Sabtu, 26 Februari 2011

Tuhan Menyesal Memilih

Kontemplasi "Hamba Tuhan".
1 Samuel 15:10-11, 16:14a
(10) Lalu datanglah firman TUHAN kepada Samuel, demikian: (11) "Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku." --- 16:14a Tetapi Roh TUHAN telah mundur dari pada Saul.
Saul diperintahkan TUHAN untuk menumpas tuntas orang Amalek. Tidak boleh ada yang tersisa dari mereka pun segala kepunyaan mereka. Tetapi Saul tidak melakukan sepenuhnya perintah ini yang disampaikan TUHAN melalui nabi Samuel. Saul membiarkan Agag, raja orang Amalek, tetap hidup, dan juga mengambil segala yang berharga kepunyaan orang Amalek menjadi jarahan mereka (selengkapnya 1 Sam 15). Maka firman TUHAN berkata: "Aku menyesal, karena Aku telah ....".

Terpaku saya membaca ini. Selalu dan selalu. Saya teringat akan pernyataan seorang anggota jemaat tentang salah satu hamba Tuhan. Ia berkata, "Dulu semasa mudanya, beliau itu sangat bersemangat, pelayanannya menyentuh hati banyak orang, jemaat seakan dibangunkan dari tidur mereka. Namun dipertengahan usia pelayanannya, ia tampak kehilangan 'kuasa dari Allah'. Sepertinya karunia itu diambil oleh Allah." Apa yang terjadi? Tak seorang pun dapat memastikan.

Ah, saya tidak ingin lebih jauh terlibat dalam percakapan ini. Tetapi saya tidak boleh mengacuhkan pandangan anggota jemaat ini. Sebab anggota jemaat menolong kita untuk melihat diri kita sendiri dalam kerja pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Merekalah yang dapat melihat apakah Roh urapan itu masih ada pada diri kita atau telah meninggalkan kita. Apakah kehadiran kita menjadi kehadiran yang berbeda dari yang lainnya, atau sama saja. Kehadiran kita bagaikan kehadiran tamu kehormatan yang berharap dilayani  sedemikian rupa oleh tuan rumah  hingga masa menetap itu berakhir. Apa yang kita kerjakan? Mengurus administrasi gereja, memimpin rapat dan persidangan, melaksanakan pelayanan sesuai jadwal, menghadiri undangan demi undangan, mendoakan orang-orang sakit tergantung kondisinya dan sesuai pemberitahuan. Sudah, cukup. Selebihnya, menanti waktu menerima upah, baik dari jemaat maupun dari pihak pengutus (sinodal). Jutaan. Belum lagi tuntutan saya butuh ini (fasilitas), saya harus ke sini (biaya transportasi), saya atau suami/isteri atau anak-anak saya sakit (biaya kesehatan), dsb. Lalu bagaimana dampak dari kehadiran kita bagi pertumbuhan iman jemaat ke arah Kristus?

Urapan untuk membawa pribadi dan keluarga Kristen melalui persekutuan jemaat bisa saja diambil dari setiap kita yang terutus di tengah-tengah jemaat. Benar bahwa jubah itu masih membungkus di raga kita, tetapi itu tidak berdampak apa-apa terhadap perubahan hidup orang banyak. Kehadiran kita bisa saja telah menjadi kehadiran pemimpin organisasi gereja bahkan kita pun bisa menggiring gereja laksana sebuah perusahaan yang harus terus melumbungkan keuangan gereja sebanyak-banyaknya. Bahkan tidak jarang, kita memimpin ataupun membiarkan gereja bicara soal untung dan ruginya mengeluarkan biaya demi suatu kerja pelayanan. Pemuka-pemuka jemaat pun yang sedianya adalah wakil-wakil jemaat telah menjadi takluk, seakan-akan kita adalah 'tuhan' yang diutus Tuhan ke tengah-tengah domba-domba-Nya. 

