PERTAHANKAN NKRI DI SELURUH INDONESIA
Indonesia adalah Negara yang Berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45.Maju terus pantang mundur guna menuju Rakyat Adil Dan Makmur untuk Seluruh Rakyat Indonesia.
PEMIMPIN ANTI KORUPSI
Presiden Satu-satunya di Indonesia memiliki Sertificate ANTI KORUPSI,Jujur dan Kerja Keras,Dekat Dengan Rakyatnya.
Jumat, 26 Juni 2015
Harta Dalam Bejana | 1-5
07.29
Unknown
No comments
1 Tesalonika 2:17b; Pengkhotbah 10:14b; Ayub 5:7a; Amsal 25:9a; Maleakhi 2:17a
1 Tesalonika 2:17b |
1 Tesalonika 2:17b |
1 Tesalonika 2:17b |
? ? ?
Pengkhotbah 10:4b |
Pengkhotbah 10:4b |
Pengkhotbah 10:4b |
? ? ?
Ayub 5:7a |
Ayub 5:7a |
Ayub 5:7a |
? ? ?
Amsal 25:9a |
Amsal 25:9a |
Amsal 25:9a |
? ? ?
Maleakhi 2:17a |
Maleakhi 2:17a |
**HEP**
?|| SHALOM |
Rabu, 24 Juni 2015
Puasa di Alkitab | 5 | Panduan Berpuasa Masa Kini
23.32
Unknown
No comments
Paket Materi Puasa di Alkitab | Halaman 5.
V. Panduan Berpuasa Kristiani Masa Kini.
Sangat banyak panduan berpuasa yang sudah dituliskan di mana-mana atau secara lisan melalui pengajaran akademis atau gerejawi atau dari orang-orang yang berpengalaman dalam berpuasa. Artikel ini kiranya dapat melengkapinya.
1. Periksa dulu KASIH Anda kepada sesama manusia.
Kritikan Tuhan (lihat halaman 3: Kritikan Tuhan) terhadap puasa umat membuat berpuasa yang hendak dilakukan HARUS lebih dahulu memperhatikan hal ini, agar puasa itu adalah puasa untuk Tuhan, bukan puasa untuk diri sendiri, yang tidak menyentuh hati Tuhan. Jika Anda terpanggil untuk berpuasa, Anda harus membaca hal kritikan Tuhan tersebut.
Singkatnya dari kritikan TUHAN itu adalah hal KASIH KEPADA SESAMA MANUSIA. Bahwa, ketika berpuasa itu dilakukan dengan ketidakberesan kasih kepada sesama manusia, maka puasa itu menjadi tidak ada artinya apa-apa bagi TUHAN. Penjelasan ini sudah termuat di artikel tentang Kritikan Tuhan. Tinggal bagaimana penerapannya di kehidupan kita saat ini.
Tak ada manusia yang sempurna. Tapi jika Anda ingin berpuasa, berarti Anda menginginkan yang baik ada di hidup Anda. Bukan saja yang baik dari Tuhan kepada Anda, tetapi juga Anda baik bagi orang lain. Bagaimana mungkin Anda menginginkan yang baik sedangkan Anda sendiri tidak mau melakukan yang baik?
1 Yohanes 4:20-21 ~ 4:20 Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. 4:21 Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya. --- Matius 7:12 "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.Karena itu mulailah memeriksa kasih Anda kepada orang lain. Berapa hal praktis yang bisa Anda pikirkan untuk diperiksa tentang hal kasih di hidup Anda sebagaimana yang dikritisi TUHAN Allah adalah antara lain:
- Bagaimana kepekaan dan keperdulian sosial Anda? Bagaimana belas kasihan Anda terhadap orang-orang yang susah, sakit, dan mengalami berbagai penderitaan hidup?
- Apakah berkat rejeki Anda hanya Anda dan keluarga Anda sendiri yang dapat mengecapnya? Ataukah orang lain juga dapat ikut mengecap berkat itu karena kemurahan hati Anda?
- Bagaimana sikap Anda terhadap orang lain? Apakah Anda memandang muka? Hangat kepada yang kaya, dingin terhadap yang miskin?
- Bagaimana kata-kata Anda terhadap orang lain? Adakah perkataan kotor yang keluar dari mulut Anda? Adakah hinaan dan celaan kerap terucap di bibir Anda?
- Apakah Anda memandang diri Anda lebih baik dari orang lain?
- Apakah Anda memandang rendah orang lain?
- Apakah Anda sering bertindak kasar terhadap orang lain?
- Apakah ada orang yang Anda sedang sengaja tidak mau berkomunikasi karena kejengkelan, sakit hati, kekesalan, kekecewaan Anda kepadanya? Sebelum berpuasa, berdamai dulu dengan dia.
- Apakah ada orang yang Anda benci? Saya sarankan, ketika Anda berpuasa Anda memohonkan hati yang mengampuni orang itu. Bukan, berpuasa untuk meminta Tuhan balas kejahatannya. Itu tidak perlu diminta. TUHAN itu adil. Anda tidak minta pun, kalau dia jahat, dia akan beroleh bagiannya dari TUHAN. Bagian Anda hanyalah MENGAMPUNI. Selebihnya adalah bagian Allah.
2. Puasa tetap.
Sudah saatnya kita menetapkan suatu waktu di hidup kita menjadi hari khusus �Saya dan Tuhan�, �Anda dan Tuhan�. Ketika masa sedang berpuasa, seseorang akan menjaga segala sesuatu di dirinya (hati, pikiran, ucapan, perbuatan) sesuai yang diinginkan Tuhan. Di hari-hari tidak berpuasa, seseorang seperti "bisa" marah-marah, tetapi ketika berpuasa, ia secara sadar menahan dirinya dari hal itu. Artinya, hari berpuasa memang menjadi hari berbeda dari hari tak berpuasa karena di hari itu semua yang terkait di diri kita semaksimal mungkin adalah berkenan di hadapan Tuhan. Karena itu saya menyebutnya �Hari Saya dan Tuhan� atau �Hari Anda dan Tuhan�. Bukan berarti hari lain bukan hari Tuhan, tetapi bahwa di hari itu, karena sedang berpuasa, jelas-jelas TUHAN DIBESARKAN di seantero diri kita. Seharusnya tanpa berpuasa, Tuhan harus selalu dibesarkan di hidup kita. Bila seseorang membiasakan diri dengan berpuasa, maka lepas dari puasa, hatinya dan pikirannya telah dilatih untuk taat kepada apa yang baik di mata Tuhan. Tetapi sekali lagi, sekalipun Anda tidak berhenti berpuasa seumur hidup tapi jika hati Anda buruk terhadap orang lain, puasa itu tidak menyentuh hati Tuhan.
