Rabu, 24 Juni 2015

Katakan Selagi Orangnya Masih Hidup

bijak hidup


Ketika seseorang telah terbujur kaku, segala hal yang baik tentangnya terucap. Bahkan seorang penjahat pun jadi disebutkan punya baik di dirinya pada kata-kata sambutan yang dipidatokan di hari pemakamannya. MENGAPA TIDAK MENGATAKAN ITU PADA SAAT ORANGNYA MASIH HIDUP?

Seseorang tak akan menjadi lebih baik jika hal-hal yang buruk saja di dirinya yang diperdengarkan kepadanya. Malah ini bisa menimbulkan "kebal kritik". Ia bisa menjadi tidak perduli lagi terhadap pandangan buruk yang disampaikan kepadanya. Bukan berarti tidak ada orang yang menjadi berubah baik dengan kecaman yang terus menerus. Tetapi orang bijak tidak akan hidup untuk hanya mengecam orang lain. Cobalah tukar posisi, bagaimana rasa Anda kalau orang lain hanya bicara hal buruk tentang diri Anda seolah Anda tidak punya hal yang baik? Apakah Anda akan merasa nyaman dengan hal itu?

Sekalipun keburukan yang disebutkan benar adalah milik orang itu, tetapi jika Anda masih punya kasih kepadanya, Anda tidak akan meluputkan hal yang baik tentang orang itu. Hanya bila ada kebencian, iri hati, sakit hati dan lain sebagainya serupa itu, maka di situlah letak KETIDAKINGINAN Anda untuk bicara yang baik lagi tentang orang itu. Kalau sudah begitu, masalahnya bukan saja di diri orang itu, tetapi juga di diri Anda. Memiliki rasa hati yang buruk terhadap seseorang melahirkan hal-hal buruk semata bagi orang itu. Jadinya Anda sama punya buruk, hanya beda kasus.

Tidak ada orang yang tidak punya "putih" di dirinya. Seburuk-buruknya seseorang, ia punya yang baik. Seperti Anda, Anda juga tidak hanya punya hal buruk di diri Anda, tetapi juga punya hal yang baik. Sebaliknya, tidak ada orang yang tidak punya "hitam" di dirinya. Jika Anda punya yang baik, Anda juga punya yang buruk. Hanya Tuhan yang tidak punya hal buruk di diri-Nya. Selagi Anda manusia, Anda pasti punya buruk. Jadi adalah bijak untuk tidak hidup dengan "memburuk-burukan" hidup semata-mata, tetapi singkaplah yang baik, maka Anda akan melihat yang baik.

Menyebutkan apa yang baik di diri seseorang adalah salah satu terapi psikologis yang mendorong hal-hal positif menjadi lebih kuat dari hal-hal negatif di diri seseorang. Karena itu berikanlah pujian yang sewajarnya dan penghargaan yang sepatutnya selagi orangnya masih hidup. Itu membantu perubahan baik di dirinya selagi ia masih hidup. Bukankah itu harapan Anda, bahwa ia berubah selagi hidup? Lalu mengapa menunggu ia mati untuk menyampaikannya? Kebaikan-kebaikan yang Anda sebutkan di telinga yang sudah membeku adalah jelas tak ada gunanya. Di lain pihak, Andalah yang akan memiliki penyesalan itu, sebab terkadang, nanti bila orangnya tidak ada, barulah "baiknya dia" ada di tetesan air mata.

"Alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!"
- Amsal 15:23b -

SHALOM.

--**HEP**--

Selasa, 23 Juni 2015

Puasa di Alkitab | 4 | Ada Yang Ya Ada Yang Tidak

Paket Materi Puasa di Alkitab | Halaman 4

IV. Mengapa Orang Kristen Ada yang Berpuasa dan Ada yang Tidak?

Pertanyaan serupa disampaikan oleh murid-murid Yohanes Pembaptis dan murid-murid orang Farisi kepada Yesus. "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" (Mat 9:14; Mrk 2:18; Luk 5:33). Jawaban Yesus: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. (Mat 9:15; Mrk 2:19-20; Luk 5:34-35).


1. Gereja adalah Umat Perjanjian Baru.

Ketika Yesus masih bersama-sama murid-murid-Nya, Yesus sedang dalam masa mempersiapkan suatu umat  Perjanjian Baru.
2 Korintus 3:6 Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan. --- Ibrani 8:8 Sebab Ia menegor mereka ketika Ia berkata: "Sesungguhnya, akan datang waktunya," demikianlah firman Tuhan, "Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan dengan kaum Yehuda, --- Ibrani 8:13 Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya. --- Ibrani  9:15 Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama. --- Ibrani  12:24 dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.
Umat Perjanjian Baru adalah umat yang mengikat perjanjian hukum dengan TUHAN Allah dengan hukum yang baru, - bukan lagi dengan Hukum Taurat tetapi dengan penggenapan hukum itu -, yakni Hukum Kasih. Hukum Kasih efektif berlaku setelah pengesahannya, yakni disahkan dengan darah kematian Yesus Kristus di kayu salib. -- Ibrani  12:24 dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel. --- Demikan pengesahan hukum Allah dilakukan, yakni dimeteraikan dengan darah. Hukum Taurat, yang mengikat umat dalam satu Perjanjian (kemudian disebut Perjanjian Lama, karena sudah ada Perjanjian Baru � Ibr 8:13), disahkan dengan darah (Kel 24:3-8; Ibr 9:18-22). Begitu juga dengan Perjanjian Hukum yang Baru, yakni Hukum Kasih, juga disahkan dengan darah Yesus Kristus. --- Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.(Luk 22:20; Mat 26:28; Mrk 14:24; 1 Kor 11:25; Ibr 12:24).  --- Dan umat Perjanjian Baru adalah Gereja. Gereja adalah pelaksana hukum Perjanjian Baru, yakni Hukum Kasih. Gereja melaksanakan perintah Tuhan dengan kasih, oleh kasih dan karena kasih, termasuk hal berpuasa.


