Senin, 15 Juni 2015

Kekuasaan Terbatas | Kekuasaan Manusia

Relasi Manusia Dengan Ciptaan Lainnya | 1



Adalah keistimewaan yang diterima manusia dari Penciptanya, bahwa TUHAN Allah mempercayakan kepada manusia penguasaan atas ciptaan lainnya.
Kejadian 1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
Mazmur 8:4-10 -- 8:4 Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: 8:5 apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? 8:6 Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. 8:7 Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: 8:8 kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; 8:9 burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan. 8:10 Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!

Keistimewaan ini dimaksudkan agar melalui manusia, Allah menyatakan kemuliaan-Nya di alam dunia ciptaan-Nya. Karakter sorgawi telah diberikan Allah kepada manusia, yakni dengan menciptakan manusia segambar dengan Dia.
Kejadian 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

� Lihat Artikel : Apa Arti Segambar Dengan Allah, maka dengan citra Allah itu, manusia mengaktualisasikan dirinya semaksimal mungkin untuk menguasai dunia bukan seperti yang diinginkannya, tetapi seperti yang diinginkan Penciptanya.

Oleh sebab itu, kekuasaan yang dipercayakan Allah kepada manusia bukanlah kekuasaan mutlak tanpa batas. Manusia diberi kuasa atas ciptaan lainnya bukan dengan penerapan yang suka-suka hati manusia itu sendiri, melainkan dengan konsep Penciptanya. Manusia pelaku pembangunan dunia dengan di-�otak�-i Allah. Seharusnya begitu. Kepintaran manusia harus takluk di bawah kebijaksanaan Allah. Kecapakan manusia harus gentar akan kemahakuasaan Allah. Demikianlah kekuasaan manusia atas ciptaan lainnya berbatas pada KETAATAN KEPADA KEHENDAK ALLAH, yang adalah Pencipta-Nya dan Pencipta segala yang dikuasakan kepadanya. Ketaatan menjadi garis batas tegas bagi kapasitas kekuasaan yang dianugerahkan kepada manusia, dan sekaligus menjadi batas tegas antara kehidupan dan kematian - antara hidup dan mati manusia itu sendiri. Melewati batas tersebut, �PASTILAH ENGKAU MATI.�
Kejadian 2:15-17 -- 2:15 TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. 2:16 Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, 2:17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."

Ketaatan menempatkan kekuasaan manusia di bawah kekuasaan Allah. Kekuasaan manusia berlaku di bawah kehendak-kehendak Allah sehingga kekuasaan manusia akan menghasilkan kebenaran dalam pandangan Allah. Bukan sebaliknya, yakni kekuasaan manusia menghasilkan dukacita di hati Allah disebabkan karena produk kekuasaan yang dihasilkan bersumber dari kesewenang-wenangan kekuasaan oleh ke-aku-an diri manusia yang tidak taat kepada Allah.

Kekuasaan yang benar di mata Allah adalah kekuasaan yang mencerminkan ketaatan kepada Allah. Dan itu hanya mungkin lahir dari orang yang taat.
Yeremia 27:5 Akulah yang menjadikan bumi, manusia dan hewan yang ada di atas muka bumi dengan kekuatan-Ku yang besar dan dengan lengan-Ku yang terentang, dan Aku memberikannya kepada orang yang benar di mata-Ku.

Artinya, wujud kekuasaan Allah akan terlihat pada orang-orang yang menerapkan kekuasaan berdasarkan ketaatannya kepada Allah. Ia tidak menjadi angkuh atas kekuasaan di tangannya. Dan bahwa sebesar apapun kekuasaan yang ia punya, ia insaf seinsaf-insafnya bahwa ada kekuasaan yang lebih besar dari padanya, yakni kekuasaan Allah, dan bahwa kekuasaan yang ia punya adalah berasal dari pada-Nya.


Melewati batas ketaatan berarti manusia ingin menjadi seperti Allah. Itulah yang terjadi di taman Eden, ketika manusia tergiur oleh perkataan ular bahwa bila mereka makan buah dari pohon yang dilarang Allah untuk mereka makan, mereka �akan menjadi seperti Allah� :
Kejadian 3:4-5 -- 3:4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, 3:5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."

Hal yang sama jelas dalam kisah pembangunan suatu menara, yang dikenal dengan sebutan Menara Babel (Kejadian 11:1-9) dimana mereka ingin membangun menara itu dengan �puncaknya sampai ke langit�. Mereka ingin menyentuh kekuasaan yang tak terbatas. :
Kejadian 11:4 Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi."