Apabila Anda ingin menetapkan suatu hari puasa secara tetap berkesinambungan di hidup Anda di tengah kehidupan masa kini, maka saya menyarankan Anda untuk mengingat di hari apa di hidup Anda yang mana di hari itu Anda bisa tidak disibukkan oleh hal-hal duniawi di banding hari-hari lainnya. Untuk ritme aktivitas manusia masa kini, ini tidak mudah. Karena nyaris seluruh hari-hari manusia saat ini terisi dengan aktivitas duniawi yang lebih dominan dari aktivitas rohani. Halnya berbeda bagi pribadi-pribadi yang memang sudah memberikan hidupnya hanya untuk melayani Tuhan. Otomatis aktivitas rohani menjadi lebih dominan, karena tak ada pekerjaan lain, hanya urusan �gereja� saja. Apalagi yang memilih tidak menikah untuk maksud itu. Ia akan lebih fokus lagi, karena tak ada urasan suami/isteri atau anak-anak yang harus dikerjakannya.
Tetapi bagaimana dengan Anda yang bekerja dari Senin sampai Jumat, yang kadang Sabtu juga masih berkecimpung dalam kerja? Inilah yang saya maksudkan, bahwa Anda melihat hari mana yang terbaik untuk Anda menjadikan hari itu sebagai hari puasa Anda. Bisa setiap minggu, atau dua minggu sekali, atau sebulan sekali. Yang saya maksud, waktunya tetap, bukan puasa khusus bertujuan, tetapi menjadikan puasa bagian dari perjalanan hidup Anda. Anda bisa mengambil waktu 2 kali seminggu seperti Orang Kaya dalam kisah Injil. Kalau bisa, kenapa tidak. Jika tidak, 1 minggu sekali. Tinggal memilih hari yang terbaik dari hari lainnya.
Jika Anda sudah menetapkan satu hari tertentu, maka Anda harus menjaga konsistensinya. Mengapa? Karena kalau Anda berniat menetapkan hari khusus berpuasa, itu berarti Anda mengikat komitmen dengan Tuhan, bahwa di hari itu Anda mau bertemu Tuhan lebih khusus dari hari-hari lainnya. Jangan sampai, di hari yang Anda tetapkan sendiri untuk Tuhan, �Tuhan sudah menunggu Anda, Anda-nya yang tidak muncul-muncul�. Padahal hari itu adalah hari yang Anda komitmenkan di hidup Anda menjadi hari Anda dan Tuhan. Pengunduran atau pembatalan bisa terjadi apabila di hari yang Anda tetapkan itu Anda ditantang dengan hal-hal yang membuat Anda akhirnya meniadakan hari itu. Lebih tepatnya saya katakan, Anda menunda urusan Anda dengan Tuhan untuk mengurus yang lain. Ini perlu dijaga.
Sesungguhnya, dalam Hukum Kasih ini bukan sesuatu yang tak dapat dimengerti juga dengan kasih oleh Tuhan. Tetapi persoalannya adalah bukan soal Tuhan mengerti atau tidak mengerti, tetapi soal KOMITMEN Anda dengan Tuhan. Pada kenyataannya, ada-ada saja yang bisa membuat Anda membatalkan hari itu dan menukarnya dengan hari lain. Apa tidak bisa begitu? Mengapa tidak bisa? Hukum Kasih tidak menetapkan hari untuk Anda berpuasa, bukan? Yang menetapkan hari itu kan Anda, bukan Tuhan. Lalu mengapa Anda yang tidak menepatinya?
Hukum Kasih memang tidak menetapkan hari, tetapi Hukum Kasih bicara KESETIAAN. Jika Anda berkomitmen bahwa itu hari puasa, KESETIAAN Anda TERUJI di situ. Saya beri contoh, hari yang ditetapkan TUHAN Allah menjadi hari khusus umat-Nya dan Dia adalah hari Minggu. Bukan Ia tak ada untuk kita di hari lain, tetapi TUHAN sudah berkomitmen dengan diri-Nya sendiri bahwa itulah hari khusus untuk Dia dan umat-Nya.
Kej 2:2-3 ~ 2:2 Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. 2:3 Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu. --- Kel 20:8-11 ~ 20:8 Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: 20:9 enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, 20:10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. 20:11 Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
Lalu apakah TUHAN Allah menukar hari Minggu dengan hari lain karena berbagai pertimbangan? Tidak. Demikianlah KESETIAAN menuntut kesungguhan Anda untuk tetap menguduskan hari yang Anda tetapkan itu bagi Tuhan.
Oleh sebab itu pengambilan keputusan hari dan frekwensinya (berapa kali dalam seminggu/dua minggu/sebulan dsb) harus Anda timbang dengan sebaik-baiknya. Tak ada orang lain yang dapat membantu Anda untuk memutuskan ini, kecuali Anda sendiri. Karena Anda yang punya hari, maka Anda sendirilah yang paling tahu hari yang tepat untuk menjadi hari tetap bagi Anda berpuasa. Dengan demikian, Anda menjadikan puasa menjadi bagian dari hidup Anda, seperti Hana, Paulus, dll.
Untuk puasa bertujuan khusus, misalnya: untuk mendapatkan petunjuk dari Tuhan, untuk memohon kesembuhan, untuk memohon restu Tuhan, dll, waktunya tentulah tidak tetap. Bagaimanapun, saya berharap Anda tidak berpikir bahwa Anda hanya akan berpuasa bila ada tujuan yang hendak Anda peroleh dari Tuhan. Saya menyarankan agar Anda tidak seperti itu, melainkan menetapkan waktu khusus menjadi hari puasa tetap di hidup Anda. Mengapa? Karena, kalau Anda berpuasa hanya pada saat ada tujuan yang hendak Anda peroleh dari Tuhan, maka itu berarti Anda menjadikan puasa sebagai alat pencapaian tujuan Anda semata. Kasarnya, puasa penting bila ada perlu dengan Tuhan. Bila tidak, puasa tidak penting. Sebaiknya tidak begitu. Jadikanlah puasa bukan sebagai alat mencapai tujuan Anda, tetapi menjadi bagian dari hidup Anda (puasa tetap). Bila ada perlu, adakan puasa tujuan DILUAR puasa tetap Anda.