2. Puasa Gereja Berdasar Pada Hukum Kasih.

Yesus tidak meniadakan atau membatalkan Hukum Taurat (Mat 5:17), melainkan menggenapinya dengan memberi dasar yang baru bagi Hukum Taurat, yakni KASIH. Artinya, pelaksanaan Hukum Taurat dan segala peraturan-peraturannya, termasuk tradisi dan ketetapan berkesinambungan tentang hal berpuasa, dikerjakan atas dasar kasih, yakni kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia (Mat 22:34-40). Tidak ada paksaan dalam pelaksanaannya, apalagi rasa takut. --- Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih. (1 Yoh 14:18). --- Bukan karena keharusan belaka, dan bukan karena karena kewajiban semata, tetapi dilakukan dengan HATI, yakni hati yang mengasihi. --- Jikalaukamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.� (Yoh 14:15)Dan dasar untuk mengasihi adalah Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.� (1 Yoh 4:19). --- Bukan supaya diberkati Tuhan atau supaya beroleh sesuatu dari Tuhan, tetapi karena Tuhan sudah memberkati, karena Tuhan sudah lebih dahulu mengasihi. Jadi tidak perlu disuruh, tidak perlu dipaksa. Kalau �sayang� Tuhan pasti akan melaksanakan semua perintah-Nya dengan kemauan hati sendiri. Senang melakukannya, tak ada tekanan, penuh sukacita.

Misalnya, hukum �Jangan berzinah�. Jangan berzinah di bawah payung Hukum Taurat adalah keharusan yang mau tidak mau dilakukan karena ancaman hukuman mati. Jika berbuat, pasti akan dihukum dengan di lempari batu sampai mati (Im 20:10; Ul 22:22-24; Yoh 8:2-5). Dalam Hukum Kasih, "Jangan berzinah" diberi dasar KASIH, yakni "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Mat 22:39). --- "Jangan berzinah" dipahami dalam kerangka kasih, bukan lagi dalam kerangka hukuman (Hukum Taurat). Tidak berzinah bukan karena takut dihukum, tetapi karena mengasihi isteri/suami dan mengasihi anak-anak. Jika kasih kepada sesama ini dipahami dengan baik, maka sekalipun tidak ada larangan untuk berzinah, perzinahan tidak akan dilakukan sebagai pilihan sendiri, karena tahu dan sadar, bahwa perzinahan akan menyakiti bahkan melukai hati isteri/suami, dan anak-anak. Karena mengasihi keluarganya, maka seseorang tidak akan berzinah.

Demikianlah di dalam Hukum Kasih setiap pribadi dengan ikhlas melakukan butir demi butir perintah dan ketetapan Allah dengan ikhlas tanpa merasa dipaksa, tanpa tekanan, tetapi karena memiliki KASIH. --- Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.� (Yoh 14:15). --- Tidak mengasihi, tidak melakukan. 


3. Penerapan Puasa dalam Hidup Orang Percaya.

Kita lihat dulu hal penetapan waktu khusus. Penetapan waktu khusus untuk bepuasa dalam ikatan hukum Perjanjian lama ditetapkan TUHAN Allah bagi umat-Nya pada Hari Pendamaian, yakni puasa setahun sekali di hari itu, yaitu pada setiap tanggal 10 di bulan ke-7 (bulan Thisri/Ethanim) kalender Yahudi. Di dalam Hukum Kasih, Hari Pendamaian Allah dan manusia sudah digenapi oleh Kristus dengan kematian-Nya di kayu salib. Tak ada lagi hari-hari khusus untuk mengadakan puasa demi beroleh pendamaian dengan Allah. --- Kolose 1:19-20 ~ 1:19 Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, 1:20 dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.

Akan menjadi ada hari penetapan jika suatu gereja menetapkan hari khusus untuk itu. Dalam Perjanjian Lama ini masuk dalam kategori puasa bersama atau puasa umat secara serentak bersama-sama (komunal) atas maklumat atau perintah pemimpin umat. Dengan demikian jika ada gereja yang menetapkan waktu puasa bersama, maka anggota-anggota gereja tersebut dengan kasih menaatinya.
Contohnya, para rasul menetapkan puasa bersama dalam rangka peneguhan pelayan-pelayan Tuhan. Pada saat itu Yesus sudah tidak bersama mereka secara manusia, tetapi para rasul menjadikan puasa sebagai bagian dari hidup mereka (Kis 14:2) dan menetapkan puasa bersama untuk suatu peneguhan pelayan (Kis 13:3; 14:23). Maka gereja harusnya dapat melakukan hal yang sama dalam mempersiapkan peneguhan pelayan-pelayannya.
Atau sebagai rakyat suatu negara, jika ada maklumat dari pemerintah untuk setiap umat beragama melakukan puasa untuk suatu tujuan yang disampaikam, maka sebagai manusia yang ber-Tuhan kita harus melakukan itu, sebagaimana dalam Perjanjian Lama suatu bangsa melaksanakan puasa nasional atas maklumat pemimpin negaranya. Selain dari waktu yang ditetapkan Allah untuk berpuasa di Hari Raya Pendamaian, puasa-puasa yang dilakukan umat dalam Alkitab dikerjakan di waktu yang berbeda, entah secara pribadi atau bersama-sama, sesuai dengan tujuannya masing-masing.

