Selasa, 23 Juni 2015

Puasa di Alkitab | 4 | Ada Yang Ya Ada Yang Tidak

Paket Materi Puasa di Alkitab | Halaman 4

IV. Mengapa Orang Kristen Ada yang Berpuasa dan Ada yang Tidak?

Pertanyaan serupa disampaikan oleh murid-murid Yohanes Pembaptis dan murid-murid orang Farisi kepada Yesus. "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" (Mat 9:14; Mrk 2:18; Luk 5:33). Jawaban Yesus: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. (Mat 9:15; Mrk 2:19-20; Luk 5:34-35).


1. Gereja adalah Umat Perjanjian Baru.

Ketika Yesus masih bersama-sama murid-murid-Nya, Yesus sedang dalam masa mempersiapkan suatu umat  Perjanjian Baru.
2 Korintus 3:6 Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan. --- Ibrani 8:8 Sebab Ia menegor mereka ketika Ia berkata: "Sesungguhnya, akan datang waktunya," demikianlah firman Tuhan, "Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda, --- Ibrani 8:13 Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya. --- Ibrani  9:15 Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama. --- Ibrani  12:24 dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.
Umat Perjanjian Baru adalah umat yang mengikat perjanjian hukum dengan TUHAN Allah dengan hukum yang baru, - bukan lagi dengan Hukum Taurat tetapi dengan penggenapan hukum itu -, yakni Hukum Kasih. Hukum Kasih efektif berlaku setelah pengesahannya, yakni disahkan dengan darah kematian Yesus Kristus di kayu salib. -- Ibrani  12:24 dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel. --- Demikan pengesahan hukum Allah dilakukan, yakni dimeteraikan dengan darah. Hukum Taurat, yang mengikat umat dalam satu Perjanjian (kemudian disebut Perjanjian Lama, karena sudah ada Perjanjian Baru � Ibr 8:13), disahkan dengan darah (Kel 24:3-8; Ibr 9:18-22). Begitu juga dengan Perjanjian Hukum yang Baru, yakni Hukum Kasih, juga disahkan dengan darah Yesus Kristus. --- Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.(Luk 22:20; Mat 26:28; Mrk 14:24; 1 Kor 11:25; Ibr 12:24).  --- Dan umat Perjanjian Baru adalah Gereja. Gereja adalah pelaksana hukum Perjanjian Baru, yakni Hukum Kasih. Gereja melaksanakan perintah Tuhan dengan kasih, oleh kasih dan karena kasih, termasuk hal berpuasa.


2. Puasa Gereja Berdasar Pada Hukum Kasih.

Yesus tidak meniadakan atau membatalkan Hukum Taurat (Mat 5:17), melainkan menggenapinya dengan memberi dasar yang baru bagi Hukum Taurat, yakni KASIH. Artinya, pelaksanaan Hukum Taurat dan segala peraturan-peraturannya, termasuk tradisi dan ketetapan berkesinambungan tentang hal berpuasa, dikerjakan atas dasar kasih, yakni kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia (Mat 22:34-40). Tidak ada paksaan dalam pelaksanaannya, apalagi rasa takut. --- Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih. (1 Yoh 14:18). --- Bukan karena keharusan belaka, dan bukan karena karena kewajiban semata, tetapi dilakukan dengan HATI, yakni hati yang mengasihi. --- Jikalaukamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.� (Yoh 14:15)Dan dasar untuk mengasihi adalah Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.� (1 Yoh 4:19). --- Bukan supaya diberkati Tuhan atau supaya beroleh sesuatu dari Tuhan, tetapi karena Tuhan sudah memberkati, karena Tuhan sudah lebih dahulu mengasihi. Jadi tidak perlu disuruh, tidak perlu dipaksa. Kalau �sayang� Tuhan pasti akan melaksanakan semua perintah-Nya dengan kemauan hati sendiri. Senang melakukannya, tak ada tekanan, penuh sukacita.