3. Jam berapa mulai, jam berapa berakhir?
Hal yang sama dengan penetapan waktu yang tetap untuk berpuasa, maka penetapan jam memulai puasa dan jam berakhir puasa ada pada keputusan Anda sendiri. Bila melihat dari konsep TUHAN tentang puasa yang ditetapkan-Nya di Hari Pendamaian, maka itu berarti satu hari. Yang saya maksud dengan ini adalah karena hari itu adalah hari yang Anda putuskan untuk berpuasa, entah puasa tetap atau bertujuan, maka sebaiknya Anda tidak �mengirit� lagi waktu dari hari-hari lainnya. Masakan sudah berhari-hari Anda tidak berpuasa, lalu hari itu Anda pendekkan saja jam berpuasa Anda? Kalau Anda niat berpuasa di hari itu, sebaiknya ambillah waktu sepanjang-panjangnya. Anda dapat membuatnya menjadi sehari full di hari itu, dari jam 12 malam ke jam 12 malam, dari jam 6 pagi ke jam 6 pagi, dst. Itu kalau Anda hendak mengambil sehari penuh berpuasa. Jam berapa Anda memulainya, di jam yang sama di waktu yang sama barulah Anda mengakhirinya. Anda juga bisa mengambil hitungan waktu 13 jam. Misalnya: Anda memulainya jam 6 pagi, maka Anda mengakhirinya jam 7 malam. Intinya, karena hari itu adalah waktu yang Anda tetapkan untuk berpuasa, maka sebaiknya di hari itu jam berpuasa itu lebih lama dari pada jam tidak berpuasa. Kesmpulannya, penetapan waktu memulai dan mengakhirinya adalah keputusan Anda dengan memperhatikan, bahwa di hari itu, jam berpuasa sebaiknya lebih panjang dari jam tidak berpuasa.
4. Mulai dengan ibadah, akhiri dengan ibadah.
Adalah tidak mungkin berpuasa tanpa beribadah, karena berpuasa adalah ibadah (= Mencari TUHAN � lihat halaman 2: Maksud dan Tujuan). Ketika Anda memulainya, Anda memulainya dengan ibadah dan ketika Anda mengakhirinya, Anda mengakhirinya juga dengan ibadah. Keliru bila Anda memulainya dengan ibadah, namun mengakhirinya dengan meneguk segelas air belaka, berdoa singkat, dan selesai. Mengapa? Karena puasa bukan sekedar �menyiksa diri tidak makan dan tidak minum�, itu point nomor 3 dari maksud berpuasa. Point pertama: Mencari Tuhan dan merendahkan diri di hadapan-Nya. Bila Anda berpuasa tanpa ibadah, dengan menandakan waktu mulai puasa adalah waktu mulai Anda tidak makan dan tidak minum, lalu mengakhirinya dengan menandakan Anda meminum air dan mulai makan, maka itu namanya Puasa Tubuh belaka. Berpuasa berarti Anda sedang mengkaitkan Tuhan melekat di hidup Anda lebih lekat dan terus makin lekat di hidup Anda, maka tidaklah mungkin itu Anda lakukan tanpa ibadah. Kalau Anda berpuasa, berarti Anda harus mendengarkan Ia bicara. Karena itu Anda harus membaca firman, berdoa dan memuliakan Dia dengan nyanyian pujian dan penyembahan kepada-Nya.
Karena ibadah, maka ada pujian dan penyembahan, ada doa dan pembacaan Alkitab. Oleh karena itu, saya menyarankan Anda untuk memperhatikan jam yang baik bagi Anda untuk mengakhiri puasa, yakni bahwa di jam itu Anda dalam kondisi siap untuk beribadah. Tidak sedang di jalan, tidak baru saja tiba di rumah sepulang kerja. Kondisi yang tidak tepatlah yang terkadang membuat orang mengakhiri puasanya asal-asalan. Oleh sebab itu, jika umumnya Anda tiba di rumah dari bekerja adalah jam 7 malam, maka janganlah menetapkan jam mengakhiri puasa Anda di jam yang sama. Perhitungkanlah waktu dimana semua yang harus Anda lakukan sebaru sampai di rumah, itu sudah Anda kerjakan, misalnya, mandi dll yang rutin harus Anda kerjakan.
3. Jam berapa mulai, jam berapa berakhir?
Hal yang sama dengan penetapan waktu yang tetap untuk berpuasa, maka penetapan jam memulai puasa dan jam berakhir puasa ada pada keputusan Anda sendiri. Bila melihat dari konsep TUHAN tentang puasa yang ditetapkan-Nya di Hari Pendamaian, maka itu berarti satu hari. Yang saya maksud dengan ini adalah karena hari itu adalah hari yang Anda putuskan untuk berpuasa, entah puasa tetap atau bertujuan, maka sebaiknya Anda tidak �mengirit� lagi waktu dari hari-hari lainnya. Masakan sudah berhari-hari Anda tidak berpuasa, lalu hari itu Anda pendekkan saja jam berpuasa Anda? Kalau Anda niat berpuasa di hari itu, sebaiknya ambillah waktu sepanjang-panjangnya. Anda dapat membuatnya menjadi sehari full di hari itu, dari jam 12 malam ke jam 12 malam, dari jam 6 pagi ke jam 6 pagi, dst. Itu kalau Anda hendak mengambil sehari penuh berpuasa. Jam berapa Anda memulainya, di jam yang sama di waktu yang sama barulah Anda mengakhirinya. Anda juga bisa mengambil hitungan waktu 13 jam. Misalnya: Anda memulainya jam 6 pagi, maka Anda mengakhirinya jam 7 malam. Intinya, karena hari itu adalah waktu yang Anda tetapkan untuk berpuasa, maka sebaiknya di hari itu jam berpuasa itu lebih lama dari pada jam tidak berpuasa. Kesmpulannya, penetapan waktu memulai dan mengakhirinya adalah keputusan Anda dengan memperhatikan, bahwa di hari itu, jam berpuasa sebaiknya lebih panjang dari jam tidak berpuasa.
4. Mulai dengan ibadah, akhiri dengan ibadah.
Adalah tidak mungkin berpuasa tanpa beribadah, karena berpuasa adalah ibadah (= Mencari TUHAN � lihat halaman 2: Maksud dan Tujuan). Ketika Anda memulainya, Anda memulainya dengan ibadah dan ketika Anda mengakhirinya, Anda mengakhirinya juga dengan ibadah. Keliru bila Anda memulainya dengan ibadah, namun mengakhirinya dengan meneguk segelas air belaka, berdoa singkat, dan selesai. Mengapa? Karena puasa bukan sekedar �menyiksa diri tidak makan dan tidak minum�, itu point nomor 3 dari maksud berpuasa. Point pertama: Mencari Tuhan dan merendahkan diri di hadapan-Nya. Bila Anda berpuasa tanpa ibadah, dengan menandakan waktu mulai puasa adalah waktu mulai Anda tidak makan dan tidak minum, lalu mengakhirinya dengan menandakan Anda meminum air dan mulai makan, maka itu namanya Puasa Tubuh belaka. Berpuasa berarti Anda sedang mengkaitkan Tuhan melekat di hidup Anda lebih lekat dan terus makin lekat di hidup Anda, maka tidaklah mungkin itu Anda lakukan tanpa ibadah. Kalau Anda berpuasa, berarti Anda harus mendengarkan Ia bicara. Karena itu Anda harus membaca firman, berdoa dan memuliakan Dia dengan nyanyian pujian dan penyembahan kepada-Nya.
