Jumat, 04 Februari 2011

Anakku Pergumulanku | 1

Menjawab Persoalan Anak

anakku pergumulanku

Di masa ini  banyak orang tua sedang kehilangan anak-anaknya. Ini bukan tentang penculikan atau kematian. Kehilangan yang tidak kalah menyakitkan adalah kehilangan hati anak-anaknya. Seringkali terdengar jeritan hati seorang ibu, �Saya sedang bergumul karena anakku.� Umumnya ini berhubungan dengan anaknya yang remaja atau pemuda.


Dari paparan kisah pergumulan para orang tua tentang anak-anaknya, posisi anak menjadi selalu ada di pihak yang lemah. Julukan yang diberikan kepada mereka umumnya: keras kepala, tidak mau diatur, pembakang, pemalas, mau bebas, suka melawan, kurang ajar, dsb.

Perbuatan yang seringkali dikeluhkan dari mereka antara lain tidak suka membantu pekerjaan orang tua di rumah, tidak betah di rumah, menyahut bila ditegur, mencaci-maki orang tua bahkan  bisa melakukan kekerasan terhadap orang tua, bila marah membanting pintu atau menghancurkan benda apa saja di hadapannya,  sering menyakiti saudaranya, bergaul dengan �orang yang tidak betul�, pulang pagi, bangun siang, cuma makan, tidur, nonton, bermain PS atau nongkrong di jalan, berbohong, mencuri, tidak dapat dipercaya, sudah tahu merokok, minum minuman keras bahkan mabuk, sudah berpacaran, sudah tinggal bersama dengan kekasihnya,  hamil di luar nikah, menghamili kekasihnya, menjadi �preman� lokal, bahkan melakukan tindakan kriminal lainnya, tidak mengenal gereja atau persekutuan remaja/pemuda atau hanya bila diingatkan/disuruh, dsb.

Bila Saudara yang sedang membaca kontemplasi ini adalah seorang remaja atau pemuda yang memiliki kriteria di atas, maka bagian bagi Saudara di sini hanyalah pertanyaan ini, yakni layakkah Saudara dibela?


Jika  keadaan kaum muda dewasa ini telah seperti gambaran di atas, maka akan seperti apakah gerangan generasi Kristen masa depan? Barangkali orang tua tidak akan perduli akan hal itu. Umumnya orang tua tidak akan tersentuh hatinya bila anak-anaknya dihubungkan dengan kekristenan masa depan. Itu terlalu jauh dalam pikiran mereka, mungkin. Atau, tampaknya orang tua memandang itu bukan urusan mereka. Bicara gereja, itu urusan gereja, kira-kira begitu, mungkin.


Baiklah, jika orang tua enggan memusingkan soal masa depan gereja terkait dengan anak-anaknya, maka kita bicara saja dari sudut pandang orang tua & anak itu sendiri. Seberapa besarkah orang tua perduli terhadap masa depan anaknya? Banyak orang tua yang gundah & menyebut dirinya bergumul karena hal ini. Tetapi bukan tidak ada orang tua yang memandang hal ini bukanlah suatu persoalan penting & tidak perlu dibesar-besarkan.


Kalau orang tua tidak mau tahu masa depan gereja, maka benarkah ada orang tua yang tidak mau tahu tentang masa depan anaknya sendiri? Pertanyaan apa ini, masakan ada orang tua yang tidak peduli dengan masa depan anaknya?, cibir orang tua menanggapi pertanyaan ini. Baguslah jika demikian, karena jika tidak perduli dengan masa depan gereja, namun perduli dengan masa depan anak, maka itu sudah sama dengan mempersiapkan generasi kekristenan masa depan yang menyenangkan hati Tuhan.  Puji Tuhan!



Benih yang Berkualitas: Segambar dengan Allah

Kalau begitu, sekarang pertanyaannya adalah apakah anak remaja/pemuda Saudara sudah menunjukkan gelagat ke arah hidup yang menyenangkan Tuhan? Benih yang baik akan menghasilkan tumbuhan yang baik ditentukan oleh bagaimana pemiliknya merawatnya. Ada banyak benih tanaman yang berkualitas namun tidak menghasilkan tanaman yang berkualitas pula. Hanya disirami air saja, dianggap cukup. Tanahnya tidak digemburkan, daun atau ranting-ranting kering tidak dibersihkan,  penempatan & pengaturan cahaya & suhu juga tidak diperhatikan, & lain sebagainya � orang yang mengerti soal tanaman akan lebih baik menjelaskan hal ini. Hasillnya tentulah tidak  seperti seharusnya.

