Minggu, 06 Februari 2011

Orang Kaya yang Bodoh | Lukas 12:13-21 | 1

Lukas 12:13-21
(13) Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku." (14) Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat  Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?" (15) Kata-Nya lagi kepada mereka: Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
(16) Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. (18) Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. (19) Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (20) Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (21) Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."
Lukas 12 13 21
Perumpamaan �Orang Kaya Yang Bodoh� dituturkan Tuhan Yesus dalam rangka menjawab pertanyaan seorang dari antara orang banyak yang mengikuti Dia untuk mendengar pengajaran dari-Nya. Orang itu mengajukan permintaan kepada Yesus  (13) "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku."

Apa sebenarnya masalah orang ini?
Ada tiga asumsi: 
  1. Orang itu memiliki hak atas warisan dari milik pusaka kaum keluarganya akan tetapi saudaranya tidak mau memberikan bagiannya itu sehingga ia meminta kepada Yesus untuk menyelesaikan perkaranya ini.
  2. Orang itu sama sekali tidak mendapatkan jatah warisan sedangkan saudaranya mendapatkannya karena itu ia berharap agar saudaranya mau berbagi dengannya.
  3. Orang itu sudah mendapatkan warisan sesuai dengan haknya, namun ia menginginkan lagi bagian warisan yang diperoleh saudaranya itu.
Pada kasus yang sama dengan kemungkinan pertama, orang yang menuntut keadilan harus menyampaikan dasar-dasar yang menguatkan tuntutannya. Orang itu tentu akan menyampaikan kepada Yesus bahwa ia punya dasar yang kuat untuk menuntut hak yang ditetapkan baginya dari warisan tersebut. Tetapi itu tidak kita temukan di sini. Tidak mungkin rasanya orang itu lupa menyampaikan hal penting ini dan tidak mungkin pula ia dengan sengaja tidak menyebutkannya. 

Adalah sangat kecil sekali kemungkinan bagi orang Yahudi melakukan monopoli atas suatu warisan (kemungkinan pertama) atau sama sekali tidak mendapatkan warisan (kemungkina kedua), kecuali orang Yahudi dari suku Lewi.
Bilangan 18:23-24 (23) Tetapi orang Lewi, merekalah yang harus melakukan pekerjaan pada Kemah Pertemuan dan mereka harus menanggung akibat kesalahan mereka; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagimu turun-temurun. Mereka tidak akan mendapat milik pusaka di tengah-tengah orang Israel, (24) sebab persembahan persepuluhan yang dipersembahkan orang Israel kepada TUHAN     sebagai persembahan khusus Kuberikan kepada orang Lewi sebagai milik pusakanya; itulah sebabnya Aku telah berfirman tentang mereka: Mereka tidak akan mendapat milik pusaka di tengah-tengah orang Israel."
Orang Yahudi punya Hukum Warisan yang berlaku mutlak karena berdasar pada peraturan dan ketetapan TUHAN Allah bagi bangsa pilihan-Nya ini. Setiap orang Israel pasti mendapat warisan dari milik pusaka kaum keluarganya.
Bilangan 36:8  � � setiap orang Israel mewarisi milik pusaka nenek moyangnya.�
Kepastian bahwa setiap orang Yahudi beroleh warisan jelas juga dari kisah perumpamaan Tuhan Yesus tentang  Anak Yang Hilang (Lukas 15:11-32). Anak yang bungsu meminta bagian warisan yang menjadi haknya walaupun pada saat itu ayahnya masih hidup.
Lukas 15:12 Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.
Pewarisan pada masing-masing suku berlangsung turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya.
Amsal 19:14a  Rumah dan harta adalah warisan nenek moyang.