Atau seperti Yudas Iskariot, yang kata Yesus, �telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.�
Yohanes 13:18 Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku.

Yudas hendak membuktikan kepada pemimpin-pemimpin agamanya, kepada penguasa-penguasa dunia saat itu, bahwa ia juga punya kuasa, yakni kuasa menuntun Yesus kepada kematian-Nya di kayu salib. Yudas melupakan atau mengabaikan peringatan Yesus:
Matius 26:24 Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan."

Manusia punya kuasa dengan kehendaknya sendiri, mengatur sesuka hatinya, mewujudkan keinginan-keinginannya - seperti Yudas yang bisa saja merasa bangga dapat membuat Yesus ditangkap dan disalibkan, tetapi kata Yesus, �Celakalah�  (Matius 16:24b). Jika Yudas berani mengangkat tumit terhadap Tuhan, maka ia pun harus siap menanggung akibat dari keangkuhannya itu. Yudas akhirnya mati gantung diri. Tak ada yang membunuhnya. Ia sendiri melakukannya untuk dirinya sendiri.
Kisah Para Rasul 1:16-20 -- 1:16 "Hai saudara-saudara, haruslah genap nas Kitab Suci, yang disampaikan Roh Kudus dengan perantaraan Daud tentang Yudas, pemimpin orang-orang yang menangkap Yesus itu. 1:17 Dahulu ia termasuk bilangan kami dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini." 1:18 -- Yudas ini telah membeli sebidang tanah dengan upah kejahatannya, lalu ia jatuh tertelungkup, dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke luar. 1:19 Hal itu diketahui oleh semua penduduk Yerusalem, sehingga tanah itu mereka sebut dalam bahasa mereka sendiri "Hakal-Dama", artinya Tanah Darah --.

Genaplah perkataan Yesus, �Adalah lebih baik orang itu sekiranya tidak dilahirkan.� (Matius 26:24c) atau tidak diciptakan. Jika hidup itu harus diakhiri dengan membunuh diri sendiri, maka  bukankan benar  bahwa adalah lebih baik ia tidak pernah dilahirkan? Yesus telah menyampaikan itu sebelum semuanya benar-benar terjadi.

Pada akhirnya kita harus mengakui, manusia cenderung tidak menempatkan dirinya sebagai yang juga diciptakan atas ciptaan lainnya. Manusia cenderung tidak menggunakan kekuasaannya untuk menghadirkan kehendak Allah. Sebaliknya, kekuasaan kerap telah membuat manusia ingin �menjadi seperti Allah� dengan mengira bahwa kekuasaannya adalah kekuasaan mutlak atau kekuasaan tak terbatas. Kekuasaan yang tak berbatas pada ketaatan kepada Allah hanya akan melahirkan kekuasaan �menjadi seperti Allah� (Kejadian 3:5).

Manusia mungkin saja dapat dikatakan telah membuktikan kemampuan menciptanya yang membuat manusia seolah dapat �menjadi seperti Allah�, yakni dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari zaman ke zaman.  Namun, selalu tersisa 1 % dari 99 % prediksi kesuksesan manusia. 1 % itu kecil dari 99 %, tetapi 1 itu menentukan 99, apakah Ya atau Tidak. Itulah keputusan Yang Mahakuasa, TUHAN Allah Sang Pencipta.
Yehezkiel 28:2 "Hai anak manusia, katakanlah kepada raja Tirus: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena engkau menjadi tinggi hati, dan berkata: Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan. Padahal engkau adalah manusia, bukanlah Allah, walau hatimu menempatkan diri sama dengan Allah.

Ya, manusia memang harus diingatkan,

Di dunia ini kekuasaan di tangan manusia telah menjadi kekuasaan tak terbatas. Tetapi jika Anda adalah anak-anak Tuhan, kekuasaan yang Anda miliki haruslah menjadi kekuasaan yang berbatas pada ketaatan kepada Tuhan. Maka di tangan kuasamu, maksud Tuhan untuk dunia ciptaan-Nya akan tercapai. Tetapi jika kekuasaan yang Anda punya tak berbatas pada ketaatan kepada Tuhan, maka dunia akan menjadi dunia yang tidak seperti yang diharapkan TUHAN, �Padahal engkau adalah manusia, bukanlah Allah, walau hatimu menempatkan diri sama dengan Allah.� (Yehezkiel 12:2e).--**HEP**

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India