Kita ada, namun tiada. Kita sebagai Pendeta Jemaat/Ketua Jemaat, tetapi kita tidak ada sebagai sebagaimana seharusnya kita ada. Kita tidak melaksanakan perintah Tuhan untuk "Gembalakanlah domba-domba-Ku" (Yoh 21:15-17) sebagaimana seharusnya seorang gembala. Kita yang diutus sebagai gembala malah mengutus perwakilan-perwakilan untuk turun ke lapangan. Kehadiran pendamping-pendamping pelayan (penatua/syamas/diaken) dan rekan-rekan di kemajelisan seakan telah menjadi kepala-kepala staf di perkantoran. Kepala-kepala staf ini pun telah menjadikan dirinya setingkat lebih tinggi dari bawahannya, yakni pengurus-pengurus kategorial, dsb. Semakin jauhlah jarak antara gembala yang diutus Tuhan itu dari domba-dombanya. Birokrasi-Hirarkis, ah itu biasa. Jubah kehambaan telah menjadi jubah kebesaran.

Tuhan berkata, "Harus begini", tetapi kita berkata, "Tergantung situasi". Tuhan bilang, "Pergilah ke sana", kita berkata, "Maaf, cuaca buruk". Tuhan bilang, "Hampirilah!", kita bilang, "Tidak ada pemberitahuan". Tuhan berkata, "Hukum Kasih", kita berkata: "Ow, kita punya aturan gereja sendiri". Tuhan bilang "Penuhi bejanamu", kita bilang, "Hari ini melelahkan". Entahlah apakah setiap kita masih punya ruang pribadi dengan Dia yang mengutus kita, atau tidak. Kita yang adalah pemberita firman, justru tidak lagi punya waktu untuk membaca firman secara pribadi. Hamba yang tidak menghambakan diri. Pekerja Tuhan yang dituankan. Pelayan yang dilayani. Berjubah, tanpa berjiwa hamba. Memimpin, tanpa dipimpin oleh-Nya. Mengurapi, tanpa diurapi ... kita ada namun tiada ... Tuhan, apakah Engkau telah menyesal memilih kami? --**HEP**

Jumat, 25 Februari 2011

Quiz Jumat Agung

BENAR ATAU SALAH (B/S)
  1. Yesus dan murid-murid-Nya sudah sering berkumpul di taman Getsemani (Jawaban: Benar - Yoh 18:2)
  2. Niat untuk menyerahkan Yesus dilakukan Yudas Iskariot atas inisiatifnya sendiri (Jawaban: Benar - Mrk 14:10-11)
  3. Ketika Yesus dikirim oleh Pilatus kepada Herodes, Herodes sangat girang melihat Yesus (Jawaban: Benar - Lukas 23:8)
  4. Yesus hanya mengecap anggur bercampur empedu yang diberikan oleh prajurit-prajurit Roma, tetapi Ia tidak meminumnya (Jawaban : Benar - Matius 27:34, yang diminum oleh Yesus adalah anggur asam yang disodorkan kepada- Nya sesaaat setelah Ia berseru, "Aku haus" - Yoh 19:28-30)
  5. Simon dari Kirene dengan sukarela meminta prajurit Roma untuk memikul salib Yesus dalam perjalanan Yesus menuju bukit Golgota (Jawaban : Salah - Ia dipaksa - Mat 27:32; Mrk 15:21)
  6. Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, seba mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat".  Ini tertulis dalam kitab Markus (Salah - Yang benar adalah Lukas : Luk 23:34)
  7. Lambung Yesus ditikam dengan tombak oleh prajurit Roma pada saat Ia sudah mati (Jawaban : Benar - Yohanes 19:33-34).