Allah Bapa menanam benih yang berkualitas pada rahim seorang ibu. Cacat fisik atau tidak, mancung atau pesek, hitam � bahasa bakunya �sawo matang� atau putih kulitnya,  cebol atau jangkung,  gembrot atau kurus kering, dsb, itu tidak penting & tidak ada sama sekali hubungannya dengan benih yang berkualitas itu. Karena, mau buta atau melihat, mau hitam kelam berdaki atau putih mulus tak bernoda, mau bergigi putih bersih atau bergigi coklat dengan lubang di sana sini bahkan ompong sekalipun, dsb, semuanya diciptakan TUHAN segambar dengan Dia (Kej 1:26-27). Catat ini! Sekali lagi, MANUSIA DICIPTAKAN TUHAN SEGAMBAR DENGAN DIA.


Kalau ada yang mengira maksud kualitas segambar dengan TUHAN itu adalah hal fisik atau tubuh jasmani manusia, maka apakah mata TUHAN buta; apakah kaki TUHAN pincang; apakah TUHAN punya dua hidung, satunya mancung & satunya lagi pesek; apakah kulitnya TUHAN belang-belang, ada hitam kelamnya & ada putih mulusnya;  apakah TUHAN itu punya tubuh berlapis, di bagian muka jangkung & bagian belakang cebol? Jelas tidak � atau barangkali ada yang berani mengatakan benar. Yang jelas, �segambar dengan Kita� atau segambar dengan Bapa, Yesus Kristus, & Roh Kudus adalah SEGAMBAR DENGAN KEPRIBADIAN-NYA. Bukan segambar dengan telinga-Nya, hidung-Nya, mata-Nya, kaki-Nya, kulit-Nya, dsb. Itu bukan yang dimaksud dengan kualitas segambar dengan Dia.


Benih yang ditanamkan TUHAN Allah di rahim seorang ibu adalah benih berkualitas sebab pada janin tersebut TUHAN Allah menanamkan sifat & karakter yang Ia miliki.  Karena Allah itu kasih, janin itu memiliki kasih. Karena Allah itu panjang sabar, maka janin itu memiliki panjang sabar. Karena Allah itu murah hati, maka janin itu  memiliki kemurahan hati, dsb. Itu kualitasnya. Itulah maksud �segambar� dengan Dia. Jadi, benih yang ditanamkan di rahim  seorang ibu adalah benih yang berkualitas segambar dengan kepribadian Allah Tritunggal.


Waow! Sebegitukah? Ya. Sebab pada diri manusia ciptaan-Nya, TUHAN Allah hendak menyatakan kemuliaan-Nya di dalam dunia ciptaan-Nya ini. �Semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk & yang juga Kujadikan!" (Yes 43:7). Bahwa manusia yang diciptakan-Nya adalah manusia yang akan memuliakan Dia dalam keberadaannya di dalam dunia. Tetapi memang kemurniaan �segambar� dengan Dia sudah tercemar oleh dosa. �Karena semua orang telah berbuat dosa & telah kehilangan kemuliaan Allah� (Rm 3:23). Karena itu pada janin itu juga ada kedagingan atau hawa nafsu manusia yang akan menghantar manusia itu kepada pemberontakkan terhadap Pencipta-Nya lewat perlawanan terhadap kehendak-kehendak-Nya, lewat kehidupan yang tidak berkenan kepada-Nya.


Tetapi kejatuhan manusia ke dalam dosa karena melanggar perintah TUHAN untuk tidak memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik  & yang jahat itu (Kej 2-3), justru membuat manusia menjadi tahu apa yang baik & apa yang tidak baik atau jahat (Kej 3:22). Artinya apa? Artinya pilihan ada pada manusia itu sendiri. Ia punya kepribadian yang mulia, tetapi ia juga punya hawa nafsu yang bejat. Tidak masalah sesungguhnya, karena manusia juga tahu apa yang baik & apa yang jahat. Kalau manusia mau baik, manusia memilih yang baik. Sebaliknya, kalau manusia mau jahat, manusia memilih yang jahat. Di mana posisi manusia itu?



Perawatan Primer

Dimulai dari ketika sang ibu mengetahui bahwa di dalam rahimnya telah tertanam benih anak manusia ciptaan TUHAN, sejak saat itu perawatan benih yang berkualitas dari Allah itu dimulai.

