, terdengarlah ucapan, "Maaf, itu hanya kata-kata emosi saja". Benar, tapi ketahuilah, diakui ataupun tidak, YANG DIA OMONGIN/sampaikan/ucapkan dalam amarah itu adalah KEJUJURAN dari dalam jiwanya.
Mengapa bisa begitu?
Sebab pada saat marah, ke-AKU-an manusia menukik tajam ke posisi teratas di jiwa dan menuntut haknya untuk bersuara. Apa yang dikatakannya, itulah yang sebenar-benarnya ada di jiwanya, yang tak berani atau tak enak dan tak mampu terucap dalam kondisi tak marah.
Setelah amarah reda, kontrol kembali normal, ego manusia menurun, perasaan dan logika mulai mengambil tempatnya lagi. Maka, terdengarlah ucapan, "Maaf, itu hanya kata-kata emosi saja". Benar, tapi ketahuilah, diakui ataupun tidak, YANG DIA OMONGIN/sampaikan/ucapkan dalam amarah itu adalah KEJUJURAN dari dalam jiwanya.
Mengapa bisa begitu?
Sebab pada saat marah, ke-AKU-an manusia menukik tajam ke posisi teratas di jiwa dan menuntut haknya untuk bersuara. Apa yang dikatakannya, itulah yang sebenar-benarnya ada di jiwanya, yang tak berani atau tak enak dan tak mampu terucap dalam kondisi tak marah.
Jadi, saat seseorang marah, saat itu Anda akan tahu apa yang tersimpan di jiwanya ;-).--**HEP**
0 komentar:
Posting Komentar