Karena ibadah, maka ada pujian dan penyembahan, ada doa dan pembacaan Alkitab. Oleh karena itu, saya menyarankan Anda untuk memperhatikan jam yang baik bagi Anda untuk mengakhiri puasa, yakni bahwa di jam itu Anda dalam kondisi siap untuk beribadah. Tidak sedang di jalan, tidak baru saja tiba di rumah sepulang kerja. Kondisi yang tidak tepatlah yang terkadang membuat orang mengakhiri puasanya asal-asalan. Oleh sebab itu, jika umumnya Anda tiba di rumah dari bekerja adalah jam 7 malam, maka janganlah menetapkan jam mengakhiri puasa Anda di jam yang sama. Perhitungkanlah waktu dimana semua yang harus Anda lakukan sebaru sampai di rumah, itu sudah Anda kerjakan, misalnya, mandi dll yang rutin harus Anda kerjakan.
Contoh: Setiba di rumah Anda biasanya menyiapkan makan malam untuk anak dan suami, maka itu tetap Anda lakukan. Jangan karena di hari itu Anda berpuasa dan Anda harus mengakhirinya dengan ibadah, akhirnya keluarga tertunda makan malam karena menunggu Anda selesai mengakhiri puasa Anda.
Tentu ini keliru. Puasa Anda tidak boleh mengorbankan orang lain. Jangan karena Anda berpuasa, Anda menuntut orang lain mengerti Anda atau menghargai puasa Anda. Ingat, Anda melakukan puasa untuk Tuhan, bukan untuk manusia, juga bukan untuk diketahui orang. Kalaupun keluarga tahu, bukan berarti mereka juga jadi Anda �puasakan� untuk puasa Anda.Demikianlah maksud puasa adalah �menyiksa diri�, bukan saja karena tidak makan dan tidak minum, tetapi Anda harus tetap ada dan tampil bagi orang lain selayaknya Anda sedang tidak berpuasa. Puasa tidak membuat Anda harus dimengerti atau beroleh �dispensasi�. Puasa tidak menonaktifkan Anda dari tanggung jawab Anda baik di tempat kerja Anda ataupun di rumah. Puasa tidak menonaktifkan kasih Anda kepada orang lain, malahan Anda harus lebih menyatakan kasih itu di hari Anda berpuasa.
Jadi, selesaikanlah semua tanggung jawab Anda itu, barulah Anda duduk tenang, lalu beribadah untuk mengakhiri puasa Anda di hari itu. Oleh sebab itu, sekali lagi, tetapkanlah waktu yang tepat untuk mengakhirinya dengan mempertimbangkan hal-hal seperti contoh di atas. Selain dari hal itu, masa tenggang antara jam Anda baru sampai di rumah dengan jam ibadah untuk mengakhiri puasa juga menjadi jam-jam pengalihan pikiran Anda dari berbagai aktivitas di luar rumah. Jadi tidak krasak-krusuk, terburu-buru atau asal-asalan. Segalanya diatur dengan baik dan dilaksanakan dengan ketenangan jiwa. Tidak ada yang dirugikan karena puasa Anda. Semuanya beroleh damai sejahtera.
5. Angkat Hati
Hal lain yang harus diperhatikan adalah masa berpuasa seharusnya adalah jam-jam khusuk dengan Tuhan. Karena itu di bagian awal penjelasan ini, saya menganjurkan Anda menetapkan waktu yang bebas dari kesibukan sebagai hari puasa. Tetapi, umumnya, waktu yang terbaik seperti itu sulit karena pekerjaan, sekolah, kuliah atau aktivitas rutin dalam sepekan. Panduan berpuasa yang saya bagikan memang cenderung untuk Anda yang berniat untuk bisa berpuasa di tengah kepadatan aktivitas Anda.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah masa berpuasa seharusnya adalah jam-jam khusuk dengan Tuhan. Karena itu di bagian awal penjelasan ini, saya menganjurkan Anda menetapkan waktu yang bebas dari kesibukan sebagai hari puasa. Tetapi, umumnya, waktu yang terbaik seperti itu sulit karena pekerjaan, sekolah, kuliah atau aktivitas rutin dalam sepekan. Panduan berpuasa yang saya bagikan memang cenderung untuk Anda yang berniat untuk bisa berpuasa di tengah kepadatan aktivitas Anda.
Bila tidak ada aktivitas, Anda harus lebih banyak memberi waktu untuk beribadah di sehari puasa itu. Nyanyian, doa, dan pembacaan firman Tuhan berkesinambungan dari waktu memulainya hingga mengakhirinya. Namun karena Anda sedang beraktivitas: kerja, kuliah, sekolah, dll, maka hal itu tidak dapat Anda lakukan sepenuhnya. Jika demikian, Anda lihat saja situasi, keadaan dan kondisi umum yang berlaku di hari itu. Jika ada moment di mana Anda dapat beribadah sejenak di antara aktivitas itu, lakukan tanpa menarik perhatian orang banyak. Tetapi umumnya, ini sulit dilaksanakan. Yang umum semua bisa adalah BERDOA. Melakukan ibadah dengan nyanyian dan pembacaan Alkitab umumnya tidak dimungkinkan oleh kondisi. Dengan asumsi Anda memiliki aplikasi Alkitab di ponsel Anda, itu sangat membantu puasa Anda. Anda bisa membacanya di saat jam istirahat kerja/belajar tanpa menarik perhatian orang banyak. Tetapi jika ini tidak, kembali, hanya BERDOA yang paling bisa Anda lakukan.
Apakah itu berarti nilai puasa Anda berkurang? Sama sekali tidak. Karena puasa pertama-tama adalah hati Anda dan hati Tuhan. Ketika secara fisik, Anda tidak dapat melakukan tindakan khusus untuk beribadah kepada Tuhan, maka Anda masih punya DOA yang tidak dapat dihalangi oleh apapun juga. Itulah yang harus Anda lakukan sepanjang masa beraktivitas Anda. Hati Anda tetap berkomunikasi dengan Tuhan, yang saya sebut �Angkat hati kepada Tuhan�. Ini bahasa yang sudah kita kenali. yakni Doa dari hati kepada Tuhan. Walau tangan Anda tak melipat, bibir Anda tak berkomat-kamit, namun hati Anda terus berbicara akrab dengan Tuhan.
Terkadang pekerjaan atau aktivitas belajar memerlukan perhatian penuh, sebab memang Anda harus lebih baik dalam bekerja dan harus lebih serius dalam belajar saat berpuasa. Bukannya menjadi lemas dan tidak fokus mengerjakan tanggung jawab Anda dikarenakan puasa Anda. Tidak. Malah di hari puasa itu, Anda harus lebih bergairah dari hari tak berpuasa. Nah, karena harus berkonsentrasi pada apa yang Anda kerjakan atau hadapi, maka terkadang jam berlalu tanpa Anda sadari, akhirnya juga berlalu tanpa DOA.