Kepemilikan warisan tidak berarti penguasaan pribadi atau milik pribadi yang bisa dijual oleh pemiliknya. Karena warisan harus harus diwariskan lagi dikemudian hari kepada keturunan langsung atau kerabat terdekat dari kaum keluarganya.
Bilangan 27:8-11 (8) Dan kepada orang Israel engkau harus berkata: Apabila seseorang mati dengan tidak mempunyai anak laki-laki, maka haruslah kamu memindahkan hak atas milik pusakanya kepada anaknya yang perempuan. (9) Apabila ia tidak mempunyai anak perempuan, maka haruslah kamu memberikan milik pusakanya itu kepada saudara-saudaranya yang laki-laki. (10) Dan apabila ia tidak mempunyai saudara-saudara lelaki, maka haruslah kamu memberikan milik pusakanya itu kepada saudara-saudara lelaki ayahnya. (11) Dan apabila ayahnya tidak mempunyai saudara-saudara lelaki, maka haruslah kamu memberikan milik pusakanya itu kepada kerabatnya yang terdekat dari antara kaumnya, supaya dimilikinya." Itulah yang harus menjadi ketetapan hukum bagi orang Israel, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
Dasarnya adalah, bahwa pemilik sah pusaka itu ialah TUHAN Allah sendiri. Oleh karena itu  tidak dapat diperjualbelikan.
Imamat 23:23 Tanah jangan dijual mutlak, karena Akulah pemilik tanah itu, sedang kamu adalah orang asing dan pendatang bagi-Ku.
1 Raja-raja 21:2-3 (2) Berkatalah Ahab kepada Nabot: "Berikanlah kepadaku kebun anggurmu itu, supaya kujadikan kebun sayur, sebab letaknya dekat rumahku. Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur yang lebih baik dari pada itu sebagai gantinya, atau jikalau engkau lebih suka, aku akan membayar harganya kepadamu dengan uang." (3) Jawab Nabot kepada Ahab: "Kiranya TUHAN menghindarkan aku dari pada memberikan milik pusaka nenek moyangku kepadamu!"
Kalau terpaksa dijual, itu bersifat gadaian, yakni dapat ditebus di kemudian hari oleh kaum kerabat terdekat dari orang yang menjualnya.
Imamat 23:24-28 (24) Di seluruh tanah milikmu haruslah kamu memberi hak menebus tanah. (25) Apabila saudaramu jatuh miskin, sehingga harus menjual sebagian dari miliknya, maka seorang kaumnya yang berhak menebus, yakni kaumnya yang terdekat harus datang dan menebus yang telah dijual saudaranya itu. (26) Apabila seseorang tidak mempunyai penebus, tetapi kemudian ia mampu, sehingga     didapatnya yang perlu untuk menebus miliknya itu, (27) maka ia harus memasukkan tahun-tahun sesudah penjualannya itu dalam perhitungan, dan kelebihannya haruslah dikembalikannya kepada orang yang membeli dari padanya, supaya ia boleh pulang ke tanah miliknya. (28) Tetapi jikalau ia tidak mampu untuk mengembalikannya kepadanya, maka yang telah dijualnya itu tetap di tangan orang yang membelinya sampai kepada tahun Yobel; dalam tahun Yobel tanah itu akan bebas, dan orang itu boleh pulang ke tanah miliknya."
Orang yang akan menebusnya tidak boleh berasal dari suku lain, sebab milik pusaka yang sudah diberikan TUHAN Allah kepada masing-masing suku harus tetap menjadi milik suku tersebut. Tidak boleh beralih dari satu suku ke suku lainnya.
Bilangan 36:9 Sebab milik pusaka itu tidak boleh beralih dari suku ke suku, tetapi suku-suku orang Israel haruslah masing-masing memegang milik pusakanya sendiri."

Kesaksian Alkitab perihal Hukum Warisan bangsa Israel ini menyisihkan kemungkinan yang pertama dan yang kedua sebagai keadaan yang melatarbelakangi permintaan orang itu kepada Yesus. Kemungkinan ketigalah yang rupanya menjadi latar belakang permasalahan yang diajukan orang itu kepada Yesus, yakni orang itu sudah mendapatkan bagian warisan yang menjadi haknya, namun ia berharap mendapatkan tambahan dari bagian yang diperoleh saudaranya.