PILIH YANG BENAR (a/b/c/d)
  1. Kitab Injil yang memberi kesaksian tentang adanya seorang muda yang lari dengan telanjang pada waktu penangkapan Yesus di taman Getsemani adalah : a. Kitab Matius; b. Kitab Markus; c. Kitab Lukas; d. Kitab Yohanes (Jawaban : b. Markus - 14:51-52)
  2. Kitab Injil yang memberi kekaksian bahwa peluh Yesus menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah saat Ia berdoa di taman Getsemani adalah : a. Kitab Matius; b. Kitab Markus; c. Kitab Lukas; d. Kitab Yohanes (Jawaban : c. Lukas - 23:44)
  3. Yang mengapani mayat mayat Yesus adalah : a. Simon dari Kirene dan Yusuf dari Arimatea; b. Maria Magdalena dan Simon Petrus; c. Nikodemus dan Yusuf dari Arimatea; d. Yusuf dari Arimatea dan prajurit-prajurit Roma (Jabawan: c. Nikodemus & Yusuf dari Arimatea - Yohanes 19:38-42)
  4. Yesus berseru dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" pada : a.  jam 9; b. jam 12 ; c.jam  3; d. pada saat kegelapan meliputi seluruh daerah di situ (Jawaban : c. jam 3 - Matius 27:46)
  5. Pada saat Perjamuan Malam terakhir Yesus berkata kepada salah seorang murid-Nya: "Lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum." Siapa murid yang dimaksudkan oleh Yesus ini? Pilih: a. Yohanes b. Simon Petrus. c. Yakobus. d. Yudas Iskariot (Jawaban : b. Simon Petrus - Luk 22:31).
  6. Perkaatan Yesus bahwa roh memang penurut tetapi daging lemah tertulis di dalam kitab : a. Matius  dan Markus b. Markus dan Lukas. c. Lukas dan Yohanes. d. Matius dan Lukas. ([awaban : a. Matius (26:41) dan Markus (14:38)]
  7. Siapakah yang meminta kubur Yesus dijaga? a. Pilatus dan imam-imam kepala b. Pilatus dan orang-orang Farisi. c. imam-imam kepala dan orang-orang Farisi. d. orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. (Jawaban : c. imam-imam kepala dan orang-orang Farisi - Mat 27:62)
BERIKAN JAWABAN
  1. Siapakah nama hamba Imam Besar yang telinganya ditebas oleh Petrus di taman Getsemani? (Jawaban: Malkhus - Yoh 18:10)
  2. Mana dari dua perkataan Yesus ini yang Yesus ucapkan lebih dahulu "Eli, lama sabakhtani?" atau "Aku haus" (Jawaban : "Eli, lama sabakhtani?" - Matius 27:46-48 & Yohanes 19:28-29)
  3. Adakah murid yang mendampingi Yesus saat Ia di hadapkan ke Imam Besar Hanas? (Jawaban : Ada - Yoh 18:15)
  4. Siapakah murid yang menyaksikan secara langsung penyaliban Yesus di lokasi penyaliban, yakni di bukit Golgota? (Jawaban : murid yang dikasihi Tuhan (Yohanes) - Yohanes 19:26)
  5. Apa yang dikatakan penjahat yang digantung dekat salib Yesus sehingga karena itu Tuhan pun berkata kepadanya bahwa pada hari itu juga ia akan bersama bersama-sama dengan Yesus di Firdaus?  (Jawaban : "Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." - Lukas 23:41)
  6. Apa yang terjadi terkait dengan hubungan Herodes dan Pilatus dari peristiwa penyaliban Yesus? (Jawaban : Herodes dan Pilatus menjadi bersahabat setelah sebelumnya mereka bermusuhan - Lukas 23:12).
  7. Disebut apakah tanah tempat tubuh Yudas Iskariot jatuh tertelungkup dari tempat ia menggantung diri? (Jawaban : Hakal-Dama, artinya Tanah Darah - Kis 1:19)
SHALOM
||?

Sebab Mereka TIDAK TAHU Apa yang Mereka Perbuat | Lukas 23:34a

Lukas 23:34a


Lukas 23:34a 
Yesus berkata:
"Ya Bapa, ampunilah mereka,
sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."

Semua orang yang mengaku percaya kepada Yesus Kristus adalah orang-orang yang tahu bahwa Yesus tidak layak untuk disalibkan sebab Yesus tidak melakukan kesalahan apapun yang membuat-Nya pantas menerima penghukuman itu. Semua orang yang mengaku percaya kepada Yesus Kristus adalah orang-orang yang tahu bahwa kematian Yesus Kristus di kayu salib itu dikerjakan Yesus adalah karena dosa-dosanya, bukan karena dosa-dosa Yesus sendiri. Misalnya, Yesus mati karena kesombongan kita, karena tindak kekerasan yang kita lakukan, karena penyalahgunaan kepercayaan, karena perzinahan kita, karena pencurian yang kita lakukan, karena pembunuhan kita,  karena kemunafikan kita, karena kebohongan kita, dan lain-lain. Singkatnya, dosa-dosa manusialah yang telah menyalibkan Yesus. Itu sudah diketahui oleh semua orang yang mengaku percaya kepada Yesus yang tersalib itu.