Misalnya, hukum �Jangan berzinah�. Jangan berzinah di bawah payung Hukum Taurat adalah keharusan yang mau tidak mau dilakukan karena ancaman hukuman mati. Jika berbuat, pasti akan dihukum dengan di lempari batu sampai mati (Im 20:10; Ul 22:22-24; Yoh 8:2-5). Dalam Hukum Kasih, "Jangan berzinah" diberi dasar KASIH, yakni "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Mat 22:39). --- "Jangan berzinah" dipahami dalam kerangka kasih, bukan lagi dalam kerangka hukuman (Hukum Taurat). Tidak berzinah bukan karena takut dihukum, tetapi karena mengasihi isteri/suami dan mengasihi anak-anak. Jika kasih kepada sesama ini dipahami dengan baik, maka sekalipun tidak ada larangan untuk berzinah, perzinahan tidak akan dilakukan sebagai pilihan sendiri, karena tahu dan sadar, bahwa perzinahan akan menyakiti bahkan melukai hati isteri/suami, dan anak-anak. Karena mengasihi keluarganya, maka seseorang tidak akan berzinah.

Demikianlah di dalam Hukum Kasih setiap pribadi dengan ikhlas melakukan butir demi butir perintah dan ketetapan Allah dengan ikhlas tanpa merasa dipaksa, tanpa tekanan, tetapi karena memiliki KASIH. --- Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.� (Yoh 14:15). --- Tidak mengasihi, tidak melakukan. 


3. Penerapan Puasa dalam Hidup Orang Percaya.

Kita lihat dulu hal penetapan waktu khusus. Penetapan waktu khusus untuk bepuasa dalam ikatan hukum Perjanjian lama ditetapkan TUHAN Allah bagi umat-Nya pada Hari Pendamaian, yakni puasa setahun sekali di hari itu, yaitu pada setiap tanggal 10 di bulan ke-7 (bulan Thisri/Ethanim) kalender Yahudi. Di dalam Hukum Kasih, Hari Pendamaian Allah dan manusia sudah digenapi oleh Kristus dengan kematian-Nya di kayu salib. Tak ada lagi hari-hari khusus untuk mengadakan puasa demi beroleh pendamaian dengan Allah. --- Kolose 1:19-20 ~ 1:19 Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, 1:20 dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.

Akan menjadi ada hari penetapan jika suatu gereja menetapkan hari khusus untuk itu. Dalam Perjanjian Lama ini masuk dalam kategori puasa bersama atau puasa umat secara serentak bersama-sama (komunal) atas maklumat atau perintah pemimpin umat. Dengan demikian jika ada gereja yang menetapkan waktu puasa bersama, maka anggota-anggota gereja tersebut dengan kasih menaatinya.
Contohnya, para rasul menetapkan puasa bersama dalam rangka peneguhan pelayan-pelayan Tuhan. Pada saat itu Yesus sudah tidak bersama mereka secara manusia, tetapi para rasul menjadikan puasa sebagai bagian dari hidup mereka (Kis 14:2) dan menetapkan puasa bersama untuk suatu peneguhan pelayan (Kis 13:3; 14:23). Maka gereja harusnya dapat melakukan hal yang sama dalam mempersiapkan peneguhan pelayan-pelayannya.
Atau sebagai rakyat suatu negara, jika ada maklumat dari pemerintah untuk setiap umat beragama melakukan puasa untuk suatu tujuan yang disampaikam, maka sebagai manusia yang ber-Tuhan kita harus melakukan itu, sebagaimana dalam Perjanjian Lama suatu bangsa melaksanakan puasa nasional atas maklumat pemimpin negaranya. Selain dari waktu yang ditetapkan Allah untuk berpuasa di Hari Raya Pendamaian, puasa-puasa yang dilakukan umat dalam Alkitab dikerjakan di waktu yang berbeda, entah secara pribadi atau bersama-sama, sesuai dengan tujuannya masing-masing.

Waktu khusus seperti di Hari Pendamaian memang tidak ada lagi dalam Hukum Kasih, tetapi ibadah dengan berpuasa BUKAN MENJADI HILANG dari kehidupan gereja atau orang-orang percaya yang dipersekutukan di dalam Yesus Kristus. Jika suatu gereja tidak menetapkan waktu bersama, puasa TETAP menjadi bagian dari kehidupan orang percaya secara pribadi. Orang-orang Kristen di zaman gereja mula-mula melakukan itu. Para rasul menjalankan puasa yang tetap di hidup mereka (Kis 13:2; Kis 27:9; 2 Kor 11:7) - perhatikan bahwa itu SUDAH GEREJA atau SUDAH PERJANJIAN BARU, bukan lagi umat Perjanjian Lama.