Waktu khusus seperti di Hari Pendamaian memang tidak ada lagi dalam Hukum Kasih, tetapi ibadah dengan berpuasa BUKAN MENJADI HILANG dari kehidupan gereja atau orang-orang percaya yang dipersekutukan di dalam Yesus Kristus. Jika suatu gereja tidak menetapkan waktu bersama, puasa TETAP menjadi bagian dari kehidupan orang percaya secara pribadi. Orang-orang Kristen di zaman gereja mula-mula melakukan itu. Para rasul menjalankan puasa yang tetap di hidup mereka (Kis 13:2; Kis 27:9; 2 Kor 11:7) - perhatikan bahwa itu SUDAH GEREJA atau SUDAH PERJANJIAN BARU, bukan lagi umat Perjanjian Lama.

Mengapa? Karena Yesus tidak meniadakan hal berpuasa, tetapi memberi dasar berpuasa dengan KASIH. Yesus MENETAPKAN WAKTU PANJANG untuk orang-orang yang percaya kepada-Nya melakakukan puasa, yakni KETIKA IA SUDAH TIDAK BERSAMA-SAMA DENGAN MURID-MURID-NYA SECARA MANUSIA. -- Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. (Mat 9:15; Mrk 2:19-20; Luk 5:34-35). --- Masa sejak Yesus naik ke sorga sampai kedatangan-Nya kembali yang kedua kali, yakni seperti sekarang ini = masa ROH KUDUS, menjadi MASA BERPUASA BAGI GEREJA. Gereja bisa menetapkan satu waktu khusus menjadi hari puasa umat gereja. Dan tanpa itu, puasa tetap dapat dilakukan oleh orang percaya sebagai puasa pribadi dengan tujuan khusus atau puasa sebagai bagian dari hidup (= penetapan puasa di hidup seseorang atas keputusan pribadi sebagai bagian dari hidupnya sebagai orang percaya).

"Peniadaan" pengajaran khusus tentang puasa di gereja Protestan seringkali didasarkan pada kritikan TUHAN tentang puasa umat (lihat halaman 3: Kritikan Tuhan). Di situ TUHAN Allah memang mengkritik puasa umat-Nya. Tetapi yang dikritisi oleh Allah adalah pelaksanaan puasa yang tidak diiringi dengan kehidupan kasih yang benar kepada sesama manusia. Jelas, TUHAN Allah tidak membuang puasa dan menggantikannya dengan pelayanan kasih kepada sesama, melainkan menegaskan agar umat-Nya menjalankan keduanya sama baiknya, sama benarnya di hadapan TUHAN.

Jadi adalah KELIRU bila suatu puasa digantikan dengan model yang bukan berpuasa seperti yang dimaksudkan dengan berpuasa di dalam Alkitab. Saya harus mengatakan ini karena ada gereja yang menetapkan suatu jenis pelayanan diakonia sebagai puasa. Sekali lagi, puasa ya puasa. Diakonia, diakonia. Tidak meniadakan satu dengan yang lain. Dua-duanya tetap ada, karena puasa punya maksud yang berbeda, diakonia punya maksud yang berbeda. Seperti kaki dan tangan, beda fungsi, tapi keduanya HARUS ADA di satu tubuh.

Yang menjadi persoalan adalah apakah GEREJA MASA KINI MENGANGGAP PUASA ITU PERLU ATAU TIDAK. Sekarang, perhatikan sekali lagi kalimat Yesus: Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. (Mat 9:15; Mrk 2:19-20; Luk 5:34-35). Yesus saja memandang bahwa masa Ia tidak bersama secara manusia dengan gereja-Nya ADALAH MASA YANG MEMERLUKAN PUASA bagi murid-murid-Nya. Lalu MENGAPA ADA GEREJA YANG MEMANDANG INI TIDAK PERLU? Ingat juga perkataan Yesus di taman Getsemani: Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Mat 26:41).

Sekarang ini gereja sedang diperhadapkan dengan berbagai bentuk pencobaan dunia zaman akhir yang rawan menggoyahkan iman. Makin hari makin berat. Maka tepatlah perkataan Yesus, bahwa masa penantian akan Dia datang kembali menjadi masa yang paling tepat dan penting untuk gereja-Nya bertekun dengan berdoa dan berpuasa. Bukan karena kewajiban, tuntutan atau paksaan. Bukan sebagai aksi demonstrasi iman dan kesalehan hidup, tetapi karena kita membutuhkan BELAS KASIHAN ALLAH. Puasa menjadi salah satu bentuk penyerahan diri kita secara total kepada Tuhan untuk Ia isi dengan kuasa-Nya.

