Jumat, 04 Februari 2011

Anakku Pergumulanku | 2

Menjawab Persoalan Anak
Anakku Pergumulanku Halaman 2



Jejak Pertemanan (Sisi Ruang Batin)

Dunia anak-anak adalah dunia pertemanan. Pertemanan ini dimaknai dengan bermain & bercerita. Pada masa pra-remaja & pemuda sisi ruang batin seorang anak adalah kebutuhan akan teman.


-   �Bapak Karier, Ibu Karier�.


Umumnya sang ayah berkarya di luar rumah & sang ibu berkarya di rumah, yakni mengurus urusan di rumah. Seorang ibu punya kesempatan lebih besar untuk menjadi teman bagi anak. Namun terkadang sang ibu hanya akan menaruh perhatian pada urusanan makan & mandi anak. Selebihnya ibu sibuk mengurus segala ketidakberesan di dalam rumah & anaknya bermain sendirian di rumah, di jalan atau di rumah temannya. Anak baru mendapat perhatian bila hari telah siang & sang anak belum makan atau hari telah sore & sang anak belum mandi. Mulailah terdengar teriakan sang ibu menggema di seantero kampung �Andi ... Andi .....,  pulang!�. Pulanglah Andi ke rumah. Tidak lama kemudian ayahnya pun pulang kerja. Baru kurang lebih satu jam terlihat ayah & ibunya sibuk mempersiapkan diri untuk segera keluar menghadiri undangan atau mengikuti ibadah jemaat. Atau ibu ke ibadat & sang ayah mulai mencari temannya sendiri � biasa �penyegaran�.  Ibu di mana, ayah di mana, anak di mana. Masing-masing dengan dunianya. Ibu pulang, anak telah tertidur pulas. Ayah pulang? Entahlah, hanya Tuhan yang tahu cerita selanjutnya.

Ada pula orang tua dua-duanya bekerja. Nah lebih jarang lagi di rumah. Di tambah lagi dua-duanya aktif bersekutu. Lebih lagi orang tuanya pelayan. Waow, lengkaplah orang tua ada untuk bangsa & negara, untuk gereja Tuhan, & untuk perekonomian keluarga. Lalu bagaimanakah dengan anak? Apakah orang tua �ada� untuk anak?  Aah kita �kan bekerja demi anak-anak!, kata orang tua. Benar. Anak dapat mengerti bila orang tua menjelaskan bahwa orang tuanya bekerja adalah demi kepentingan dirinya pula, misalnya untuk membelikannya susu, mainan, pakaian, atau untuk membiayai sekolahnya, dsb. Tetapi anak tidak terdiri dari perut saja � yang harus diisi makanan, tubuh saja � yang harus dibungkus pakaian, kaki saja � yang harus  diberi alas, otak saja � yang harus diencerkan dengan ilmu pengetahuan, tangan saja � yang harus menggenggam benda-benda kepunyaan, dsb. Seperti kita punya kebutuhan bagi jiwa kita; seperti kita punya kebutuhan akan batin kita, demikian pula anak punya kebutuhan bagi batinnya, karena anak kita adalah anak manusia. Sekali lagi anak adalah manusia!!! Anak punya kebutuhan akan tubuh, jiwa & roh. UTUH! Tidak terpisahkan. Karena anak-anak kita adalah anak manusia, maka mereka pun memiliki cita rasa hati seorang manusia.


Sisi ruang batin inilah yang seringkali diabaikan oleh para orang tua. Pikir orang tua, hal batiniah itu adalah perkara orang dewasa.  Sungguh ini suatu kekeliruan & penyep�l�an yang berakibat fatal bagi orang tua itu sendiri. Jika ini terpupuk, maka di kemudian hari saat anak telah menginjak remaja lalu pemuda, anak hanya membutuhkan uang Anda, tetapi anak tidak membutuhkan Anda sekalipun Anda adalah orang tua kandungnya sendiri. Karena secara tidak langsung & tanpa disengaja hanya fungsi itulah yang diketahui oleh anak ada pada orang tuanya, yakni bahwa ayah & ibunya ada baginya untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya. Maka jangan heran bila anak remaja/pemuda Anda mendekat kepada Anda, bermanis-manis, atau tiba-tiba menjadi anak yang rajin & dengar-dengaran pada saat dimana ia sedang membutuhan sesuatu materi dari orang tuanya. Orang tua sering mengistilahkan hal ini dengan �ada maunya�. Gelagat lainnya adalah anak tidak betah berlama-lama duduk atau berada di sisi Anda, anak jarang sekali berbaring dengan meletakkan kepalanya di pangkuan Anda, anak tidak suka tidur setempat tidur dengan Anda, dsb. Jika gelagat ini ada pada anak remaja/pemuda Anda, maka ketahuilah bahwa ada yang sudah orang tua lewatkan dari jejak pertemanan ini pada saat anak usia kanak-kanak & di masa anak mengecap pendidikan Sekolah Dasar.