Untuk menghindari hal ini, maka saya menyarankan Anda untuk menetapkan waktu khusus di jam-jam aktivitas Anda menjadi menit-menit Doa Anda. Ini pun tetap saya anjurkan sekalipun sepanjang jam Anda bisa tetap angkat hati. Mengapa? Karena hari itu adalah hari puasa, seharusnya seluruh waktu untuk Tuhan. Tetapi karena Anda harus beraktivitas, maka aktivitas itu sama sekali tidak boleh meniadakan kontak Anda dengan Tuhan secara pribadi. Tetapkanlah, misalnya, jam 09:00, 12:00, 15:00 menjadi menit-menit doa hati Anda kepada Tuhan. Apakah harus di jam-jam itu? Tentu tidak. Anda yang putuskan itu, karena beda orang, beda aktivitas, beda situasi, beda keadaan, beda kondisi, dsb. Jadi Anda sendiri yang memutuskan itu.
Bagaimana Anda memutuskan itu? Lihatlah jam mana di antara jam-jam aktivitas Anda di hari itu bisa menjadi jam Angkat Hati Anda. Jika tahu di hari itu jam 09:00, misalnya, Anda sedang berdiri mengajar, maka janganlah menetapkan jam itu. Ambillah waktu lain. Jam istirihat, misalnya. Di waktu itulah, Anda berdiam diri, tenang dan berdoa di hati Anda. Seberapa banyak waktu yang bisa untuk itu, berdoalah. Untuk itulah Anda berpuasa, yakni bukan untuk tidak makan dan tidak minum saja, tetapi untuk melakukan komunikasi pribadi dengan Tuhan. Kalau puasa untuk puasa tubuh belaka, Anda tidak perlu melakukan itu. Tetapi karena Anda berpuasa untuk Tuhan, maka Anda harus melakukan itu! Itu pun Anda sudah "diringankan" karena aktivitas Anda. Apabila Anda sama sekali tidak melakukan komunikasi dengan Tuhan di seluruh jam puasa Anda, lebih baik Anda tidak menyebut puasa Anda itu untuk Tuhan, dan dengan demikian Anda tidak memerlukan panduan ini.
Demikan beberapa hal yang perlu Anda perhatikan untuk memandu Anda melaksanakan puasa melengkapi panduan berpuasa lainnya yang sudah Anda ketahui. Beberapa topik tentang puasa mungkin akan ditambahkan kemudian, tetapi untuk paket materi puasa kali ini, berakhir di sini. Kiranya menjadi berkat. Shalom.--**HEP**
Untuk menghindari hal ini, maka saya menyarankan Anda untuk menetapkan waktu khusus di jam-jam aktivitas Anda menjadi menit-menit Doa Anda. Ini pun tetap saya anjurkan sekalipun sepanjang jam Anda bisa tetap angkat hati. Mengapa? Karena hari itu adalah hari puasa, seharusnya seluruh waktu untuk Tuhan. Tetapi karena Anda harus beraktivitas, maka aktivitas itu sama sekali tidak boleh meniadakan kontak Anda dengan Tuhan secara pribadi. Tetapkanlah, misalnya, jam 09:00, 12:00, 15:00 menjadi menit-menit doa hati Anda kepada Tuhan. Apakah harus di jam-jam itu? Tentu tidak. Anda yang putuskan itu, karena beda orang, beda aktivitas, beda situasi, beda keadaan, beda kondisi, dsb. Jadi Anda sendiri yang memutuskan itu.
Bagaimana Anda memutuskan itu? Lihatlah jam mana di antara jam-jam aktivitas Anda di hari itu bisa menjadi jam Angkat Hati Anda. Jika tahu di hari itu jam 09:00, misalnya, Anda sedang berdiri mengajar, maka janganlah menetapkan jam itu. Ambillah waktu lain. Jam istirihat, misalnya. Di waktu itulah, Anda berdiam diri, tenang dan berdoa di hati Anda. Seberapa banyak waktu yang bisa untuk itu, berdoalah. Untuk itulah Anda berpuasa, yakni bukan untuk tidak makan dan tidak minum saja, tetapi untuk melakukan komunikasi pribadi dengan Tuhan. Kalau puasa untuk puasa tubuh belaka, Anda tidak perlu melakukan itu. Tetapi karena Anda berpuasa untuk Tuhan, maka Anda harus melakukan itu! Itu pun Anda sudah "diringankan" karena aktivitas Anda. Apabila Anda sama sekali tidak melakukan komunikasi dengan Tuhan di seluruh jam puasa Anda, lebih baik Anda tidak menyebut puasa Anda itu untuk Tuhan, dan dengan demikian Anda tidak memerlukan panduan ini.
Demikan beberapa hal yang perlu Anda perhatikan untuk memandu Anda melaksanakan puasa melengkapi panduan berpuasa lainnya yang sudah Anda ketahui. Beberapa topik tentang puasa mungkin akan ditambahkan kemudian, tetapi untuk paket materi puasa kali ini, berakhir di sini. Kiranya menjadi berkat. Shalom.--**HEP**
GOD BLESS YOU |
Katakan Selagi Orangnya Masih Hidup
10.27
Unknown
No comments
Ketika seseorang telah terbujur kaku, segala hal yang baik tentangnya terucap. Bahkan seorang penjahat pun jadi disebutkan punya baik di dirinya pada kata-kata sambutan yang dipidatokan di hari pemakamannya. MENGAPA TIDAK MENGATAKAN ITU PADA SAAT ORANGNYA MASIH HIDUP?
Seseorang tak akan menjadi lebih baik jika hal-hal yang buruk saja di dirinya yang diperdengarkan kepadanya. Malah ini bisa menimbulkan "kebal kritik". Ia bisa menjadi tidak perduli lagi terhadap pandangan buruk yang disampaikan kepadanya. Bukan berarti tidak ada orang yang menjadi berubah baik dengan kecaman yang terus menerus. Tetapi orang bijak tidak akan hidup untuk hanya mengecam orang lain. Cobalah tukar posisi, bagaimana rasa Anda kalau orang lain hanya bicara hal buruk tentang diri Anda seolah Anda tidak punya hal yang baik? Apakah Anda akan merasa nyaman dengan hal itu?
Seseorang tak akan menjadi lebih baik jika hal-hal yang buruk saja di dirinya yang diperdengarkan kepadanya. Malah ini bisa menimbulkan "kebal kritik". Ia bisa menjadi tidak perduli lagi terhadap pandangan buruk yang disampaikan kepadanya. Bukan berarti tidak ada orang yang menjadi berubah baik dengan kecaman yang terus menerus. Tetapi orang bijak tidak akan hidup untuk hanya mengecam orang lain. Cobalah tukar posisi, bagaimana rasa Anda kalau orang lain hanya bicara hal buruk tentang diri Anda seolah Anda tidak punya hal yang baik? Apakah Anda akan merasa nyaman dengan hal itu?
