Jumat, 04 Februari 2011

Anakku Pergumulanku | 3

Menjawab Persoalan Anak
Anakku Pergumulanku Halaman 3



Jejak Penyerapan Visual - Verbal

Yang dimaksud di sini adalah tampilah-tampilan sikap, perbuatan & prilaku yang dilihat anak & perkataan-perkataan yang didengar anak dari orang tua & lingkungan terdekatnya. Anak menyerap apa yang dilihatnya & apa yang didengarnya.


Anak perempuan yang memiliki ibu yang mempunyai kebiasaan merokok akan punya kecenderungan kuat untuk merokok pula di usia remaja, remaja & seterusnya. Anak laki-laki yang memiliki ayah seorang peminum minuman keras akan punya kecenderungan kuat menjadi peminum minuman keras pula. Anak yang seringkali mendengar ucapan-ucapan kotor yang diucapkan ayah & ibunya akan cenderung juga lincah mengucapkan caci maki di bibirnya. Anak yang selalu mendengar kelihaian ayah & ibunya dalam berdusta akan pandai pula berbohong. Anak yang seringkali mendengar perkataan ayah & ibunya yang bersifat meninggikan diri akan tahu pula cara meninggikan diri mereka. Anak yang melihat kemesraan ayahnya dengan perempuan yang bukan ibunya atau melihat kemesraan ibunya dengan laki-laki yang bukan ayahnya akan memiliki kecenderungan prilaku seks bebas dengan pasangan yang berbeda-beda. Kecenderungan ini juga bisa timbul pada anak yang tanpa sengaja melihat hubungan suami isteri yang dilakukan orang tuanya saat ia masih kecil & tidur seranjang atau sekamar tidur dengan kedua orang tuanya, juga anak yang suka mengintip orang dewasa yang sedang berganti pakaian atau mandi, atau anak yang sudah melihat film-film & gambar-gambar porno.
Singkatnya, apa yang ditampilkan & diperdengarkan orang tua kepada anak secara terus menerus atau telah menjadi cara bicara orang tuanya & telah menjadi cara bertindak orang tuanya, bahkan pandangan hidup orang tuanya & cara orang tuanya mengatasi suatu persoalan itu sudah menjadi pengajaran-pengajaran bagi sang anak. Bila tidak disertai bimbingan maka hal-hal yang didengar atau disaksikan sang anak akan dipandang oleh sang anak sebagai sesuatu yang biasa & tidak masalah sebab itu pula yang dilakoni ayah & ibunya.
Contoh jejak penyerapan verbal, yakni pelajaran yang diserap anak dari hasil mendengar ucapan/kata-kata yang diucapkan oleh orang-orang di lingkungannya. Jangankan di lingkungan rumah, anak yang bergaul di luar rumah dengan orang-orang atau teman-temannya yang cakap mengucapkan kata-kata makian akan terpengaruh dengan cara bicara mereka, apalagi jika hal itu tiap hari & tiap saat didengarnya dari orang tuanya sendiri. Kebiasaan yang diperoleh dari lingkungan di luar rumah akan mudah ditiadakan jika orang tua & seisi rumahnya sendiri tidak memiliki kebiasaan itu. Tetapi akan sangat-sangat sulit mengubah kebiasaan itu jika hal yang buruk itu justru subur di dalam rumahnya sendiri.
Jadi kalau pada suatu ketika Anda mendengar seorang anak kecil umur batita (anak usia 1-3 tahun) sudah pandai mengucapkan kata-kata kotor, maka cari tahu saja siapa orang tuanya.  Kalau Anda mengenal orang tuanya adalah orang tua yang jauh dari cara bicara seperti itu, maka Anda dapat menegur anak itu dengan berkata, �Awas ya, nanti tante/om lapor ke ayah & ibu�. Anak itu akan sangat takut, sebab ia tahu bahwa ia pasti akan mendapat marah atau bahkan hukuman karena hal itu, sebab selain itu  tida berlaku di rumahnya sendiri, orang tuanya memang dengan tegas mengharamkan ucapan-ucapan kotor itu keluar dari siapapun penghuni rumahnya.
Anak yang terlihat menjadi takut terhadap ancaman untuk dilaporkan kelakuannya yang buruk kepada  orang tuanya menunjukkan bahwa kebiasaan buruknya itu cenderung lebih besar  diserapnya dari lingkungan di luar rumahnya.
Tetapi jika Anda pun tahu orang tuanya lincah dalam berkata-kata demikian, maka isi teguran tadi tidak ada gunanya. Ganti saja dengan peringatan �Aduh, Tuhan Yesus sedih mendengar kata-kata seperti itu�. Sebenarnya nasihat ini pun bisa dibilang nasihat pasrah, sebab paling-paling saat itu saja anak itu mendengar nasihat Anda. Saat Anda tidak terlihat lagi oleh matanya, ia akan kembali fasih menambah setiap perkataannya dengan bumbu-bumbu makian.  Orang luar coba mematikan pertumbuhan benih yang jahat itu, tetapi orang tuanya justru menyirami & memupuknya secara tetap & berkesinambungan. Sungguh memprihatinkan memang orang tua mewariskan hal-hal buruk bagi keturunannya.