Mengapa? Karena Yesus tidak meniadakan hal berpuasa, tetapi memberi dasar berpuasa dengan KASIH. Yesus MENETAPKAN WAKTU PANJANG untuk orang-orang yang percaya kepada-Nya melakakukan puasa, yakni KETIKA IA SUDAH TIDAK BERSAMA-SAMA DENGAN MURID-MURID-NYA SECARA MANUSIA. -- Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. (Mat 9:15; Mrk 2:19-20; Luk 5:34-35). --- Masa sejak Yesus naik ke sorga sampai kedatangan-Nya kembali yang kedua kali, yakni seperti sekarang ini = masa ROH KUDUS, menjadi MASA BERPUASA BAGI GEREJA. Gereja bisa menetapkan satu waktu khusus menjadi hari puasa umat gereja. Dan tanpa itu, puasa tetap dapat dilakukan oleh orang percaya sebagai puasa pribadi dengan tujuan khusus atau puasa sebagai bagian dari hidup (= penetapan puasa di hidup seseorang atas keputusan pribadi sebagai bagian dari hidupnya sebagai orang percaya).

"Peniadaan" pengajaran khusus tentang puasa di gereja Protestan seringkali didasarkan pada kritikan TUHAN tentang puasa umat (lihat halaman 3: Kritikan Tuhan). Di situ TUHAN Allah memang mengkritik puasa umat-Nya. Tetapi yang dikritisi oleh Allah adalah pelaksanaan puasa yang tidak diiringi dengan kehidupan kasih yang benar kepada sesama manusia. Jelas, TUHAN Allah tidak membuang puasa dan menggantikannya dengan pelayanan kasih kepada sesama, melainkan menegaskan agar umat-Nya menjalankan keduanya sama baiknya, sama benarnya di hadapan TUHAN.

Jadi adalah KELIRU bila suatu puasa digantikan dengan model yang bukan berpuasa seperti yang dimaksudkan dengan berpuasa di dalam Alkitab. Saya harus mengatakan ini karena ada gereja yang menetapkan suatu jenis pelayanan diakonia sebagai puasa. Sekali lagi, puasa ya puasa. Diakonia, diakonia. Tidak meniadakan satu dengan yang lain. Dua-duanya tetap ada, karena puasa punya maksud yang berbeda, diakonia punya maksud yang berbeda. Seperti kaki dan tangan, beda fungsi, tapi keduanya HARUS ADA di satu tubuh.

Yang menjadi persoalan adalah apakah GEREJA MASA KINI MENGANGGAP PUASA ITU PERLU ATAU TIDAK. Sekarang, perhatikan sekali lagi kalimat Yesus: Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. (Mat 9:15; Mrk 2:19-20; Luk 5:34-35). Yesus saja memandang bahwa masa Ia tidak bersama secara manusia dengan gereja-Nya ADALAH MASA YANG MEMERLUKAN PUASA bagi murid-murid-Nya. Lalu MENGAPA ADA GEREJA YANG MEMANDANG INI TIDAK PERLU? Ingat juga perkataan Yesus di taman Getsemani: Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Mat 26:41).

Sekarang ini gereja sedang diperhadapkan dengan berbagai bentuk pencobaan dunia zaman akhir yang rawan menggoyahkan iman. Makin hari makin berat. Maka tepatlah perkataan Yesus, bahwa masa penantian akan Dia datang kembali menjadi masa yang paling tepat dan penting untuk gereja-Nya bertekun dengan berdoa dan berpuasa. Bukan karena kewajiban, tuntutan atau paksaan. Bukan sebagai aksi demonstrasi iman dan kesalehan hidup, tetapi karena kita membutuhkan BELAS KASIHAN ALLAH. Puasa menjadi salah satu bentuk penyerahan diri kita secara total kepada Tuhan untuk Ia isi dengan kuasa-Nya.

