Selasa, 20 Desember 2016

Perbedaan di Bumi NKRI

Ada 9 planet di tata surya. Sang Pencipta menaruh kita di satu planet saja.


Padahal, bila Sang Khalik hendak memisahtempatkan perbedaan [ manusia ], Ia bisa menjadikan planet lain dapat pula dihuni oleh manusia seperti planet bumi.

Namun Sang Pencipta tidak melakukan itu. Ia menaruh perbedaan di satu tempat saja, yakni di bumi.

Di belahan selatan planet bumi, di satu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, di sinilah kita ditaruh-Nya.

Terlahir di sini tanpa tahu bahwa kita berbeda. Sebab perbedaan telah ada sebelum kita ada, sebelum kita tahu membedakan, bahkan sebelum kita mengerti apa itu beda. 

Perbedaan di mata jiwa yang memandang Sang Pencipta adalah otoritas Sang Pencipta.

Sang Khalik tidak akan menciptakan Hawa, jika Ia hanya menginginkan kaum Adam saja di bumi ini.

Sang Khalik tidak akan menciptakan kulit berwarna kuning langsat, jika Ia hanya menginginkan warna sawo matang.

Sang Khalik tidak akan menciptakan hati yang memiliki kehendak, jika Ia tidak mau manusia memilih.

Perbedaan juga ditampilkan-Nya di langit saat busur-Nya dibentangkan-Nya melintasi awan dengan warna-warni nan indah. Itulah pelangi.

Sang Khalik tidak akan menaruh warna warni, jika Ia hanya menginginkan satu warna saja. 7 warna berbeda dilekatkan-Nya menjadi satu.

Warna kuning tak memaksakan warna biru harus menjadi warna kuning. Warna jingga tak mengusir warna merah enyah dari situ.

Perbedaan dibiarkan-Nya berbeda. Tidak saling mengharuskan. Tidak saling meniadakan. 

Sebab bukankah yang ada di situ hanya sama-sama 'ditaruh'? Dan hanya Yang menaruhnya di situ, Yang berhak meniadakannya dari situ. 

Ditaruh untuk menjadi dirinya sendiri. Ditaruh untuk menjadi "sesuatu". Sebab bila semuanya "sesuatu", maka tak ada lagi "sesuatu".

Perbedaan justru memberi tahu siapa dirimu. Tanpa perbedaan, tak seorangpun tahu siapa dirinya.

Perbedaan justru memberi tahu bahwa kamu putih, saya hitam. Perbedaan justru memberi tahu bahwa kamu benar, saya salah. 

Di sini belum sorga dan di sini belum pula neraka. Kita masih di bumi.

Hanya di sorga tak ada lagi ketidakbenaran dan hanya di neraka tak ada lagi kebenaran.

Pandanglah sekelilingmu! Bila tak ada lagi ketidakbenaran kau temukan, maka kamu telah berada di sorga.

Namun bila kamu masih menemukan ketidakbenaran di sekitarmu, maka kamu masih di sini, bersama dengan perbedaan.

Bila di alam sana perbedaan memisahkan kita, maka di alam ciptaan-Nya kita ditaruh-Nya hidup berdampingan.

Aku tak berhak meniadakanmu, karena akupun hanya diadakan. Aku tak berhak memaksamu, karena engkau diberi kehendak untuk memilih.

Ia tidak akan memberi kehendak kepadaku dan kepadamu, jika Ia tidak ingin kita memilih.

Lalu mengapa engkau yang juga sama adalah ciptaan hendak menjadi Tuhan atas ciptaan-Nya?

Sayang sekali kamu tidak memandang Sang Pencipta. Kamu hanya memandang dirimu sendiri.

Sayang sekali kamu hanya memandang agamamu sendiri. Kamu lupa, agama ada karena Sang Pencipta ada. Bahkan sekalipun agama tak pernah ada, Sang Pencipta tetap ada.

Bila saja engkau memandang Sang Pencipta, maka engkau akan berkata, "Kita memang berbeda, tetapi kita "Bhineka Tunggal Ika".

SALAM NKRI.--

SHALOM
HEP

Jumat, 16 Desember 2016

Mana Suara Gereja-Gereja di Indonesia?