Saudara orang itu rupanya adalah anak sulung dalam keluarga mereka. Dalam Hukum Warisan orang Yahudi anak sulung mendapat warisan dua kali bagian dari jatah haknya.
Ulangan 21:17 Tetapi ia harus mengakui anak yang sulung, anak dari isteri yang tidak dicintai itu, dengan memberikan kepadanya dua bagian dari segala kepunyaannya, sebab dialah kegagahannya yang pertama-tama: dialah yang empunya hak kesulungan."
Melihat bagian kakaknya lebih dari yang dia miliki, orang itu pun menginginkannya pula. Kemungkinan ketiga ini lebih diperjelas kebenarannya dari kalimat peringatan yang disampaikan Yesus  dalam rangka menanggapi permintaan orang itu.
(15) Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
Yesus meyingkap tabir hati manusia di balik suatu permohonan. Orang itu menginginkan bagian warisan milik kakaknya padahal ia sudah memiliki warisannya sendiri. Kita mendapat pengajaran di sini bahwa ini adalah salah satu jenis ketamakan.  Dan lihatlah, bagaimana demi mewujudkan nafsu ketamakannya, orang itu nekat melibatkan Yesus. Ia pikir, ia dapat �memperalat� Tuhan Yesus untuk memuaskan hawa nafsunya.
Sisipan :
Bukankah kita juga seringkali berlaku seperti orang ini? Tidak sedikit orang yang mengira dapat �memperalat� Tuhan dengan berusaha �melibatkan� Tuhan demi pemuasan ambisi hawa nafsu manusiawinya.
Demi mendapatkan suatu pekerjaan atau jabatan yang memberi kedudukan khusus nan istimewa, menjaminkan kesejahteraan finansial (keuangan), menjanjikan kenyamanan hidup dengan fasilitas mewah namun gratis, dan yang otomatis menaikkan status sosial di tengah masyarakat, orang melakukan segala cara untuk mendapatkan pekerjaan atau jabatan itu.
Dengan berdalih bahwa usahanya untuk mendapatkan pekerjaan atau jabatan itu adalah demi kepentingan orang banyak, demi perjuangan aspirasi rakyat, demi kepentingan bangsa dan negara, demi kiprah Gereja Tuhan, demi keadilan dan kebenaran, dan lain sebagainya, ia berusaha mendapatkan simpati dari siapapun juga, termasuk dari Tuhan. Ia sadar, ia harus melibatkan Tuhan dalam hal ini.
Maka ia menjadi terlihat begitu setia dalam persekutuan jemaat, memberikan sumbangan bagi pembangunan gereja di mana-mana, memberikan dukungan dana bagi pelaksanaan kegiatan kerohanian dan berbau kemanusiaan, memberikan persembahan dan aneka sampul syukur dalam jumlah nilai mata uang yang membuat orang berdecak kagum.
Tidak hanya itu, ia juga mengajukan permohonan yang tak putus-putusnya dalam doanya kepada  Tuhan agar kiranya Tuhan menolong dia dalam usahanya itu dengan iman bahwa jika Tuhan yang bekerja semua pasti beres. Ia melengkapi doanya dengan berpuasa 40 hari 40 malam dan benar-benar menjauhi segala hal yang tidak berkenan kepada  Tuhan.
Tidak cukup dengan itu, ia meminta dukungan doa dari siapapun juga. Ia pergi menemui hamba-hamba Tuhan di seluruh aliran gereja untuk didoakan secara khusus, bahkan gencar menitip doa di mimbar-mimbar pelayanan ibadat jemaat.
Bagaimana hasilnya? Upayanya gagal, pengorbanannya sia-sia bahkan merugi, doanya tidak terjawab, dan dukungan doa yang banyak itu seakan hilang kuasanya. Ia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya. Mengapa? Bukankah semua usahanya itu baik dan benar di hadapan firman Tuhan? Ya, usahanya baik dan benar, tetapi Tuhan mengetahui maksud hatinya yang sesungguhnya.
Lukas 16:15 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.�
Ulangan 31:21 Maka apabila banyak kali mereka ditimpa malapetaka serta kesusahan, maka nyanyian ini akan menjadi kesaksian terhadap mereka, sebab nyanyian ini akan tetap melekat pada bibir keturunan mereka. Sebab Aku tahu niat yang dikandung mereka pada hari ini, sebelum Aku membawa mereka ke negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada mereka."
1 Tawarikh 28:9a Dan engkau, anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita.
Yakobus 4:3 Kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.--**HEP**--
[Bersambung]
Lanjutkan ke bagian II  ketamakan dalam perumpamaan 'Orang Kaya yang Bodoh'. 


SHALOM

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India