Sekalipun keburukan yang disebutkan benar adalah milik orang itu, tetapi jika Anda masih punya kasih kepadanya, Anda tidak akan meluputkan hal yang baik tentang orang itu. Hanya bila ada kebencian, iri hati, sakit hati dan lain sebagainya serupa itu, maka di situlah letak KETIDAKINGINAN Anda untuk bicara yang baik lagi tentang orang itu. Kalau sudah begitu, masalahnya bukan saja di diri orang itu, tetapi juga di diri Anda. Memiliki rasa hati yang buruk terhadap seseorang melahirkan hal-hal buruk semata bagi orang itu. Jadinya Anda sama punya buruk, hanya beda kasus.
Tidak ada orang yang tidak punya "putih" di dirinya. Seburuk-buruknya seseorang, ia punya yang baik. Seperti Anda, Anda juga tidak hanya punya hal buruk di diri Anda, tetapi juga punya hal yang baik. Sebaliknya, tidak ada orang yang tidak punya "hitam" di dirinya. Jika Anda punya yang baik, Anda juga punya yang buruk. Hanya Tuhan yang tidak punya hal buruk di diri-Nya. Selagi Anda manusia, Anda pasti punya buruk. Jadi adalah bijak untuk tidak hidup dengan "memburuk-burukan" hidup semata-mata, tetapi singkaplah yang baik, maka Anda akan melihat yang baik.
Menyebutkan apa yang baik di diri seseorang adalah salah satu terapi psikologis yang mendorong hal-hal positif menjadi lebih kuat dari hal-hal negatif di diri seseorang. Karena itu berikanlah pujian yang sewajarnya dan penghargaan yang sepatutnya selagi orangnya masih hidup. Itu membantu perubahan baik di dirinya selagi ia masih hidup. Bukankah itu harapan Anda, bahwa ia berubah selagi hidup? Lalu mengapa menunggu ia mati untuk menyampaikannya? Kebaikan-kebaikan yang Anda sebutkan di telinga yang sudah membeku adalah jelas tak ada gunanya. Di lain pihak, Andalah yang akan memiliki penyesalan itu, sebab terkadang, nanti bila orangnya tidak ada, barulah "baiknya dia" ada di tetesan air mata.
Tidak ada orang yang tidak punya "putih" di dirinya. Seburuk-buruknya seseorang, ia punya yang baik. Seperti Anda, Anda juga tidak hanya punya hal buruk di diri Anda, tetapi juga punya hal yang baik. Sebaliknya, tidak ada orang yang tidak punya "hitam" di dirinya. Jika Anda punya yang baik, Anda juga punya yang buruk. Hanya Tuhan yang tidak punya hal buruk di diri-Nya. Selagi Anda manusia, Anda pasti punya buruk. Jadi adalah bijak untuk tidak hidup dengan "memburuk-burukan" hidup semata-mata, tetapi singkaplah yang baik, maka Anda akan melihat yang baik.
Menyebutkan apa yang baik di diri seseorang adalah salah satu terapi psikologis yang mendorong hal-hal positif menjadi lebih kuat dari hal-hal negatif di diri seseorang. Karena itu berikanlah pujian yang sewajarnya dan penghargaan yang sepatutnya selagi orangnya masih hidup. Itu membantu perubahan baik di dirinya selagi ia masih hidup. Bukankah itu harapan Anda, bahwa ia berubah selagi hidup? Lalu mengapa menunggu ia mati untuk menyampaikannya? Kebaikan-kebaikan yang Anda sebutkan di telinga yang sudah membeku adalah jelas tak ada gunanya. Di lain pihak, Andalah yang akan memiliki penyesalan itu, sebab terkadang, nanti bila orangnya tidak ada, barulah "baiknya dia" ada di tetesan air mata.
"Alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!"
- Amsal 15:23b -
SHALOM.
--**HEP**--
Selasa, 23 Juni 2015
Puasa di Alkitab | 4 | Ada Yang Ya Ada Yang Tidak
02.27
Unknown
No comments
Paket Materi Puasa di Alkitab | Halaman 4
IV. Mengapa Orang Kristen Ada yang Berpuasa dan Ada yang Tidak?
Pertanyaan serupa disampaikan oleh murid-murid Yohanes Pembaptis dan murid-murid orang Farisi kepada Yesus. "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" (Mat 9:14; Mrk 2:18; Luk 5:33). Jawaban Yesus: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. (Mat 9:15; Mrk 2:19-20; Luk 5:34-35).
1. Gereja adalah Umat Perjanjian Baru.Ketika Yesus masih bersama-sama murid-murid-Nya, Yesus sedang dalam masa mempersiapkan suatu umat Perjanjian Baru.
2 Korintus 3:6 Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan. --- Ibrani 8:8 Sebab Ia menegor mereka ketika Ia berkata: "Sesungguhnya, akan datang waktunya," demikianlah firman Tuhan, "Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda, --- Ibrani 8:13 Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya. --- Ibrani 9:15 Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama. --- Ibrani 12:24 dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.
Umat Perjanjian Baru adalah umat yang mengikat perjanjian hukum dengan TUHAN Allah dengan hukum yang baru, - bukan lagi dengan Hukum Taurat tetapi dengan penggenapan hukum itu -, yakni Hukum Kasih. Hukum Kasih efektif berlaku setelah pengesahannya, yakni disahkan dengan darah kematian Yesus Kristus di kayu salib. -- Ibrani 12:24 dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel. --- Demikan pengesahan hukum Allah dilakukan, yakni dimeteraikan dengan darah. Hukum Taurat, yang mengikat umat dalam satu Perjanjian (kemudian disebut Perjanjian Lama, karena sudah ada Perjanjian Baru � Ibr 8:13), disahkan dengan darah (Kel 24:3-8; Ibr 9:18-22). Begitu juga dengan Perjanjian Hukum yang Baru, yakni Hukum Kasih, juga disahkan dengan darah Yesus Kristus. --- Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.�(Luk 22:20; Mat 26:28; Mrk 14:24; 1 Kor 11:25; Ibr 12:24). --- Dan umat Perjanjian Baru adalah Gereja. Gereja adalah pelaksana hukum Perjanjian Baru, yakni Hukum Kasih. Gereja melaksanakan perintah Tuhan dengan kasih, oleh kasih dan karena kasih, termasuk hal berpuasa.