Seorang sahabat berkomentar bahwa apa yang terjadi pada Ahok adalah potret sejarah di dalam Alkitab yang berulang. Ya. Dan justru belajar dari potret itu, harusnya gereja tidak lagi berlaku sama seperti Petrus, Yakobus dan Yohanes yang ketika Yesus minta mereka menemani-Nya, mereka tidur.


Saya belum mendengar suara kenabian dari para pemimpin organisasi yang menaungi gereja-gereja di Indonesia, antara lain PGI, KWI, PEKAGI, PPGYLKI, PBI, PGPI, PGLII, PGTI atas ekstriminasi penerapan hukum yang diberlakukan kepada Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan berbagai peristiwa beruntun yang dialami oleh gereja di Indonesia.

Walau memang gereja di tingkat lokal dan kita secara pribadi terus berdoa, tetapi secara kelembagaan agama, GEREJA SEOLAH DIAM SAJA.

Padahal gereja ada bukan untuk mengurus dirinya sendiri, melainkan diutus ke dalam dunia. Apa yang dialami oleh pribadi Ahok dan apa yang dialami oleh gereja dan kekristenan di Indonesia saat ini seharusnya sudah beroleh seruan terbuka dari pemimpin-pemimpin gereja-gereja di Indonesia. Bukan bela agama, tetapi perkara hak konstitusional kita, yang sama kedudukannya di mata hukum yang berlaku di negara ini.

Kita berdoa tapi kita juga harus menghadirkan diri secara nyata dan tegas bagi pribadi dan lembaga gereja yang mengalami ketidakadilan di negara ini. Menjadi saudara sependeritaan dengan mereka yang terintimidasi dan terdiskriminasi hukum dan massa mayoritas, bukan dengan peperangan tetapi dengan KEHADIRAN SUARA GEREJA UNTUK PENEGAKKAN KEADILAN HUKUM BAGI SELURUH WARGA NEGARA INDONESIA.

Ironisnya, pemimpin-pemimpin Gereja di luar Indonesia malah yang MENYUARAKAN ITU SECARA TERBUKA. Kenapa mereka, kenapa bukan kita sendiri yang hidup mati kita di negara Republik Indonesia ini? Mengapa tidak terdengar kesatuan suara pemimpin-pemimpin organisasi gereja yang menaungi gereja-gereja di Indonesia?!

Adakah berita SUARA RESMI GEREJA-GEREJA DI INDONESIA di media TV? Adakah SURAT TERBUKA gereja-gereja di Indonesia akan fakta intoleransi dan inkonstitusional terhadap umat Kristen di Indonesia?

Kita tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan. Tapi apakah Alkitab menyuruh kita juga TIDAK BOLEH BICARA???!!! Apakah missi gereja di dunia ini adalah MEMBISU???!!!

Sementara warga gereja secara pribadi sudah bertempur kata di medsos tanpa tuntunan, tanpa pelindung, karena pemimpinnya entah di mana ... 

Semoga saja pemimpin-pemimpin gereja yang brilian teologi tidak gagap Facebook, Twitter, Youtube, Instagram, dll, sehingga mungkin karena itu mereka anteng saja sibuk mengurus gerejanya sendiri, berkhotbah di mimbar sendiri dan tidak tahu atau tidak mau tahu apa yang tengah terjadi di lembah teknologi online ini.

Turunlah sebentar saja dari mimbarmu agar tahu keadaan di jalan raya media sosial. Domba-dombamu mencari mikrofon sendiri dan bisa menjadi latah, karena kamu yang harusnya bicara, justru tidak bicara.-- ??

SHALOM
HEP

Rabu, 30 November 2016

Khotbah Jadi Kesempatan Serang Lawan | Prihatin


Ada Kampanye Negatif, ada pula Khotbah Negatif. 


Tidak dapat dipungkiri, mimbar pelayanan firman seringkali mendapat fungsi yang punya mirip dengan podium debat calon presiden USA beberapa waktu lalu, yakni mimbar menjadi podium penyerangan lawan di tangan pembicaranya. 