Kalau kita mengerti apa itu berpuasa, maka orang percaya saat ini akan menjadikan puasa sebagai bagian dari hidupnya, misalnya seperti Hana dan Paulus. Jadi bukan saja berpuasa bila ada perlu saja, misalnya untuk minta kesembuhan, untuk minta petunjuk, untuk melawan kuasa kegelapan, dsb (lihat halaman 2: Maksud dan Tujuan Berpuasa). Orang percaya yang mengerti arti puasa akan menjadikan puasa bagian dari hidupnya secara tetap dan berkesinambungan. Puasa umat Perjanjian Baru (= Gereja) menjadi salah satu wujud upaya anak-anak Tuhan membangun sistem ketahanan rohaninya dalam menghadapi serangan-serangan kenyataan yang tak menyenangkan di hidupnya. Puasa secara rutin menjadi salah satu pelatihan diri untuk beroleh kontrol penuh dari Allah atas tubuh, jiwa dan roh kita. Puasa adalah salah satu bentuk latihan pendisiplinan diri untuk menaklukan kehendak-kehendak diri kepada kehendak Roh Tuhan. Puasa adalah ibadah. Maka, mengapa puasa tidak dilakukan?
Pertama: jemaat tidak paham apa itu berpuasa berdasarkan kesaksian Alkitab. Kedua: jemaat tidak diberitahu hal berpuasa itu dari gerejanya atau diberitahu tapi tidak mendapat pendalaman khusus tentang itu. Ketiga: karena tidak tahu, jemaat jadi melihat puasa dari paham dan praktek berpuasa agama lain, akhirnya puasa menjadi salah dipahami. Keempat: bisa jadi ada ketakutan dari orang-orang Protestan bila menerapkan puasa nanti dianggap ikut-ikutan gereja Pantekosta. Ini persoalan. Karena puasa bukan ketetapan gereja Pantekosta. Puasa adalah firman Tuhan itu sendiri di dalam Alkitab. Pertanyaan: mengapa mereka melakukan, mengapa kita tidak? Mengapa alergi dengan �puasa� atau �tepuk tangan�. Apa yang salah dengan itu? Itu pertanyaan!! Yang ada sebenarnya umumnya adalah persoalan "biasa" dan "tidak biasa" (= tradisi). Negatifnya: apa yang benar dalam Alkitab bisa salah dimengerti menjadi "tidak benar" ketika diterapkan di  gereja karena "bukan tradisi gereja kita." Bahayanya: "tradisi" menjadi dijunjung tinggi di atas "Firman Tuhan". Bisa sampai begitu, kalau udah ekstrim.
Tetapi kembali kepada Hukum Kasih, semua dilakukan karena Kasih. Perlu dan tidak perlunya, penting dan tidak pentingnya, kembali pada pribadi masing-masing. Seperti ibadah di gereja. Perlu tidak perlu atau penting tidak penting, kembali kepada pribadi masing-masing. Kalau tidak mengerti, itu tidak penting. Tapi kalau mengerti, seorang percaya tidak akan bisa hidup tanpa ibadah. Lalu bagaimaan mereka mengerti? Itu tanggung jawab pemimpin-pemimpin gereja dalam pemberitaan dan pengajaran firman Tuhan. Seperti himbauan untuk datang beribadah, mengapa tidak menghimbau jemaat untuk berpuasa? Jangan sampai jemaat tidak melakukannya bukan karena tidak mau, tetapi karena tidak dibuat tahu dan tidak dibuat mengerti oleh pengajarnya di gereja.

Lebih dari semua itu, tak ada paksaan. Seperti Anda tidak dipaksa untuk ke gereja, Anda pun tak akan dipaksa untuk berpuasa. Biarkan semuanya melakukannya karena sadar KASIH, bukan karena sadar hukum semata-mata. Jika kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.� (Yoh 14:15). Tuhan Yesus kiranya memberkati puasa Anda. Amin! **HEP**

Selanjutnya:
Panduan Puasa Kristiani Masa Kini


Minggu, 21 Juni 2015

Kata-Kata Bijak Cinta HEP | 1-4

kata bijak cinta hep 1
Kata Bijak Cinta HEP | 1

kata bijak cinta hep 2
Kata Bijak Cinta HEP | 2

kata bijak cinta hep 3a
Kata Bijak Cinta HEP | 3a

kata bijak cinta hep 3b
Kata Bijak Cinta HEP | 3b

kata bijak cinta hep 4
Kata Bijak Cinta HEP | 4

**HEP**

?|| SHALOM
 ||?

Kata-Kata Bijak Hidup HEP | 12-16

kata bijak HEP | 12
Kata Bijak Hidup HEP | 12a

kata bijak HEP | 12b
Kata Bijak Hidup HEP | 12b
kata bijak hep 13
Kata Bijak Hidup HEP | 13

kata bijak hep 14
Kata Bijak Hidup HEP | 14

kata bijak hep 15
Kata Bijak Hidup HEP | 15

kata bijak hep 16
Kata Bijak Hidup HEP | 16

**HEP**


 ||?