2. Puasa Gereja Berdasar Pada Hukum Kasih.
Yesus tidak meniadakan atau membatalkan Hukum Taurat (Mat 5:17), melainkan menggenapinya dengan memberi dasar yang baru bagi Hukum Taurat, yakni KASIH. Artinya, pelaksanaan Hukum Taurat dan segala peraturan-peraturannya, termasuk tradisi dan ketetapan berkesinambungan tentang hal berpuasa, dikerjakan atas dasar kasih, yakni kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia (Mat 22:34-40). Tidak ada paksaan dalam pelaksanaannya, apalagi rasa takut. --- Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih. (1 Yoh 14:18). --- Bukan karena keharusan belaka, dan bukan karena karena kewajiban semata, tetapi dilakukan dengan HATI, yakni hati yang mengasihi. --- �Jikalaukamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.� (Yoh 14:15). Dan dasar untuk mengasihi adalah �Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.� (1 Yoh 4:19). --- Bukan supaya diberkati Tuhan atau supaya beroleh sesuatu dari Tuhan, tetapi karena Tuhan sudah memberkati, karena Tuhan sudah lebih dahulu mengasihi. Jadi tidak perlu disuruh, tidak perlu dipaksa. Kalau �sayang� Tuhan pasti akan melaksanakan semua perintah-Nya dengan kemauan hati sendiri. Senang melakukannya, tak ada tekanan, penuh sukacita.
Misalnya, hukum �Jangan berzinah�. Jangan berzinah di bawah payung Hukum Taurat adalah keharusan yang mau tidak mau dilakukan karena ancaman hukuman mati. Jika berbuat, pasti akan dihukum dengan di lempari batu sampai mati (Im 20:10; Ul 22:22-24; Yoh 8:2-5). Dalam Hukum Kasih, "Jangan berzinah" diberi dasar KASIH, yakni "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Mat 22:39). --- "Jangan berzinah" dipahami dalam kerangka kasih, bukan lagi dalam kerangka hukuman (Hukum Taurat). Tidak berzinah bukan karena takut dihukum, tetapi karena mengasihi isteri/suami dan mengasihi anak-anak. Jika kasih kepada sesama ini dipahami dengan baik, maka sekalipun tidak ada larangan untuk berzinah, perzinahan tidak akan dilakukan sebagai pilihan sendiri, karena tahu dan sadar, bahwa perzinahan akan menyakiti bahkan melukai hati isteri/suami, dan anak-anak. Karena mengasihi keluarganya, maka seseorang tidak akan berzinah.
Demikianlah di dalam Hukum Kasih setiap pribadi dengan ikhlas melakukan butir demi butir perintah dan ketetapan Allah dengan ikhlas tanpa merasa dipaksa, tanpa tekanan, tetapi karena memiliki KASIH. --- �Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.� (Yoh 14:15). --- Tidak mengasihi, tidak melakukan.
3. Penerapan Puasa dalam Hidup Orang Percaya.
Kita lihat dulu hal penetapan waktu khusus. Penetapan waktu khusus untuk bepuasa dalam ikatan hukum Perjanjian lama ditetapkan TUHAN Allah bagi umat-Nya pada Hari Pendamaian, yakni puasa setahun sekali di hari itu, yaitu pada setiap tanggal 10 di bulan ke-7 (bulan Thisri/Ethanim) kalender Yahudi. Di dalam Hukum Kasih, Hari Pendamaian Allah dan manusia sudah digenapi oleh Kristus dengan kematian-Nya di kayu salib. Tak ada lagi hari-hari khusus untuk mengadakan puasa demi beroleh pendamaian dengan Allah. --- Kolose 1:19-20 ~ 1:19 Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, 1:20 dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.
Akan menjadi ada hari penetapan jika suatu gereja menetapkan hari khusus untuk itu. Dalam Perjanjian Lama ini masuk dalam kategori puasa bersama atau puasa umat secara serentak bersama-sama (komunal) atas maklumat atau perintah pemimpin umat. Dengan demikian jika ada gereja yang menetapkan waktu puasa bersama, maka anggota-anggota gereja tersebut dengan kasih menaatinya.
Contohnya, para rasul menetapkan puasa bersama dalam rangka peneguhan pelayan-pelayan Tuhan. Pada saat itu Yesus sudah tidak bersama mereka secara manusia, tetapi para rasul menjadikan puasa sebagai bagian dari hidup mereka (Kis 14:2) dan menetapkan puasa bersama untuk suatu peneguhan pelayan (Kis 13:3; 14:23). Maka gereja harusnya dapat melakukan hal yang sama dalam mempersiapkan peneguhan pelayan-pelayannya.
Atau sebagai rakyat suatu negara, jika ada maklumat dari pemerintah untuk setiap umat beragama melakukan puasa untuk suatu tujuan yang disampaikam, maka sebagai manusia yang ber-Tuhan kita harus melakukan itu, sebagaimana dalam Perjanjian Lama suatu bangsa melaksanakan puasa nasional atas maklumat pemimpin negaranya. Selain dari waktu yang ditetapkan Allah untuk berpuasa di Hari Raya Pendamaian, puasa-puasa yang dilakukan umat dalam Alkitab dikerjakan di waktu yang berbeda, entah secara pribadi atau bersama-sama, sesuai dengan tujuannya masing-masing.
Waktu khusus seperti di Hari Pendamaian memang tidak ada lagi dalam Hukum Kasih, tetapi ibadah dengan berpuasa BUKAN MENJADI HILANG dari kehidupan gereja atau orang-orang percaya yang dipersekutukan di dalam Yesus Kristus. Jika suatu gereja tidak menetapkan waktu bersama, puasa TETAP menjadi bagian dari kehidupan orang percaya secara pribadi. Orang-orang Kristen di zaman gereja mula-mula melakukan itu. Para rasul menjalankan puasa yang tetap di hidup mereka (Kis 13:2; Kis 27:9; 2 Kor 11:7) - perhatikan bahwa itu SUDAH GEREJA atau SUDAH PERJANJIAN BARU, bukan lagi umat Perjanjian Lama.
Mengapa? Karena Yesus tidak meniadakan hal berpuasa, tetapi memberi dasar berpuasa dengan KASIH. Yesus MENETAPKAN WAKTU PANJANG untuk orang-orang yang percaya kepada-Nya melakakukan puasa, yakni KETIKA IA SUDAH TIDAK BERSAMA-SAMA DENGAN MURID-MURID-NYA SECARA MANUSIA. -- Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. (Mat 9:15; Mrk 2:19-20; Luk 5:34-35). --- Masa sejak Yesus naik ke sorga sampai kedatangan-Nya kembali yang kedua kali, yakni seperti sekarang ini = masa ROH KUDUS, menjadi MASA BERPUASA BAGI GEREJA. Gereja bisa menetapkan satu waktu khusus menjadi hari puasa umat gereja. Dan tanpa itu, puasa tetap dapat dilakukan oleh orang percaya sebagai puasa pribadi dengan tujuan khusus atau puasa sebagai bagian dari hidup (= penetapan puasa di hidup seseorang atas keputusan pribadi sebagai bagian dari hidupnya sebagai orang percaya).