Jadwal untuk menyampaikan firman Tuhan menjadi kesempatan untuk menikam pribadi tertentu dalam khotbah. Telinga saya sendiri mendengar seorang Pendeta terang-terangan menyebut nama seseorang untuk menegur dia dari atas mimbar di suatu Ibadah Minggu. Orang yang disebutkan namanya itu sedang duduk di antara jemaat mendengarkan khotbahnya. Dia pasti tidak menyangka bahwa namanya akan disebut di situ. Semua mata seketika mengarah kepadanya. Ia menunduk. Entah bagaimana perasaannya ketika itu. Saya jadi ikut sedih dan mendoakan dia dari tempat saya duduk.

Kewibawaan Mimbar Pemberitaan Firman Tuhan ada pada klaim "SUARA TUHAN", bahwa seorang pengkhotbah tidak berbicara atas nama dirinya, juga tidak atas nama organisasi gerejanya, melainkan ia berbicara atas Nama Tuhan berdasarkan perkataan-perkataan-Nya yang tertulis di Alkitab. Kewibawaan mimbar khotbah bukan pada jabatan gerejawi si pengkhotbah (diaken, penatua, pendeta), melainkan pada firman-Nya.

Marilah menjaga kemurnian fungsi Mimbar Pemberitaan Firman Tuhan pada tempatnya. Jangan menodainya dengan mempergunakan kesempatan berkhotbah menjadi peluang untuk dengan sengaja menyerang atau menjatuhkan atau mempermalukan pribadi-pribadi tertentu dengan cadar pemberitaan firman Tuhan sebagai pelindung dan pembenaran kata-kata, padahal kemurniannya telah tercemar oleh kekesalan hati, kekecewaan atau ketidaksukaan atau kemarahan, yang dengan sengaja dilampiaskan dari mimbar khotbah.

Dari hati akan tiba di hati. Maksud hati untuk dengan sengaja menyerang lawan dalam khotbah akan tiba di hati lawan. Tujuan yang terurai dalam kata-kata akan terbaca oleh jemaat. Hembusan emosioanal akan terhirup oleh mereka yang menyimak. Para sekutu tentu akan bersukacita. Senyum sinis berpadu binaran gembira memancar di bola mata mereka. Hati terpuaskan dengan serangan dari atas mimbar yang tak tergugat oleh dalih: itu adalah "suara Tuhan". Seperti itukah cara Tuhan?

Firman Tuhan memang juga mengandung teguran bahkan kecaman, namun kemurniannya harus dijaga. Kemurnian dan pertanggungjawabannya sepenuhnya ada pada sang pengkotbah / pembicara, karena hanya ia dan Tuhan yang tahu hatinya. Jangan sampai berlaku perkataan-Nya ini: "Kamu berkata: Demikianlah firman TUHAN, padahal Aku tidak berbicara?" (Yesaya 13:7b). Hati-hati.--


SHALOM
HEP

Jumat, 25 November 2016

Untukmu Yang Menangis

Ketika semua orang tidak mengerti mengapa kamu menangis, Ia mengerti. Ketika rasa sakit hatimu tak berarti bagi mereka, Ia mengambil itu menjadi milik-Nya. Ia tahu betapa beratnya semua itu bagimu.


Ketika mereka hanya bisa melihat air matamu, Ia merasakan deritamu. Ketika mereka hanya berdiri jauh darimu, Ia duduk bersamamu. Ia tahu, betapa sedihnya hatimu.

Ketika engkau menangis dan mereka bercanda tawa, Ia menangis bersamamu. Ketika mereka menari-nari di atas deritamu, Ia memelukmu dengan erat. Ia tahu, betapa hancurnya hatimu.

Sahabatku ...
Kamu tidak sendirian dan kamu tidak dibiarkan begitu saja. Segala deritamu telah menjadi milik-Nya dan segala sesuatu ada waktunya. 

Sesungguhnya, Ia sedang mengerjakan sesuatu untukmu. Sesuatu yang indah, yang akan membuatmu tak lagi melihat air mata yang sudah begitu banyak mengalir di pipimu tanpa seorang pun tahu. Sebab apa yang sedang disiapkan-Nya untukmu adalah sukacita yang besar, yang jauh melebihi deritamu, yang bukan berasal dari dunia, tetapi dari hati-Nya.

