Ada 9 planet di tata surya. Sang Pencipta menaruh kita di satu planet saja.
Padahal, bila Sang Khalik hendak memisahtempatkan perbedaan [ manusia ], Ia bisa menjadikan planet lain dapat pula dihuni oleh manusia seperti planet bumi.
Namun Sang Pencipta tidak melakukan itu. Ia menaruh perbedaan di satu tempat saja, yakni di bumi.
Di belahan selatan planet bumi, di satu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, di sinilah kita ditaruh-Nya.
Terlahir di sini tanpa tahu bahwa kita berbeda. Sebab perbedaan telah ada sebelum kita ada, sebelum kita tahu membedakan, bahkan sebelum kita mengerti apa itu beda.
Perbedaan di mata jiwa yang memandang Sang Pencipta adalah otoritas Sang Pencipta.
Sang Khalik tidak akan menciptakan Hawa, jika Ia hanya menginginkan kaum Adam saja di bumi ini.
Sang Khalik tidak akan menciptakan kulit berwarna kuning langsat, jika Ia hanya menginginkan warna sawo matang.
Sang Khalik tidak akan menciptakan hati yang memiliki kehendak, jika Ia tidak mau manusia memilih.
Perbedaan juga ditampilkan-Nya di langit saat busur-Nya dibentangkan-Nya melintasi awan dengan warna-warni nan indah. Itulah pelangi.
Sang Khalik tidak akan menaruh warna warni, jika Ia hanya menginginkan satu warna saja. 7 warna berbeda dilekatkan-Nya menjadi satu.
Warna kuning tak memaksakan warna biru harus menjadi warna kuning. Warna jingga tak mengusir warna merah enyah dari situ.
Perbedaan dibiarkan-Nya berbeda. Tidak saling mengharuskan. Tidak saling meniadakan.
Sebab bukankah yang ada di situ hanya sama-sama 'ditaruh'? Dan hanya Yang menaruhnya di situ, Yang berhak meniadakannya dari situ.
Ditaruh untuk menjadi dirinya sendiri. Ditaruh untuk menjadi "sesuatu". Sebab bila semuanya "sesuatu", maka tak ada lagi "sesuatu".
Perbedaan justru memberi tahu siapa dirimu. Tanpa perbedaan, tak seorangpun tahu siapa dirinya.
Perbedaan justru memberi tahu bahwa kamu putih, saya hitam. Perbedaan justru memberi tahu bahwa kamu benar, saya salah.
Di sini belum sorga dan di sini belum pula neraka. Kita masih di bumi.
Hanya di sorga tak ada lagi ketidakbenaran dan hanya di neraka tak ada lagi kebenaran.
Pandanglah sekelilingmu! Bila tak ada lagi ketidakbenaran kau temukan, maka kamu telah berada di sorga.
Namun bila kamu masih menemukan ketidakbenaran di sekitarmu, maka kamu masih di sini, bersama dengan perbedaan.
Bila di alam sana perbedaan memisahkan kita, maka di alam ciptaan-Nya kita ditaruh-Nya hidup berdampingan.
Aku tak berhak meniadakanmu, karena akupun hanya diadakan. Aku tak berhak memaksamu, karena engkau diberi kehendak untuk memilih.
Ia tidak akan memberi kehendak kepadaku dan kepadamu, jika Ia tidak ingin kita memilih.
Lalu mengapa engkau yang juga sama adalah ciptaan hendak menjadi Tuhan atas ciptaan-Nya?
Sayang sekali kamu tidak memandang Sang Pencipta. Kamu hanya memandang dirimu sendiri.
Sayang sekali kamu hanya memandang agamamu sendiri. Kamu lupa, agama ada karena Sang Pencipta ada. Bahkan sekalipun agama tak pernah ada, Sang Pencipta tetap ada.
Bila saja engkau memandang Sang Pencipta, maka engkau akan berkata, "Kita memang berbeda, tetapi kita "Bhineka Tunggal Ika".
Sayang sekali kamu tidak memandang Sang Pencipta. Kamu hanya memandang dirimu sendiri.
Sayang sekali kamu hanya memandang agamamu sendiri. Kamu lupa, agama ada karena Sang Pencipta ada. Bahkan sekalipun agama tak pernah ada, Sang Pencipta tetap ada.
Bila saja engkau memandang Sang Pencipta, maka engkau akan berkata, "Kita memang berbeda, tetapi kita "Bhineka Tunggal Ika".
SALAM NKRI.--
SHALOM | HEP |
0 komentar:
Posting Komentar