"Peniadaan" pengajaran khusus tentang puasa di gereja Protestan seringkali didasarkan pada kritikan TUHAN tentang puasa umat (lihat halaman 3: Kritikan Tuhan). Di situ TUHAN Allah memang mengkritik puasa umat-Nya. Tetapi yang dikritisi oleh Allah adalah pelaksanaan puasa yang tidak diiringi dengan kehidupan kasih yang benar kepada sesama manusia. Jelas, TUHAN Allah tidak membuang puasa dan menggantikannya dengan pelayanan kasih kepada sesama, melainkan menegaskan agar umat-Nya menjalankan keduanya sama baiknya, sama benarnya di hadapan TUHAN.
Jadi adalah KELIRU bila suatu puasa digantikan dengan model yang bukan berpuasa seperti yang dimaksudkan dengan berpuasa di dalam Alkitab. Saya harus mengatakan ini karena ada gereja yang menetapkan suatu jenis pelayanan diakonia sebagai puasa. Sekali lagi, puasa ya puasa. Diakonia, diakonia. Tidak meniadakan satu dengan yang lain. Dua-duanya tetap ada, karena puasa punya maksud yang berbeda, diakonia punya maksud yang berbeda. Seperti kaki dan tangan, beda fungsi, tapi keduanya HARUS ADA di satu tubuh.
Yang menjadi persoalan adalah apakah GEREJA MASA KINI MENGANGGAP PUASA ITU PERLU ATAU TIDAK. Sekarang, perhatikan sekali lagi kalimat Yesus: �Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.� (Mat 9:15; Mrk 2:19-20; Luk 5:34-35). Yesus saja memandang bahwa masa Ia tidak bersama secara manusia dengan gereja-Nya ADALAH MASA YANG MEMERLUKAN PUASA bagi murid-murid-Nya. Lalu MENGAPA ADA GEREJA YANG MEMANDANG INI TIDAK PERLU? Ingat juga perkataan Yesus di taman Getsemani: �Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Mat 26:41).
Sekarang ini gereja sedang diperhadapkan dengan berbagai bentuk pencobaan dunia zaman akhir yang rawan menggoyahkan iman. Makin hari makin berat. Maka tepatlah perkataan Yesus, bahwa masa penantian akan Dia datang kembali menjadi masa yang paling tepat dan penting untuk gereja-Nya bertekun dengan berdoa dan berpuasa. Bukan karena kewajiban, tuntutan atau paksaan. Bukan sebagai aksi demonstrasi iman dan kesalehan hidup, tetapi karena kita membutuhkan BELAS KASIHAN ALLAH. Puasa menjadi salah satu bentuk penyerahan diri kita secara total kepada Tuhan untuk Ia isi dengan kuasa-Nya.
Kalau kita mengerti apa itu berpuasa, maka orang percaya saat ini akan menjadikan puasa sebagai bagian dari hidupnya, misalnya seperti Hana dan Paulus. Jadi bukan saja berpuasa bila ada perlu saja, misalnya untuk minta kesembuhan, untuk minta petunjuk, untuk melawan kuasa kegelapan, dsb (lihat halaman 2: Maksud dan Tujuan Berpuasa). Orang percaya yang mengerti arti puasa akan menjadikan puasa bagian dari hidupnya secara tetap dan berkesinambungan. Puasa umat Perjanjian Baru (= Gereja) menjadi salah satu wujud upaya anak-anak Tuhan membangun sistem ketahanan rohaninya dalam menghadapi serangan-serangan kenyataan yang tak menyenangkan di hidupnya. Puasa secara rutin menjadi salah satu pelatihan diri untuk beroleh kontrol penuh dari Allah atas tubuh, jiwa dan roh kita. Puasa adalah salah satu bentuk latihan pendisiplinan diri untuk menaklukan kehendak-kehendak diri kepada kehendak Roh Tuhan. Puasa adalah ibadah. Maka, mengapa puasa tidak dilakukan?
Pertama: jemaat tidak paham apa itu berpuasa berdasarkan kesaksian Alkitab. Kedua: jemaat tidak diberitahu hal berpuasa itu dari gerejanya atau diberitahu tapi tidak mendapat pendalaman khusus tentang itu. Ketiga: karena tidak tahu, jemaat jadi melihat puasa dari paham dan praktek berpuasa agama lain, akhirnya puasa menjadi salah dipahami. Keempat: bisa jadi ada ketakutan dari orang-orang Protestan bila menerapkan puasa nanti dianggap ikut-ikutan gereja Pantekosta. Ini persoalan. Karena puasa bukan ketetapan gereja Pantekosta. Puasa adalah firman Tuhan itu sendiri di dalam Alkitab. Pertanyaan: mengapa mereka melakukan, mengapa kita tidak? Mengapa alergi dengan �puasa� atau �tepuk tangan�. Apa yang salah dengan itu? Itu pertanyaan!! Yang ada sebenarnya umumnya adalah persoalan "biasa" dan "tidak biasa" (= tradisi). Negatifnya: apa yang benar dalam Alkitab bisa salah dimengerti menjadi "tidak benar" ketika diterapkan di gereja karena "bukan tradisi gereja kita." Bahayanya: "tradisi" menjadi dijunjung tinggi di atas "Firman Tuhan". Bisa sampai begitu, kalau udah ekstrim.
Tetapi kembali kepada Hukum Kasih, semua dilakukan karena Kasih. Perlu dan tidak perlunya, penting dan tidak pentingnya, kembali pada pribadi masing-masing. Seperti ibadah di gereja. Perlu tidak perlu atau penting tidak penting, kembali kepada pribadi masing-masing. Kalau tidak mengerti, itu tidak penting. Tapi kalau mengerti, seorang percaya tidak akan bisa hidup tanpa ibadah. Lalu bagaimaan mereka mengerti? Itu tanggung jawab pemimpin-pemimpin gereja dalam pemberitaan dan pengajaran firman Tuhan. Seperti himbauan untuk datang beribadah, mengapa tidak menghimbau jemaat untuk berpuasa? Jangan sampai jemaat tidak melakukannya bukan karena tidak mau, tetapi karena tidak dibuat tahu dan tidak dibuat mengerti oleh pengajarnya di gereja.
Lebih dari semua itu, tak ada paksaan. Seperti Anda tidak dipaksa untuk ke gereja, Anda pun tak akan dipaksa untuk berpuasa. Biarkan semuanya melakukannya karena sadar KASIH, bukan karena sadar hukum semata-mata. �Jika kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.� (Yoh 14:15). Tuhan Yesus kiranya memberkati puasa Anda. Amin! **HEP**
Selanjutnya:
Panduan Puasa Kristiani Masa Kini
?|| Kritikan Tuhan |