Jejak pertemanan bukanlah soal jarang di rumah, tetapi soal adanya waktu khusus yang orang tua porsikan bagi sang anak saat orang tua memiliki kesempatan untuk dapat berada dekat secara fisik dengan sang anak, yakni bermain, bercerita atau bercanda dengan mereka. Walau waktu kebersamaan itu sangat-sangat singkat, namun isi dari kebersamaan itu akan menjadi begitu indah di relung relung batin sang anak bila dengan jelas & tegas anak merasakan bahwa orang tuanya memberi dirinya sepenuhnya ada untuk dirinya. Tanpa gangguan pekerjaan. Benar-benar menjadi acara sang anak.

Di sini Anda harus �turun derajat� menjadi seperti seorang anak sebaya anak Anda. Bila anak suka bermain boneka, Anda harus seperti seorang anak kecil yang juga suka bermain boneka. Atau seorang ayah bermain petak umpet (�bak-bak sembunyi�) di dalam rumah. Kalau anak Anda punya suka menyanyi, maka Anda dapat menseting rumah atau kamar Anda serupa panggung kecil di mana Anda & anak Anda tampil bergantian menyumbangkan lagu. Sang ayah/ibu mengambil peran sebagai MC atau pembawa acara yang mengundang para penyanyi (isteri & anak-anak) untuk tampil menyumbangkan lagu. Tidak penting soal suara, justru ayah/ibu yang tidak memiliki karunia menyanyi itulah yang harus tampil pertama di panggung buatan keluarga itu. Selain hal itu akan sangat berharga buat sang anak, tetapi juga memberikan pengajaran tentang percaya diri pada jiwa sang anak. Banyak cara menjadi seperti anak-anak bagi anak Anda sendiri.

Anda akan terlihat �blo�on� di mata orang-orang dewasa yang melihat ulah Anda & anak-anak Anda pun akan menertawai ulah Anda, tapi sesungguhnya Anda tengah mengisi sisi ruang batin yang memang adalah tempat Anda di hati anak-anak Anda. Anda telah menjadi seorang sahabat di mata anak-anak Anda. Karena itulah arti sahabat bagi usia kanak-kanak, yakni menjadi teman bermain & bercerita yang setia.


-   �Bapak Pelayan dan/atau Ibu Pelayan�

Pada kesempatan ini juga ada sorotan yang ditujukan khusus kepada orang tua yang berstatus pelayan Tuhan atau orang tua yang memberi diri aktif dalam persekutuan jemaat. Tidak sedikit pelayan mengabaikan sisi relung batin anak-anaknya dengan mengira bahwa jika mereka telah 100 % setia & bertanggung jawab dalam urusan berjemaat, maka urusan berkeluarga otomatis akan beres 100 % pula.  Bahkan ada pelayan yang memandang bahwa biar keluarga terbengkalai tidak apa-apa, yang penting urusan jemaat beres. Lalu ini dianggap sebagai Pengorbanan.

Mengorbankan diri sendiri atau mengorbankan kepentingan diri sendiri demi kepentingan kebenaran, itu pengorbanan, BUKAN: MENGORBANKAN ORANG LAIN DEMI KEBENARAN. Kalau kita tidak makan karena sibuk melayani, itu pengorbanan. Kalau kita tidak tidur karena sibuk melayani, itu pengorbanan.  Tetapi bila kita membiarkan orang seisi rumah tidak makan karena kita sibuk melayani itu, apakah itu pengorbanan? Ini sudah tidak lagi terkait secara pribadi tetapi sudah melibatkan orang lain. Kecuali. Ada kecualinya. Kecuali bila hal ini telah menjadi kesepakatan bersama, bahwa dengan kesadaran sendiri isteri/suami & anak-anak kita juga telah menyatakan akan ikut berkorban karena tanggung jawab & kerja pelayanan kita dengan pengertian  & pemahaman yang jelas akan hal itu.