Oo, perawatan. Ya sudah, beri saja makanan & minumuman,  bermuatan 4 sehat 5 sempurna, ASI minimal 6 bulan, belikan pakaian yang cantik & bermerek, belikan perhiasan �  ada loh anak bayi yang ketika ditimbang bobotnya berat sekali karena bukan saja bobot tubuh yang tertimbang tapi anting-antingnya emas 5 gram, cincinnya, kalung leher, kalung kaki, gelang tangan semua dari emas bergram-gram. Lengkapi fasilitas: belikan hand phone, laptop, motor, mobil, dll. Perawatan lain, makan waktu makan, tidur waktu tidur, ke sekolah, bikin PR, ikut les ini itu, pokoknya all the best, semua yang bermutu. Akan tetapi, sekali lagi, �segambar� dengan Allah bukan berarti segambar dengan pakaian Allah, bukan segambar dengan makanan & minuman Allah, bukan segambar dengan kulit Allah, bukan segambar dengan kendaraan Allah, dsb, melainkan segambar dengan kepribadian Allah.


Perawatan fisik material itu adalah perawatan sekunder. �Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan & minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera & sukacita oleh Roh Kudus.� (Rm 14:17); �Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban?� (Mat 15:17). Kalau ada makanan yang dapat membuat manusia takut akan TUHAN, tolong iklankan supaya semua orang dapat mencarinya & mengkonsumsinya. Kalau ada pakaian yang ketika dikenakan manusia menjadi kudus di hadapan Tuhan, tolong beritahu beli di mana & berapa harganya, supaya manusia berusaha mendapatkan pakaian itu. Manusia tidak berubah menjadi orang kudus karena memiliki sepatu, baju, hand phone, komputer, mesin cuci, kulkas, motor, mobil, dlsb. Manusia tidak berubah menjadi seorang yang suci karena memakai emas 20 gram di leher, kaki, telinga, tangannya. Manusia tidak berubah menjadi berakhlak karena menyandang gerlar sarjana satu, dua, tiga,  dst.


Ada anak yang beroleh kelengkapan fasilitas yang mewah dari orang tuanya, ia punya apa yang tidak dipunyai teman-temannya, tetapi anak perempuannya yang cantik itu � berkulit putih bersih, berdandan glamor, atau anak remaja yang gagah itu � berparas aktor, berkendaraan roda empat, punya kebiasaan mencuri! Orang tuanya tidak tahu akan hal ini � atau tahu tapi tak berdaya. Mana ada sih anak lapor kepada orang tuanya, �Ma, tadi saya mencuri�. Tetapi anak kebanggannya itu sudah jadi pembicaraan di kalangan teman-temannya, sebab banyak teman-temannya telah jadi korban kebiasaannya ini. Di mana anak itu pernah berada, singkat atau lama, yang tersisa dari kepergiannya adalah kegemparan karena adanya kehilangan di tempat yang ia tinggalkan itu. �Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu & hujat. Itulah yang menajiskan orang.� (Mat 15:19-20a), bukan karena anak itu tidak memiliki apa yang dicurinya itu. Banyak orang yang tidak memiliki apa yang orang lain miliki tetapi mereka tidak mencuri hanya untuk memiliki atau memuaskan keinginannya.


Kalau begitu selain unsur-unsur perawatan fisik material yang memiliki nilai baik & berguna bagi anak, perawatan yang terutama diprioritaskan oleh setiap orang tua adalah mengarahkan anak kepada kepribadian yang segambar dengan Allah. Itulah perawatan primer, perawatan bagi bertumbuhnya benih berkualitas yang ditanamkan TUHAN Allah pada setiap pribadi ciptaan-Nya. Perawatan primer adalah perawatan mental spiritual, akhlak budi pekerti atau sifat, sikap, & prilaku hidup yang berkenan kepada Allah. Bila orang tua memprioritaskan perawatan primer kepada anak-anaknya, maka orang tua tengah mengarahkan anak pada apa yang baik, bahwa di situlah posisi terbaik bagi anaknya. Tapi caranya tidak sekedar bicara, kamu harus begini, harus begitu; firman Tuhan bilang begini & begitu atau kalau tidak manjur, marahi, pukul atau beri hukuman supaya dia jera. Memang ada firman Tuhan �Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan.� (Ams 23:13), tetapi rotan bukan metode tunggal atau mengatasi anak yang sulit dengan rotan semata-mata. Hasilnya? Tidak ada perubahan, atau kalau ada itu hanya karena anak itu takut kepada orang tuanya. Di belakang orang tuanya, anak tetap berlaku sama. --**HEP**-- [Bersambung ke bagian II]

SHALOM

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India