Puasa di Alkitab | 3 | Kritikan Tuhan

Paket Materi Puasa di Alkitab | Halaman 3

III. Kritikan Tuhan Terhadap Puasa Umat



1. Tanpa kasih, tak berguna.

Selain berpuasa dengan tujuan sebagai bagian dari hidup, umunya berpuasa memiliki tujuan yang hendak didapatkan dari TUHAN. Ketika tujuan itu tidak didapatkan, maka timbullah pertanyaan seperti ini:
"Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?"  (Yesaya 58:3)

Atau dari pihak TUHAN Allah sendiri menyampaikan:
Sekalipun mereka berpuasa, Aku tidak akan mendengarkan seruan mereka; sekalipun mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian, Aku tidak akan berkenan kepada mereka, melainkan Aku akan menghabiskan mereka dengan perang, dengan kelaparan dan dengan penyakit sampar." (Yeremia 14:12)

Mengapa? Apanya yang salah dari puasa yang dilakukan?

TUHAN balik bertanya:
7:5 Ketika kamu berpuasa dan meratap dalam bulan yang kelima dan yang ketujuh selama tujuh puluh tahun ini, adakah kamu sungguh-sungguh berpuasa untuk Aku? 7:6 Dan ketika kamu makan dan ketika kamu minum, bukankah kamu makan dan minum untuk dirimu sendiri? (Zakharia 7:5-6)

Maksud TUHAN apa? Ini maksud-Nya:

a. Zakharia 7:8-10
7:8 Firman TUHAN datang kepada Zakharia, bunyinya: 7:9 "Beginilah firman TUHAN semesta alam: Laksanakanlah hukum yang benar dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang kepada masing-masing! 7:10 Janganlah menindas janda dan anak yatim, orang asing dan orang miskin, dan janganlah merancang kejahatan dalam hatimu terhadap masing-masing.
 Perhatikan yang dikehendaki TUHAN saat berpuasa dari ayat itu:
7:9 --- Laksanakanlah hukum yang benar dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang kepada masing-masing!
7:10 --- Janganlah menindas janda dan anak yatim, orang asing dan orang miskin.
7:10 --- Janganlah merancang kejahatan dalam hatimu terhadap masing-masing

b. Yesaya 58:4-7,9-10
58:4 Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi. 58:5 Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN? 58:6 Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, 58:7 supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! --- 58:9 Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah, 58:10 apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.
 Perhatikan kritikan dan yang dikehendaki TUHAN saat berpuasa dari ayat itu:
58:4 --- kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.
58:6 -- membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,
58:7 --- memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!
58:9 --- tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah,
58:10 --- menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas

Jelas dari kritikan TUHAN terhadap puasa yang dilakukan umat-Nya adalah adanya kepincangan praktek kasih umat-Nya, yakni kepincangan kasih kepada TUHAN dengan kasih kepada sesama manusia.


Berpuasa adalah perwujudan kasih kepada Tuhan yang berakar dari iman kepada-Nya. Itu baik. Tetapi bagaimana dengan perwujudan kasih umat-Nya kepada sesamanya manusia?
4:20 Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. 4:21 Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya. (1 Yohanes 4:20-21)

Adalah tidak mungkin menyebut diri telah berkenan kepada Tuhan dengan pengajuan bukti-bukti ketaatan akan pelaksanaan perintah mengasihi Allah apabila itu dikerjakan TANPA mengasihi sesama manusia. Sekalipun segala bentuk ibadah atau pernyataan penyembahan kepada TUHAN telah dilakukan dengan sempurna, termasuk berpuasa, tetapi bila KASIH KEPADA SESAMA MANUSIA tidak berlangsung sebagaimana seharusnya, semua itu tak ada artinya.

Mari kita lihat jawaban Tuhan Yesus terhadap pertanyaan seorang kaya:
18:18 Ada seorang pemimpin bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" --- 18:20 Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu." 18:21 Kata orang itu: "Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." 18:22 Mendengar itu Yesus berkata kepadanya: "Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." 18:23 Ketika orang itu mendengar perkataan itu, ia menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya. (Lukas 18:18,19-23)

Demikianlah, dalam praktek kehidupan beriman, lebih mudah mengasihi Allah dari pada mengasihi sesama manusia. Tetapi semua kebenaran iman tidak akan berguna apa-apa tanpa kasih.
13:1 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. 13:2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. 13:3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku. (1 Korintus 13:1-3)

Singkatnya, memperbaiki, membina, membangun dan meningkatkan hubungan dengan Allah dengan berpuasa seumur hidup sekalipun adalah tak akan ada gunanya atau tak akan ada faedahnya bila puasa dikerjakan TANPA memperbaiki, membina, membangun dan meningkatkan KERJA KASIH umat terhadap sesamanya manusia. Puasa tanpa kasih adalah puasa untuk diri sendiri, bukan puasa bagi TUHAN (Za 7:5).


