Ada Kampanye Negatif, ada pula Khotbah Negatif.
Tidak dapat dipungkiri, mimbar pelayanan firman seringkali mendapat fungsi yang punya mirip dengan podium debat calon presiden USA beberapa waktu lalu, yakni mimbar menjadi podium penyerangan lawan di tangan pembicaranya.
Jadwal untuk menyampaikan firman Tuhan menjadi kesempatan untuk menikam pribadi tertentu dalam khotbah. Telinga saya sendiri mendengar seorang Pendeta terang-terangan menyebut nama seseorang untuk menegur dia dari atas mimbar di suatu Ibadah Minggu. Orang yang disebutkan namanya itu sedang duduk di antara jemaat mendengarkan khotbahnya. Dia pasti tidak menyangka bahwa namanya akan disebut di situ. Semua mata seketika mengarah kepadanya. Ia menunduk. Entah bagaimana perasaannya ketika itu. Saya jadi ikut sedih dan mendoakan dia dari tempat saya duduk.
Jadwal untuk menyampaikan firman Tuhan menjadi kesempatan untuk menikam pribadi tertentu dalam khotbah. Telinga saya sendiri mendengar seorang Pendeta terang-terangan menyebut nama seseorang untuk menegur dia dari atas mimbar di suatu Ibadah Minggu. Orang yang disebutkan namanya itu sedang duduk di antara jemaat mendengarkan khotbahnya. Dia pasti tidak menyangka bahwa namanya akan disebut di situ. Semua mata seketika mengarah kepadanya. Ia menunduk. Entah bagaimana perasaannya ketika itu. Saya jadi ikut sedih dan mendoakan dia dari tempat saya duduk.
Kewibawaan Mimbar Pemberitaan Firman Tuhan ada pada klaim "SUARA TUHAN", bahwa seorang pengkhotbah tidak berbicara atas nama dirinya, juga tidak atas nama organisasi gerejanya, melainkan ia berbicara atas Nama Tuhan berdasarkan perkataan-perkataan-Nya yang tertulis di Alkitab. Kewibawaan mimbar khotbah bukan pada jabatan gerejawi si pengkhotbah (diaken, penatua, pendeta), melainkan pada firman-Nya.
Marilah menjaga kemurnian fungsi Mimbar Pemberitaan Firman Tuhan pada tempatnya. Jangan menodainya dengan mempergunakan kesempatan berkhotbah menjadi peluang untuk dengan sengaja menyerang atau menjatuhkan atau mempermalukan pribadi-pribadi tertentu dengan cadar pemberitaan firman Tuhan sebagai pelindung dan pembenaran kata-kata, padahal kemurniannya telah tercemar oleh kekesalan hati, kekecewaan atau ketidaksukaan atau kemarahan, yang dengan sengaja dilampiaskan dari mimbar khotbah.
Dari hati akan tiba di hati. Maksud hati untuk dengan sengaja menyerang lawan dalam khotbah akan tiba di hati lawan. Tujuan yang terurai dalam kata-kata akan terbaca oleh jemaat. Hembusan emosioanal akan terhirup oleh mereka yang menyimak. Para sekutu tentu akan bersukacita. Senyum sinis berpadu binaran gembira memancar di bola mata mereka. Hati terpuaskan dengan serangan dari atas mimbar yang tak tergugat oleh dalih: itu adalah "suara Tuhan". Seperti itukah cara Tuhan?
Firman Tuhan memang juga mengandung teguran bahkan kecaman, namun kemurniannya harus dijaga. Kemurnian dan pertanggungjawabannya sepenuhnya ada pada sang pengkotbah / pembicara, karena hanya ia dan Tuhan yang tahu hatinya. Jangan sampai berlaku perkataan-Nya ini: "Kamu berkata: Demikianlah firman TUHAN, padahal Aku tidak berbicara?" (Yesaya 13:7b). Hati-hati.--
SHALOM | HEP |
0 komentar:
Posting Komentar