Kalau kita mengerti apa itu berpuasa, maka orang percaya saat ini akan menjadikan puasa sebagai bagian dari hidupnya, misalnya seperti Hana dan Paulus. Jadi bukan saja berpuasa bila ada perlu saja, misalnya untuk minta kesembuhan, untuk minta petunjuk, untuk melawan kuasa kegelapan, dsb (lihat halaman 2: Maksud dan Tujuan Berpuasa). Orang percaya yang mengerti arti puasa akan menjadikan puasa bagian dari hidupnya secara tetap dan berkesinambungan. Puasa umat Perjanjian Baru (= Gereja) menjadi salah satu wujud upaya anak-anak Tuhan membangun sistem ketahanan rohaninya dalam menghadapi serangan-serangan kenyataan yang tak menyenangkan di hidupnya. Puasa secara rutin menjadi salah satu pelatihan diri untuk beroleh kontrol penuh dari Allah atas tubuh, jiwa dan roh kita. Puasa adalah salah satu bentuk latihan pendisiplinan diri untuk menaklukan kehendak-kehendak diri kepada kehendak Roh Tuhan. Puasa adalah ibadah. Maka, mengapa puasa tidak dilakukan?
Pertama: jemaat tidak paham apa itu berpuasa berdasarkan kesaksian Alkitab. Kedua: jemaat tidak diberitahu hal berpuasa itu dari gerejanya atau diberitahu tapi tidak mendapat pendalaman khusus tentang itu. Ketiga: karena tidak tahu, jemaat jadi melihat puasa dari paham dan praktek berpuasa agama lain, akhirnya puasa menjadi salah dipahami. Keempat: bisa jadi ada ketakutan dari orang-orang Protestan bila menerapkan puasa nanti dianggap ikut-ikutan gereja Pantekosta. Ini persoalan. Karena puasa bukan ketetapan gereja Pantekosta. Puasa adalah firman Tuhan itu sendiri di dalam Alkitab. Pertanyaan: mengapa mereka melakukan, mengapa kita tidak? Mengapa alergi dengan �puasa� atau �tepuk tangan�. Apa yang salah dengan itu? Itu pertanyaan!! Yang ada sebenarnya umumnya adalah persoalan "biasa" dan "tidak biasa" (= tradisi). Negatifnya: apa yang benar dalam Alkitab bisa salah dimengerti menjadi "tidak benar" ketika diterapkan di  gereja karena "bukan tradisi gereja kita." Bahayanya: "tradisi" menjadi dijunjung tinggi di atas "Firman Tuhan". Bisa sampai begitu, kalau udah ekstrim.
Tetapi kembali kepada Hukum Kasih, semua dilakukan karena Kasih. Perlu dan tidak perlunya, penting dan tidak pentingnya, kembali pada pribadi masing-masing. Seperti ibadah di gereja. Perlu tidak perlu atau penting tidak penting, kembali kepada pribadi masing-masing. Kalau tidak mengerti, itu tidak penting. Tapi kalau mengerti, seorang percaya tidak akan bisa hidup tanpa ibadah. Lalu bagaimaan mereka mengerti? Itu tanggung jawab pemimpin-pemimpin gereja dalam pemberitaan dan pengajaran firman Tuhan. Seperti himbauan untuk datang beribadah, mengapa tidak menghimbau jemaat untuk berpuasa? Jangan sampai jemaat tidak melakukannya bukan karena tidak mau, tetapi karena tidak dibuat tahu dan tidak dibuat mengerti oleh pengajarnya di gereja.

Lebih dari semua itu, tak ada paksaan. Seperti Anda tidak dipaksa untuk ke gereja, Anda pun tak akan dipaksa untuk berpuasa. Biarkan semuanya melakukannya karena sadar KASIH, bukan karena sadar hukum semata-mata. Jika kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.� (Yoh 14:15). Tuhan Yesus kiranya memberkati puasa Anda. Amin! **HEP**

Selanjutnya:
Panduan Puasa Kristiani Masa Kini


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India