Nah, kalau seseorang sudah tahu bahwa Yesus mati karena, misalnya, perbuatan mencuri yang ia lakukan, namun ia tetap saja mencuri dan mencuri, maka masih berlakukah perkataan Yesus, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." ? Bukankah ia sudah tahu apa yang ia perbuat? Ia sudah tahu bahwa perbuatan mencuri itu adalah dosa dan karena itulah Yesus tersalib, tetapi dengan kesadaran yang sama ia tetap melakukan perbuatan dosa.


Penulis Ibrani menjawab:
10:26 Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. 10:27 Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka. 10:28 Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. 10:29 Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia? 
Dosa-dosa yang sudah tertebus tidak boleh lagi kita lakukan. Sebab tidak ada lagi korban penebusan dosa untuk itu (lih di atas, Ibr 10:26). Jadi apa yang harus kita lakukan? MENGAKU DOSA DAN BERTOBAT. 
1 Yohanes 1:9 Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
Pengampunan akan terus diberlakukan lagi bagi kita namun dengan satu catatan:
Yohanes 8:10-11 --- 8:10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" 8:11 Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
JANGAN BERBUAT DOSA LAGI DARI SEKARANG.  Jangan melakukan dosa yang sudah diampuni, karena itu sama artinya MENGINJAK-INJAK ANAK ALLAH DAN MENGHINA ROH KASIH KARUNIA (Ibr 10:29) !!! --**HEP**

Berpikir Yang Tidak-tidak | Amsal 27:12

amsal 27 17
  Ayub 27:12
Sesungguhnya, kamu sekalian telah melihatnya sendiri;
mengapa kamu berpikir yang tidak-tidak?

**HEP**

?|| PREVIOUS : Matius 4:4

Orang Bodoh dalam Dua Macam Dasar | Matius 6:46-49; Lukas 6:46-49

Matius7:24-27 (24) "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. (25) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. (26) Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. (27) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."
Lukas 6:46-49 (46) "Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? (47) Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya -- Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan --, (48) ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. (49) Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya."
Perumpamaan: Rumah dan Fondasinya.
Tuhan Yesus memperhadapkan kepada kita dua kategori manusia, yakni orang yang bodoh dan orang yang bijaksana. Persamaan dari keduanya adalah sama-sama mendengar firmanTuhan. Kesamaan itu diibaratkan sebagai hal mendirikan suatu rumah. Perbedaan dari keduanya ialah orang yang bijaksana melakukan firman Tuhan yang sudah didengarnya, sedangkan orang yang bodoh tidak melakukan firman yang sudah didengarnya.  Tuhan Yesus menunjukkan perbedaan itu pada perbedaan fondamen atau dasar di mana kedua rumah itu didirikan. Orang yang melakukan firman Tuhan diibaratkan sebagai orang yang menggali tanah dalam-dalam dan meletakan dasar rumah yang didirikannya itu di atas batu, sedangkan orang yang tidak melakukan firman Tuhan diibaratkan sebagai orang yang mendirikan rumahnya di atas pasir.



Matius 6:46-49; Lukas 6:46-49
Apa yang membuat orang yang membangun rumahnya di atas fondamen pasir itu disebut orang yang bodoh? Rumah yang dibangun di atas pasir tidak akan kokoh berdiri di atas bumi. Dalam keadaan normal saja keadaan fisik bangunan rumah itu tidak akan tegak lurus seperti bangunan rumah yang dipancangkan pada fondamen batu. Apalagi bila hujan, angin, banjir, dan air bah melanda rumah itu, maka seketika  itu juga rumah itu rubuh dan mengalami kerusakan yang hebat. Jangankan itu, disenggol sedikit saja sudah ambruk. Ini sama saja artinya dengan mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar, atau sia-sia saja. Maka disebut bodohlah orang seperti ini. Sudah tahu rumahnya tidak akan kokoh tegak berdiri di atas pasir, tetap saja ia mendirikannya di atas pasir. Atau sudah tahu tidak mungkin mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar, tetap saja ia pura-pura tidak tahu.