Memang sebaiknya ada pembinaan yang dilakukan terhadap para pelayan jemaat dengan melibatkan isteri/suami & anak-anaknya. Ada tiga sasaran pembinaan yang harus dilakukan, yakni:
Pertama, pembinaan para pelayan itu sendiri. Ini sudah umum bahkan terpogram. Hanya sayangnya materi pembinaan para pelayan ini hanya berfokus pada tugas & tanggung jawab pelayan di dalam jemaat terkait dengan panggilannya itu atau dengan perkataan lain lebih terarah kepada urusan pelayan & jemaat. Jarang sekali ada pembinaan para pelayan terkait dengan urusan pelayan & keluarganya. Padahal ini sangat penting. Karena sebelum seorang Bapak atau Ibu itu terpilih menjadi pelayan ia adalah seorang suami/isteri & ayah/ibu bagi anak-anaknya &  saat ia terpilih pun ia tetaplah adalah seorang suami/isteri & ayah/ibu bagi anak-anaknya. Oleh karena itu ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh pelayan itu sendiri terkait dengan keluarganya dengan status pelayan yang tengah ia sandang. Banyak hal yang tidak dapat dikatakan sepele yang ironisnya kurang bahkan hampir tidak pernah mendapat perhatian serius dalam materi-materi pembinaan para pelayan.
Kedua, pembinaan keluarga para pelayan. Pembinaan yang melibatkan seluruh anggota keluarga memang tepat diberikan dalam paket piknik karena anak-anak pun dilibatkan. Jadi tidak semata-mata refreshing belaka.
Ketiga, pembinaan pasangan hidup para pelayan (isteri/suami dari para pelayan). Penting untuk membuat suatu kegiatan khusus yang pesertanya hanya terdiri dari pasangan-pasangan hidup para pelayan tanpa kehadiran para pelayan itu sendiri. Ini memberikan motivasi kepada pasangaan para pelayan untuk memberikan dukungan moril-spiritual bagi suami/isteri mereka.
Bila seorang pelayan itu masih berstatus belum menikah, panggilan ini bersifat panggilan pribadi. Akan tetapi bila yang terpanggil untuk melayani itu adalah seorang yang sudah berstatus menikah, maka panggilan ini tidak lagi semata-mata bersifat pribadi melainkan telah menjadi panggilan keluarga, sebab ketika dua insan memberi diri mereka menerima peneguhan pernikahan mereka dari Tuhan maka mereka bukan lagi dua melainkan satu (Mat 19:6). Jadi bagaimana mungkin pembinaan itu hanya berfokus pada pribadi pelayan itu sendiri sementara pelayan itu sendiri tidak dapat lagi dipisahkan dari isteri/suami & anak-anaknya? Dan fakta banyak membuktikan bahwa pergumulan seorang pelayan tidak semata-mata datang dari jemaat  yang dilayaninya, tetapi juga datang dari keluarga yang dinomorduakan karena pelayanannya.

Pembinaan bagi keluarga para pelayan adalah untuk mengarahkan pasangan & anak-anak para pelayan memahami makna panggilan pelayanan itu & bersukacita karenanya sehingga segala bentuk tugas & tanggung jawab yang harus dikerjakan oleh suami/isteri & ayah/ibunya itu mendapat dukungan yang tulus & sepenuhnya atas dasar kesadaran yang timbul karena mengerti & memahami arti panggilan Tuhan bagi diri mereka pula sebagai keluarga dari pelayan itu sendiri.

Tetapi bila tanpa kesediaan diri mereka untuk ikut berkorban dengan kita lalu dengan alasan tanggung jawab pelayanan kita �menelantarkan� mereka & mengklaim diri telah melakukan pengorbanan yang besar karena pelayanan, sungguh ini adalah kekeliruan yang besar.