2. Bukan aksi demonstrasi.

Yesus memberikan suatu pengajaran tentang berpuasa:
6:16 "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 6:17 Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, 6:18 supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Matius  6:16-18)

Puasa adalah salah satu bentuk dan wujud hubungan manusia dan Tuhan. Karena itu puasa bukanlah suatu hal yang perlu diketahui orang lain apalagi untuk mendapat perhatian orang lain guna menunjukkan kesalehan hidup. Yesus mengatakan bahwa bila berpuasa, itu cukuplah diketahui Allah. Jadi, saya dan Allah saja. Tentu saja menjadi berbeda halnya bila puasa itu dimaklumkan sebagai puasa umat atau puasa nasional. Yang dikhususkan Yesus di sini adalah pelaksanaan puasa yang dilakukan secara pribadi, bahwa biarlah puasa pribadi itu menjadi konsumsi pribadi yang bersangkutan dan Tuhan. Bukan sebagai aksi demonstrasi. Dengan demikian hal-hal yang dapat menunjukkan kondisi sedang berpuasa harus dihindari. Tampil di hadapan orang seperti sedang tidak berpuasa sehingga tidak ada yang tahu bahwa pada saat itu orang itu sedang berpuasa. Hal yang paling mungkin membuat berpuasa itu diketahui orang hanya apabila yang berpuasa ditawarkan makanan dan minuman oleh orang lain. Mau tidak mau, ia harus menyampaikan itu. Selebihnya, tak ada alasan utnuk berpuasa itu harus diketahui orang lain.--**HEP**

Selanjutnya:
Mengapa ada orang Kristen yang berpuasa dan ada yang tidak?


Sabtu, 20 Juni 2015

Puasa di Alkitab | 2 | Maksud dan Tujuan

Paket Materi Puasa di Alkitab | Halaman 2

II. Maksud dan Tujuan





A. Maksud

1. Mencari TUHAN

Mencari TUHAN (2 Taw 20:3) dalam keseluruhan kesaksian Alkitab tentang puasa menunjukkan arti memberi diri, ruang dan waktu sepenuh-penuhnya khusus untuk ada di hadapan TUHAN, mendekat kepada TUHAN, beribadah dengan doa dan puasa guna bertemu TUHAN secara pribadi atau secara bersama-sama.

Pada umumnya, tidak aktivitas lain yang dilakukan (Im 16:29) selain berdoa dan berpuasa. Jika pada Hari Raya Pendamaian disebut �Hari perhentian penuh� (Im 16:31; 23:32), maka dapat dikatakan, bahwa masa sedang berpuasa menjadi �masa perhentian penuh�. Masa berpuasa menjadi waktu khusus �hanya saya dan Tuhan� atau �hanya kami dan Tuhan�. Entah 1 hari (umum), 3 hari (Ester 4:16), 7 hari (1 Sam 31:13; 2 Sam 12:18), 3 minggu (Dan 10:3) , 40 hari 40 malam (Kel 34:28; Ul 9:9; Mat 4:2), semalam-malaman (Dan 6:19), siang malam (Luk 2:37), hingga senja hari (Hak 20:26) ataupun beberapa hari (Neh 1:4), pada umumnya menunjukkan bahwa pencarian akan TUHAN itu adalah pemberian hidup, diri, waktu dan ruang sepenuhnya untuk TUHAN.


2. Merendahkan diri di hadapan TUHAN.

Merendahkan diri di hadapan TUHAN (Im 16:29,31; 23:27,29,32; Bil 29:7; 30:13; Ezr 8:21; Yes 58:3) menyatakan ketidak-�ada�-an manusia, ketidakbisaan, ketidaksanggupan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, kekosongan, atau kehampaan manusia TANPA TUHAN. Semua yang dimiliki manusia, semua yang disandang, yang dipakai, yang dikecap adalah pemberian TUHAN. Status, kedudukan, posisi, jabatan tak mungkin tanpa TUHAN. Sehat, kuat, senang, bahagia, sukacita, sejahtera, dsb adalah anugerah TUHAN. Merendahkan diri di hadapan TUHAN hendak menyatakan, bahwa TANPA TUHAN, MANUSIA NOL. Manusia tanpa TUHAN adalah DEBU semata. Oleh karena itu simbol-simbol perendahan diri, yang menyertai aksi berpuasa, umumnya adalah pengenaan kain kabung (1 Raj 21:27; Neh 9:1; Est 4:3; Dan 9:3), abu/tanah (Neh 9:1; Est 4:3; Dan 9:3), dan berbaring di tanah (2 Sam 12:16).

Demikianlah merendahkan diri di hadapan TUHAN dengan berpuasa adalah memberi tempat yang sepatutnya bagi TUHAN Allah di tempat Yang Mahtinggi guna memberi ruang yang seluas-luasnya bagi kuasa-Nya di dalam hidup orang yang berpuasa. Berpuasa dengan merendahkan diri bagaikan membawa bejana yang kosong untuk diisi dengan kasih dan kuasa TUHAN, bahwa apapun yang dikerjakan manusia tidak akan berhasil tanpa PERTOLONGAN TUHAN.


3. Menyiksa diri di hadapan TUHAN.

�Aku menyiksa diriku dengan berpuasa� (Mzm 35:13). Perbuatan dengan sengaja tidak makan dan tidak minum adalah bentuk penyiksaan diri secara jasmani. Derita jasmani karena berpuasa digambarkan Pemazmur:
Mazmur 69:11 Aku meremukkan diriku dengan berpuasa, tetapi itu pun menjadi cela bagiku;
Mazmur 109:24 Lututku melentuk oleh sebab berpuasa, dan badanku menjadi kurus, habis lemaknya.