Kemudian ada orang tua yang berlaku �sok mendidik� anak-anaknya yang kedengaran mengucapkan makian di hadapan orang lain. Supaya  dilihat orang bahwa orang tuanya mendidik anaknya, maka di depan orang banyak itu sang ibu memukul bahkan meramas mulut anaknya supaya orang mengira itu bukan ajaran orang tuanya. Memang tidak ada orang tua mengajarkan dengan kata-kata �Kamu harus pandai memaki, ya!�. Tidak ada. Tetapi orang tua langsung mengajarkannya dengan praktek. Dalam bidang ilmu pengetahuan apapun, efektivitas suatu penyerapan ilmu berlangsung tatkala ilmu itu disajikan dalam bentuk praktek. Maka. berhentilah memukul mulut anak atau menghukum anak yang suka memaki, sebab itu hanya sia-sia saja sampai kita sendiri belajar berhenti mengucapkan hal yang sama.

Tentang jejak visual, yakni pelajaran yang diserap anak dari hasil melihat, kita ambil contoh perihal kerapnya anak menyaksikan berbagai bentuk kekerasan di dalam rumahnya sendiri. Anak yang seringkali melihat kekerasan fisik yang kerap berlaku di antara ayah & ibunya akan dapat membentuk prilaku kekerasan yang sama pada dirinya.


Di sini ada beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan. Setiap anak memiliki imagenya sendiri  tentang ayahnya & ibunya. Hati-hati, kadang orang tua memandang anak sebagai pribadi yang tidak tahu apa-apa, sehingga orang tua seringkali bersikap & berprilaku bebas di hadapan anak-anaknya. Justru karena mereka masih anak-anak, maka segala hal yang dilihat & didengar oleh anak terserap secara murni tanpa penjelasan ke dalam hati & pikiran anak.

Perlahan namun pasti anak mulai dapat mendefenisikan siapa ayahnya & siapa ibunya. Bila ayahnya melakukan tindakan kekerasan terhadap ibunya, misalnya, sementara anak berdasarkan penilaiannya memahami bahwa ibunya memang bersalah, maka anak cenderung akan setuju dengan kekerasan itu. Pada saat yang sama perbuatan ayahnya itu menanamkan pengajaran yang negatif kepada anak bahwa begitulah yang seharusnya dilakukan terhadap isteri yang bersalah & bahwa isteri yang bersalah layak diperlakukan demikian.  Di sini anak  dalam pikirannya mengambil posisi di pihak ayahnya. Tetapi bila  berdasarkan penilaian yang dipahami oleh anak itu bahwa ibunya tidak layak diperlakukan demikian oleh ayahnya, maka ini akan menimbulkan akar pahit di hati anak terhadap ayahnya. Di sini anak berdiri di pihak ibunya. Hanya saja, meskipun anak sesungguhnya sudah memiliki pilihan keberpihakkan di dalam pikirannya entah kepada ayah atau ibunya, namun anak tidak dapat melakukan pembelaan terhadap pihak yang dibenarkannya. Anak terlihat biasa-biasa saja seolah tidak mengerti, padahal tidak demikian. Anak punya pikiran & kesimpulannya sendiri.

Di kemudian hari resapan benih-benih berbagai tontonan tindakan kekerasan itu kemudian mulai bertumbuh pada diri sang anak. Jika anak tidak mengenal jalan Tuhan & anak terus ada dalam atmosfer kekerasan maka benih kekerasan itu akan membuahkan sifat, karakter, tabiat, prilaku, kebiasaan yang beraromakan kekerasan pula pada diri anak, terlebih lagi bila anak itu sendiri yang kerap mengalami tindakan kekerasan dari orang tuanya. Biasanya, kasus kekerasan yang terjadi dari suami kepada isteri atau dari orang tua kepada anak dilakukan oleh pribadi-pribadi yang memiliki pengalaman berbagai bentuk & jenis kekerasan yang pernah dilaluinya di masa kecilnya.--**HEP**-- [Bersambung ke bagian IV, End]

PREVIOUS : Bagian II

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India