Abraham memang tidak meminta persetujuan Ishak, anaknya, untuk dikorbankan bagi TUHAN Allah. Abraham  mengorbankan Ishak atas perintah TUHAN Allah sendiri, sehingga persetujuan Ishak tidak diperlukan sama sekali (Kej 22). Kita, para pelayan, memang diperintahkan Yesus Kristus Tuhan untuk melayani TUHAN Allah, Bapa di sorga, di dalam rumah-Nya, tetapi kita tidak menerima perintah untuk mengorbankan anak-anak kita seperti perintah yang diterima oleh Abraham demi pelayanan itu sendiri.



Bicara semangat melayani, Tuhan Yesus memilikinya sempurna dari yang kita punya. Ia & murid-murid-Nya juga pernah tidak lagi sempat makan karena kerja pelayanan mereka (Mrk 6:31). Kalau Tuhan Yesus memikirkan semangat pelayanannya belaka, Ia tidak akan perduli dengan kondisi murid-murid-Nya. Tetapi di situ pun Tuhan Yesus berkata: �Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, & beristirahatlah seketika!�

Pertama, harus ada keseimbangan dalam seluruh aspek kehidupan kita. Sudah tidaklah benar jika kita menghabiskan seluruh energi kita untuk melayani dengan tanpa beristirahat. Sudah tidaklah benar jika kita menghabiskan waktu dengan melayani dengan tanpa memberi waktu bagi kehidupan pribadi kita (�sendirian�). Kedua, Tuhan Yesus tidak mengorbankan murid-murid-Nya demi semangat melayani yang sempurna Ia miliki.

Harus kita akui, kita terkadang telah mengambil waktu �sendirian� kita, waktu bagi diri kita sendiri, waktu bagi suami/isteri kita sendiri, waktu bagi anak-anak kita, yang seharusnya ada di dalam kehidupan kita sebagai umat manusia. Terkadang kita telah mengorbankan suami/isteri, & khususnya di sini, anak-anak kita atas nama pelayanan.

Perhatikanlah kata �seketika�,  �beristirahatlah seketika� (Mrk 6:32). Jadi ini bukan soal jumlah waktu istirahat, tetapi bobot istirahat. Orang tua tetap dapat bekerja untuk memberikan yang terbaik bagi anak & melayani dengan sungguh-sungguh & penuh semangat, tetapi harus selalu ada �seketika� bagi anak-anak kita.  Tempat orang tua di relung batin anak tidak akan tergantikan oleh siapapun jika sesibuk-sibuknya ayah & ibunya anak tahu akan ada waktu khusus baginya di hari itu juga.



Masa pra remaja adalah masa pendirian pondasi bagi sisi relung batin seorang anak manusia. Masa ini  cenderung dilewatkan dengan sia-sia oleh banyak orang tua. Lalu di kemudian hari didapatilah kenyataan sang anak lebih dekat kepada om atau tantenya, oma atau opanya, teman-temannya, bahkan ironisnya terkadang anak lebih nyaman di rumah tetangganya atau orang-orang yang tidak punya ikatan kekeluargaan sama sekali dari pada di rumahnya sendiri. Ironisnya lagi, anak malah lebih mudah menerima nasihat orang-orang itu dari pada nasihat orang tuanya sendiri. Nasihat orang tua seakan tidak digubris sang anak. Akhirnya, orang tua pun membutuhkan orang lain yang dianggap dekat & didengar oleh anaknya untuk menasihati anaknya sendiri. Jelas ini membuktikan adanya kepincangan salah satu fungsi orang tua terhadap anak-anaknya. Orang tua kesal akan hal ini lalu menyalahkan anak sepenuhnya sebagai anak yang keras kepala & tidak mau diatur. Padahal hal itu bisa jadi adalah buah yang mau tidak mau harus dipetik oleh orang tua itu sendiri oleh karena pengabaian terhadap pemenuhan sisi ruang batin sang anak di masa-masa sebelumnya.

Salah satu alasan anak suka berada di lingkungan yang menurut orang tuanya & juga oleh pandangan umum adalah lingkungan yang buruk buat anak, itu tidak selalu disebabkan karena anak juga suka kepada perbuatan atau prilaku buruk dari orang-orang di lingkungan yang disebut lingkungan buruk itu. Hal itu bisa terjadi justru hanya karena sekalipun perbuatan orang-orang itu adalah buruk namun secara pribadi sang anak merasa memiliki teman yang memahami dirinya.--**HEP**-- [Bersambung ke bagian III]

 ? PREVIOUS : Bagian I 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India