Bersabarlah sedikit waktu lagi. Waktu yang berlalu memang tak mungkin kembali, tetapi waktu yang akan menghampiri di hari esok adalah milik-Nya, bukan milik mereka. Maka kuatkanlah hatimu menanti waktu-Nya.

Kamu hanya harus tetap percaya dan bertabah hati. Berjalanlah terus tanpa berhenti. Jangan pernah menyerah apalagi berputus asa. Karena hidupmu di tangan-Nya, bukan di tangan mereka. 

Jika harus menangis, menangislah, namun tetaplah melangkah, sekalipun dengan deraian air mata. Akan tiba waktunya kamu sendiri tidak menyadari bahwa kamu sudah tidak menangis lagi.

Pada saat itulah matamu akan memandang apa yang saat engkau menangis tengah Ia siapkan bagimu, yang ketika itu kamu mengira Ia tak ada untukmu karena deritamu seolah tak berbalas keadilan-Nya hingga engkau bertanya, "Tuhan, dimanakah Engkau?".

Pada saat itulah kamu akan melihat keadilan-Nya untukmu, yakni karya sukacita-Nya yang besar, yang melampaui kecapan derita yang sudah engkau lalui.

Apakah itu? Tak ada yang tahu bentuknya seperti apa. Namun matamu akan menyampaikan itu kepada dunia dari binaran sinarnya yang memancarkan betapa bahagianya engkau saat itu.

Sahabatku ...
Aku hanya ingin kamu kuat dan percaya. Aku hanya ingin kamu bisa bersabar lagi menanti waktu-Nya. Aku ingin kamu tetap tegar menjalani semuanya. Karena aku pun menanti waktu-Nya melihatmu tersenyum kembali. Aku juga mau melihat pancaran kebahagiaan itu ada lagi di matamu.

Tentang mereka, biarkanlah mereka itu, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Mereka hanya sedang menikmati waktu untuk tertawa. Mereka hanya sedang menyenangkan hatinya sendiri hingga buta akan deritamu. Palingkanlah matamu dari mereka kepada Tuhan, maka mereka bukan urusanmu lagi, tetapi urusan Tuhan.

Ia akan membuat bibirmu berucap:
"Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari, kain kabungku telah Kaubuka, pinggangku Kauikat dengan sukacita." (Mazmur 30:12). Amin.--

SHALOM
HEP

Reputasi Kaya

Derita orang yang dari sononya sudah susah tidak sebanding dengan derita orang kaya yang baru jadi susah.


Orang miskin dari awal bisa duduk makan di warteg, tapi orang kaya baru miskin, beli lauk di warteg makannya di rumah.

Orang tidak boleh tahu kalau mereka sudah susah. Sebab Reputasi "Orang Ada Uang" sudah terlanjur melekat pada diri atau keluarga mereka.

Walau isi dompet sudah sisa ribuan, tapi penampilan tetap harus terlihat "mewah". Termasuk pakai perhiasan imitasi serupa emas berlian, karena yang asli sudah terjual atau tidak bisa lagi ditebus dari gadaian. Anehnya, karena diketahui mereka kaya, tidak ada orang yang menyangka itu emas bo'dong. Tetap saja dilihat asli. Untungnya disitu ??. 

Itu adalah penderitaan. Derita mantan orang kaya secara psikis sangat berat. Jika rendah hati mereka akan tampil apa adanya tanpa malu. Namanya juga hidup di dunia, tidak ada yang abadi.

Tetapi karena uang dan kekayaan cenderung membuahkan kesombongan, maka bukan kesusahan yang menyiksa hati, tetapi kesombonganlah yang menyiksa hidup.

Bila berhikmat, sebenarnya, bukan kekayaan yang mau diambil Tuhan dengan mengijinkan si kaya menjadi miskin, tetapi kesombongan di hatinya, itulah yang mau ditiadakan oleh Tuhan.

Matius 16:26
"Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?"

Jika mengerti pasti akan bersyukur. 
Amin.--

SHALOM
HEP

Rabu, 23 November 2016

Sedih Dengan Negara Ini | Suara Hatiku


Di mana-mana ada hujatan. Di video, tulisan, status, komentar ..., tapi mereka MERDEKA.