Dengan demikian orang yang bodoh adalah orang yang tahu tapi tidak mau tahu. Salah satunya ialah orang yang mendengar firman Tuhan tetapi tidak melakukannya, demikian kata Tuhan Yesus. Atau dengan perkataan lain, seseorang sudah mendengar firman Tuhan, tetapi  bodohnya, ia tidak melakukan firman Tuhan itu. Ia bukan tidak tahu, tapi tidak mau tahu atau tidak mengacuhkannya.


Supaya Berbahagia!

Terkait dengan perumpamaan ini, kita mengingat pula perkataan Tuhan Yesus seperti tertulis dalam Lukas 11:28:
"Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."
Ada dua perspektif kebahagiaan dari seruan ini:
pertama, tentang hal Kerajaan Sorga (= bahagia karena dengan melakukan firman Tuhan ia masuk ke dalam Kerajaan Sorga),
Matius7:21-23 (21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
kedua, terkait dengan kehidupan manusia itu sendiri selagi ia berada di dalam dunia (= bahagia karena dengan melakukan firman Tuhan ia dibahagiakan Allah selama ia hidup di dalam dunia).
Mazmur 1:1-3 (1) Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, (2) tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. (3) Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.

Pengajaran Tuhan Yesus dalam �Dua Macam Dasar� yang disaksikan oleh Matius menekankan pada perspektif yang kedua, namun tidak lepas kaitannya dengan perspektif yang pertama, sebagaimana termuat juga di dalam perkataan Tuhan Yesus mengawali perumpamaannya ini dari versi Lukas (6:46):

"Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?�
Di sini, kita member perhatian khusus kepada kebahagiaan di dalam dunia meski kemelut menghampiri kehidupan kita (perspektif kedua).

Bukan sedikit orang percaya merasa tertekan dengan seruan untuk mendengarkan, membaca dan terutama melakukan firman Tuhan. Seolah-olah hal ini hanyalah suatu kewajiban agama yang disangka sekedar untuk menunjukkan kesalehan hidup. Seruan ini juga bahkan dianggap sebagai suatu beban yang menambahi daftar kewajiban lainnya (ke gereja, ke kolom, ke ibadah kategorial, memberi persembahan, dan lain-lain). Sungguh disayangkan dan amatlah malang jika pemahaman ini berakar di hati orang-orang percaya.


Bila seruan ini adalah beban bagi kita, apakah ini untuk kepentingan Tuhan?

Ayub 22:3 Apakah ada manfaatnya bagi Yang Mahakuasa, kalau engkau benar, atau keuntungannya, kalau engkau hidup saleh? 
Kita tidak membuat Tuhan menjadi untung karena kita melakukan firman-Nya, dan kita tidak membuat Dia menjadi rugi karena kita tidak melakukan firman-Nya. Kita tidak membuat kuasa-Nya jadi berkurang karena kita tidak melakukan firman-Nya, dan kita tidak membuat kuasa-Nya menjadi bertambah karena kita menjawab seruan-Nya ini. Ia tetap Allah dan Tuhan sebagaimana Ia Allah dan Tuhan dulu, sekarang, dan selama-lamanya.

Tuhan Yesus berkata: �Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." (Luk 11:28). Artinya, tujuan dari seruan membaca, mendengarkan dan terutama melakukan firman Tuhan adalah �BERBAHAGIA�. Orang yang menyambut seruan ini dan melaksanakannya akan berbahagia karenanya. Seruan ini tidak menghantar kita kepada kesusahan, kesedihan, penderitaan, malapetaka, dan lain sebagainya, melainkan hendak membawa kita kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Lalu bebankah bagi kita, bila apa yang kita sebut �beban� itu ternyata adalah kebahagiaaan kita? Maka, siapa yang rugi bila kita tidak melakukannya? Dan siapakah yang diuntungkan bila kita melakukannya? Bukan Tuhan, bukan orang lain, tapi diri kita sendiri!

Yeremia 7:19 Hati-Kukah sebenarnya yang mereka sakiti, demikianlah firman TUHAN, bukankah hati mereka sendiri, sehingga mereka menjadi malu?