Aksi menyiksa diri secara jasmani adalah upaya manusia untuk �melunakkan hati TUHAN�. Coba Anda perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
Keluaran 32:11 Lalu Musa mencoba melunakkan hati TUHAN, Allahnya, dengan berkata: "Mengapakah, TUHAN, murka-Mu bangkit terhadap umat-Mu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat? --- II Tawarikh 33:12 Dalam keadaan yang terdesak ini, ia berusaha melunakkan hati TUHAN, Allahnya; ia sangat merendahkan diri di hadapan Allah nenek moyangnya, --- Zakharia 7:2 Adapun penduduk Betel telah mengutus Sarezer dan Regem-Melekh serta orang-orangnya untuk melunakkan hati TUHAN, --- Zakharia 8:21 Dan penduduk kota yang satu akan pergi kepada penduduk kota yang lain, mengatakan: Marilah kita pergi untuk melunakkan hati TUHAN dan mencari TUHAN semesta alam! Kami pun akan pergi! --- Zakharia 8:22 Jadi banyak bangsa dan suku-suku bangsa yang kuat akan datang mencari TUHAN semesta alam di Yerusalem dan melunakkan hati TUHAN.--- Maleakhi 1:9 Maka sekarang: "Cobalah melunakkan hati Allah, supaya Ia mengasihani kita!" Oleh tangan kamulah terjadi hal itu, masakan Ia akan menyambut salah seorang dari padamu dengan baik? firman TUHAN semesta alam.
Pengharapan yang dipertunjukkan kepada TUHAN dari aksi menyiksa diri adalah jelas, yakni menarik belas kasihan TUHAN atau �membuat TUHAN jadi kasihan�. Sebagaimana Daud berharap demikian:
II Samuel 12:22 Jawabnya: "Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup.


Allah Abraham, Ishak dan Yakub, TUHAN Allah Pencipta, adalah Pribadi yang disiplin dan tegas. Ketegasan TUHAN nyata dalam penerapan sanksi-sanksi hukum atas pelanggaran umat akan perintah dan ketetapan-Nya. Tetapi TUHAN Allah yang dispilin dan tegas ini juga dikenal adalah KASIH. Kepastian bahwa �Allah adalah kasih� (1 Yoh 4:8,16) nyata dan tak terbantahkan dalam kehidupan umat TUHAN. Dan itu terpatri jelas dalam Kematian Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, di atas kayu salib.

Allah itu penuh belas kasihan. Tak kuat hati mendengar rintihan umat-Nya.
Hakim-hakim 2:18 Setiap kali apabila TUHAN membangkitkan seorang hakim bagi mereka, maka TUHAN menyertai hakim itu dan menyelamatkan mereka dari tangan musuh mereka selama hakim itu hidup; sebab TUHAN berbelas kasihan mendengar rintihan mereka karena orang-orang yang mendesak dan menindas mereka.
Yoel 2:18b  Ia belas kasihan kepada umat-Nya.

Demikian belas kasihan Allah nyata di dalam Yesus Kristus:
Matius  9 :36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. --- Matius  14:14 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. --- Matius  15:32 Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan." --- Matius  20:34 Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah mata mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia. --- Markus  1:41 Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir." --- Markus  6:34 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. --- Markus  8:2 "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. --- Lukas 7:13 Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" --- Lukas 10:33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. --- Lukas 10:37 Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" --- Lukas 15:20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.


Namun, satu hal yang harus dicatat, bahwa penyiksaan diri dengan berpuasa guna membuat TUHAN menjadi kasihan harus disertai dengan kesadaran, pengakuan dan penyesalan dosa.
Yeremia 18:7-8 --- 18:7 Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut, merobohkan dan membinasakannya. 18:8 Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka.

Ketika umat-Nya menunjukkan aksi yang sungguh-sungguh sebagai pernyataan mencari TUHAN, merendahkan diri di hadapan Dia, mengaku dosa dan menyesalinya disertai dengan tindakan penyiksaan diri di hadapan TUHAN, maka belas kasihan TUHAN berbalik dari murka-Nya atas umat-Nya. Mari lihat pernyataan TUHAN Allah atas tindakan berpuasa Raja Ahab: 
1 Raja-raja 21:29 "Sudahkah kaulihat, bahwa Ahab merendahkan diri di hadapan-Ku? Oleh karena ia telah merendahkan diri di hadapan-Ku, maka Aku tidak akan mendatangkan malapetaka dalam zamannya; barulah dalam zaman anaknya Aku akan mendatangkan malapetaka atas keluarganya."

Hati TUHAN berbalik dari murka kepada kasih karunia, karena Ia mendapati kesungguhan hati yang mencari Dia, merendahkan diri dan melengkapi itu dengan menyiksa diri dengan 'tidak makan dan tidak minum. Oleh karena itu �menyiksa diri� diletakkan pada bagian terakhir dari maksud berpuasa. Karena menyiksa diri tanpa mencari TUHAN dan tanpa merendahkan diri kepada-Nya hanyalah suatu puasa di hadapan manusia, bisa berupa puasa tradisi atau puasa kesehatan. Itu tidak tertuju langsung untuk menyentuh hati TUHAN. Dengan perkataan lain, adalah tidak mungkin berpuasa di hadapan TUHAN (= tidak makan dan tidak minum di hadapan TUHAN), tanpa ibadah (=mencari TUHAN) dan tanpa merendahkan diri (= pengosongan diri, pengakuan dan penyesalan akan dosa).