Satu kesalahan mulut melautkan manusia dengan gelombang suara yang tidak hanya menghempas satu jiwa saja, tetapi juga menyeret seluruh butiran pasir di Pantai Kafir. Namun ... mereka MERDEKA.

Derita dan nyawa anak-anak tak berdosa menjadi saksi kebiadaban pribadi-pribadi yang melakukannya atas dasar keyakinan ajaran agama yang sama dengan mereka, tapi DIMANAKAH LAUTAN PUTIH ITU???

Ternyata, kematian anak manusia tidak lebih sadis dari perkara ucapan bibir belaka.

Apakah hanya mereka yang punya hati? Apakah kami diciptakan tanpa hati?

Apakah kami yang meminta ada di negeri ini? Sang Pencipta yang menaruh kami di sini.

Lalu kalau mereka berkuasa atas kemerdekaan, dan hai kamu, kamu dan kamu, yang tak kukenal, bila takutmu ada, mengapa tidak tiadakan saja kami saat baru terlahir di negeri ini, agar kami tidak harus merasakan KEMERDEKAAN kata-kata, tindakan dan perbuatan mereka atas kami?

Panji kemenangan dipersembahkan untuk teriakan penuh amarah, hujatan dan kebencian.

Dan untukmu, wahai jeritan tangis pilu derita dan kematian, terimalah selembar tissue ini beriring lantunan syair nan merdu : "Turut berbelasungkawa yang sedalam-dalamnya."

Hai kamu, kamu dan kamu, yang tak kukenal. Lantunkanlah saja sekarang syair itu selagi telinga kami masih dapat mendengarnya. Sebab siapakah lagi yang akan berbelasungkawa, bila yang tinggal hidup adalah kalian saja?

Biarkanlah mereka menghujat dan mengancam, toh kami tidak meraung di jalan.

Teriakan di jalan memang lebih didengar dari pada isakan tangis di altar-Nya. Seruan membunuh penuh kebencian lebih MERDEKA dari pada jeritan pilu kematian.

Udara di langit negeri ini telah menghembuskan rasa di kecap hatiku. Setitik butiran bening mengalir di sela goresan. Kugurat untuk kehidupan ... sebelum akupun tiada.

Lebih baik buta namun memandang, dari pada melihat namun buta. Lebih baik tuli namun menyimak, dari pada mendengar namun tuli.

Suara hatiku adalah milikku -HEP

Selasa, 22 November 2016

Pindah Agama Kristen Jangan Jelekkan Agama Sebelumnya


Gereja bukan tempat untuk menghina. Gereja bukan tempat untuk mencibir atau menjelek-jelekkan. Gereja bukan tempat untuk menghujat.


Mimbar Pelayanan Firman adalah mimbar pemberitaan firman Tuhan yang tertulis di Alkitab, bukan apa yang tertulis di Kitab Suci lain. 

Beritakan kebenaran Injil Kristus, bukan ketidakbenaran Kitab Suci lain.

Ceritakan tentang Yesus dan tokoh-tokoh Alkitab lainnya, bukan menceritakan nabi lain di luar Alkitab.

Kebenaran Injil Kristus tidak memerlukan ketidakbenaran Kitab Suci lain!! untuk membuat Injil Kristus menjadi benar.

Mimbar Pelayanan Firman dan Ruang Kesaksian di dalam Ibadah Jemaat bukanlah ruang kelas / kuliah/ seminar Studi Perbandingan Agama.

Biarkanlah mereka, yang semula ada di antara kita berpindah ke agama lain, menghujat Yesus dan Injil-Nya. Tetapi jangan sebaliknya.

Belajarlah dari Yesus. Yesus dari Agama Yahudi, tapi Yesus tidak pernah mengejek, menertawakan, melecehkan Agama Yahudi dan Kitab Sucinya. Yang Yesus kecam adalah manusia-manusianya yang hidup dalam kemunafikan.

Jika Roh Kristus sudah ada di hatimu, maka kerjakanlah dan beritakanlah kebenaran tanpa kehilangan KASIH.

Karena, TIDAK ADA KEBENARAN TANPA KASIH.

GOD IS LOVE.
-- HEP

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India