B. Tujuan

Dari catatan aksi berpuasa di Alkitab, kita menemukan tujuan yang hendak dicapai:

  1. Untuk kesembuhan dari sakit (2 Sam 12:16,22; Mzm 35:13
  2. Untuk beroleh pengampunan Allah dengan pengakuan dosa, penyesalan dan pertobatan (Imamat  16:29,31; 23:27,29,32; Bil 28:7; 1 Sam 7:6; Yer 36:9; Dan 9:3).
  3. Untuk beroleh kelepasan dari hukuman Allah (1 Raj 21:27,29; Yun 3:5)
  4. Untuk menghadapi hukuman Allah (Yl 1:14; 2:12,14)
  5. Untuk mengingat hukuman-hukuman Allah sebagai peringatan (Za 7:5; 8:19)
  6. Untuk meminta pertolongan Tuhan  (2 Taw 20:3-4; 1 Sam 7:6; Est 4:16)
  7. Untuk mengingat pertolongan Tuhan = berpuasa untuk tidak melupakan pertolongan Tuhan (Est 9:31)
  8. Untuk meminta petunjuk Tuhan (Hak 20:26)
  9. Untuk mengajukan permohonan (Dan 9:3)
  10. Untuk meminta pengawalan dan keselamatan dari Tuhan (Ezr 8:21,23)
  11. Untuk menyatakan kesedihan yang mendalam (Dan 6:19)
  12. Untuk menyatakan dukacita kematian (I Sam 31:13; II Sam 1:12; I Taw 10:12), dukacita kabar buruk (Neh 21:4), dukacita akan ancaman (Est 4:3)
  13. Untuk mendapat dukungan niat (1 Raj 21:9,12 � catatan: di sini niat yang dipunyai Ahab adalah jahat di mata TUHAN. Dan, jelas, tidak memberi hasil, malah menjadi bumerang bagi diri Ahab sendiri.)
  14. Untuk mengusir kuasa kegelapan (Mat 17:21)
  15. Untuk menjadi bagian dari hidup (Mat 9:14,15; Mrk 2:18; 20; Luk 2:37; 5:33,35; 18:12; Kis 13:2; 27:9; 2 Kor 6:5; 11:27)
  16. Untuk beroleh kesiapan hati dan kesiapan diri sepenuhnya dalam rangka mengemban dan mengerjakan tanggung jawab pelayanan yang dipercayakan Allah kepadanya. -- Musa berpuasa untuk menerima 10 Hukum Tuhan yang dipercayakan TUHAN kepadanya untuk dititahkan dan diterapkan kepada umat-Nya (Kel 34:28; Ul 9:9). Yesus berpuasa untuk memulai kerja penyelamatan dunia yang dipercayakan Bapa-Nya kepada-Nya (Mat 4:2). Pribadi-pribadi yang akan menerima peneguhan jabatan gerejawi berpuasa sebelum peneguhan itu diberlakukan atas mereka (Kis 13:3; 14:23).
  17. Untuk kesiapan hati dan kesiapan diri sepenuhnya serta pengosongan diri guna mengalirkan urapan Allah atas orang-orang yang akan diteguhkan menjadi pelayan Tuhan. Rasul-rasul berpuasa sebelum meneguhkan (Kis 13:3; 14:23).--
**HEP**
Selanjutnya hlm.3 Kritikan Tuhan Terhadap Puasa Umat.


Jumat, 19 Juni 2015

Jangan Injak Koin Itu !!



Semua tentu akan senang menemukan lembaran Rp. 100.000,- di jalan.

Tetapi mengapa uang koin Rp.100,/200/500,- cenderung TAK ADA YANG MENGHIRAUKANNYA?? DIBIARKAN, bahkan DIINJAK???

Pertanyaan:
Mengapa matamu yang melihat uang koin itu?
Mengapa bukan mata orang lain?

TUHAN MAU MENGUJIMU, APAKAH ENGKAU DAPAT BERSYUKUR ATAS PEMBERIAN-NYA DENGAN NILAI YANG KECIL ?? Atau TIDAK.

Ingatlah, tak ada Rp.100.000,- tanpa Rp.100,-

Namun sayang sekali, kita seringkali melihat kemurahan TUHAN hanya dalam nilai rupiah yang besar, SEOLAH-OLAH TUHAN TIDAK ADA DALAM UANG RECEHAN. Maka, tidaklah heran orang lebih sering bersungut-sungut dari pada bersyukur. Dan hanya dapat bersyukur apabila menerima berkat-berkat yang besar. Lalu bagaimana kita akan mendapat kepercayaan yang besar, jika kita tidak mampu menghargai hal-hal yang kecil??

Di lain pihak, jika Anda telah memiliki kekayaan yan berlimpah dan matamu melihat koin ini di tanah, ketahuilah, saat itu TUHAN sedang MENANTANG KERENDAHAN HATIMU. Apakah engkau masih menganggap itu berharga?? Atau TIDAK lagi.

Jadi, jangan injak koin itu ! ITU PEMBERIAN TUHAN. PUNGUT dan katakan: TERIMAKASIH, TUHAN, ATAS BERKAT-MU INI.

Roma 12:16
"Janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana."AMIN.--**HEP**

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India