Ketahanan hidup
Dalam perumpamaan-Nya, Tuhan Yesus memperingatkan kepada kita akan adanya angin, hujan, banjir, dan air bah yang pada suatu waktu akan menimpa rumah yang berdiri di atas bumi ini. Ini berarti, selama kita hidup di dalam dunia ini, kita tetap akan selalu beroleh waktu untuk bertemu dengan berbagai kenyataan yang mengganggu dan dapat menggoyahkan kenyamanan hidup kita. Itu pasti. Tuhan Yesus tidak menjanjikan hal itu menjadi tidak ada bagi kita. Namun karena kasih-Nya kepada orang-orang yang menaruh percaya kepada-Nya, Tuhan Yesus memperingatkan akan adanya keadaan bahaya itu sekaligus menyingkapkan rahasia bagaimana kita dapat melaluinya.


Dengan ini kita harus mengoreksi suatu prasangka yang seringkali membersit di benak kita, bahwa Tuhan tidak perduli terhadap pergumulan kita. Sesungguhnya, Ia sudah lebih dahulu perduli sebelum kita mengharapkan keperdulian-Nya. Perhatikanlah, betapa baiknya Tuhan itu, Ia menyampaikan kepada kita bagaimana kita dapat bertahan hidup di dalam dunia yang penuh dengan masalah ini. Betapa Tuhan kita, Yesus Kristus, menginginkan kita menjadi orang-orang yang tetap tegak berdiri dan kokoh saat �hujan, angin, banjir dan air bah� menerpa kehidupan kita. Tuhan Yesus tidak ingin kita mengalami kejatuhan dan menjadi rusak. Tuhan Yesus menginginkan kita memiliki daya tahan, dan bukannya tidak berdaya dalam menjalani hidup. Tuhan Yesus ingin kita dapat melewati segala persoalan hidup dengan berkemenangan. Caranya? Jangan hanya membaca dan mendengar firman Tuhan, tetapi lakukanlah apa yang sudah dibaca dan didengarkan itu!


Seperti apa kira-kira contohnya? Mari kita simak kisah Bpk. Poltak dan keluarganya.

Pak Poltak  tidak lagi dapat bekerja seperti biasa karena menderita sakit. Ia adalah tulang punggung keluarganya. Pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari bagi keluarganya, yakni ia, isteri dan kedua anaknya yang masih bersekolah, biasanya dipenuhi dari hasil upah kerja Pak Poltak setiap minggunya. Sekarang mereka membutuhkan biaya tambahan untuk pengobatan sakitnya. Keadaan menjadi semakin sulit bagi Pak Poltak dan keluarganya.
Ibu Inul, isteri Pak Poltak, adalah seorang isteri yang bijaksana. Sedikitpun ia tidak memandang keadaan suaminya adalah beban tambahan bagi kehidupan rumah tangga mereka. Ia trampil melayani suaminya dan kedua anaknya dengan apa yang mereka punyai tanpa keluh kesah. Tidak ada ketegangan terlihat di raut wajah suami isteri itu. Keadaan tampak seperti biasa-biasa saja. Ibu Inul pun tetap setia menghadiri ibadah jemaat, meski seringkali pundi persembahan disambutnya hanya dengan senyuman penuh arti. Pembawa pundi pun paham dan melewatkan pundi persembahan itu darinya.
Bagaimana mereka bisa setenang itu? Pak Poltak menjawab, �Siapa yang ingin menderita sakit? Semua orang ingin sehat dan kuat. Saya pun demikian. Tetapi kenyataannya kini saya harus menderita sakit. Mungkin ada yang bertanya, apa yang saya cemaskan? Pertanyaan ini lumrah, sebab sebagai manusia biasa kecemasan selalu menghinggapi hati kita tatkala sesuatu menjadi tidak pasti di dalam hidup kita. Jawabnya, jika saya harus cemas, maka yang saya cemaskan bukan diriku sendiri, bukan sakitku ini, melainkan isteri dan kedua anakku, sebab kini saya tidak dapat lagi bekerja seperti biasa.
Lalu jika orang bertanya bagaimana kami dapat tetap tenang di tengah keadaan seperti ini? Firman Tuhan yang sudah kami baca dan dengar, itulah yang terus kami ingat di pikiran kami. Di tengah badai Tuhan Yesus meminta murid-murid-Nya untuk tenang, kami pun sedang belajar untuk melakukan itu dengan tetap tenang. Tuhan Yesus pun berkata agar murid-murid-Nya tetap percaya, kami pun sedang belajar melakukannya, yakni percaya. Tuhan Yesus berkata, jangan kuatir, maka kami sedang belajar untuk melakukannya, karena Ia juga berkata bahwa Bapa memelihara hidup kami. Bukan saya yang menghidupkan isteri dan kedua anak saya. Saya hanyalah alat di tangan-Nya untuk memelihara keluarga ini. Maka bila saya menjadi tidak berdaya, itu tidak akan mempengaruhi apapun bagi kehidupan kami, sebab Ia akan tetap setia melakukan janji-Nya untuk memelihara kami. Bukankah Tuhan Yesus juga mengatakan hal ini kepada Rasul Paulus saat ia pun sedang menderita suatu penyakit, bahwa justru dalam kelemahan kita kuasa-Nya menjadi sempurna. Firman-Nya ini pula yang sedang kami kerjakan saat ini. Kami sedang memberi ruang bagi Tuhan Yesus untuk mengerjakan kuasa-Nya dalam hidup kami. Sebab ketika kita dalam keadaan kuat, terkadang kita mengira bertahannya hidup kita karena kekuatan yang kita punyai itu. 
Maka sebaiknyalah bagi saya untuk menjadi lemah saat ini, supaya saya tidak memandang diri saya sebagai penyelamat kehidupan keluarga saya. Dan adalah baik bagi saya menjadi tak berdaya saat ini agar isteri dan anak-anak saya belajar untuk tidak bergantung kepada saya. Kami memerlukan keadaan ini agar mata hati kami tertuju sepenuhnya kepada Sang Juruselamat yang sesungguhnya. Dialah yang memelihara hidup kami. Yang kami butuhkan saat ini adalah hati yang tetap percaya dan terus mengerjakan apa yang difirmankan-Nya.�

Tahukah kita, bahwa mengerjakan firman Tuhan itulah yang disebut tindakan iman. Saat iman itu dikerjakan atau saat firman itu dilakukan, maka kuasa firman itu pun nyata di dalam hidup orang yang melakukannya.



Kuasa Firman Tuhan
Hal membaca dan mendengar firman Tuhan ibaratnya barulah merupakan �ramuan rumah atau materi bangunan rumah kita�. Semakin banyak membaca dan mendengar firman Tuhan sama dengan semakin banyak pula �ramuan rumah� yang hendak kita bangun itu. Pada proses inilah iman timbul.

Roma 10:17 Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.
Semakin banyak firman Tuhan yang dibaca dan didengarkan, semakin banyak tahu, semakin luas dan dalam pula konsep iman seseorang. Tetapi ini barulah sebatas konsep: pengetahuan, pengenalan, pengertian, dan pemahaman akan firman Tuhan. Itu barulah sebatas ilmu (teologi) atau konsep iman Kristen atau baru sebatas wacana iman [baru pada tahap ucapan atau percakapan], belum pada tahap pelaksanaannya.

Apabila semua yang sudah diketahui, dikenal, dimengerti dan dipahami itu tidak dilakukan, maka pengetahuan tinggallah pengetahuan, pengenalan tinggallah pengenalan, pengertian tinggallah pengertian, dan pemahaman tinggallah pemahaman. Selagi itu belum diterapkan, maka sehebat apapun semua itu tidak berguna sama sekali. Oleh sebab itu Tuhan Yesus mengibaratkannya dengan orang yang membangun di atas pasir.  Selengkap bagaimanapun ramuan rumah yang sudah dikumpulkan, atau sehebat bagaimanapun kualitas ramuan rumah tersebut, jika semua itu didirikan di atas pasir, percuma saja. Sebab bangunan rumah itu akan runtuh dan kembali pada sebutannya, yakni sebagai ramuan rumah belaka. Walaupun itu bertumpuk namun tak berarti apa-apa selama itu belum menjadi sebuah rumah. Tidak ada gunanya sama sekali. Tidaklah heran bila  kita seringkali tidak merasakan atau tidak mengalami kebenaran kuasa firman Tuhan jika firman Tuhan itu sebatas diketahui saja, namun tidak dikerjakan.


Kuasa firman Tuhan yang dahsyat itu hanya dapat kita lihat, rasakan, dan alami bila firman Tuhan itu kita kerjakan dalam hidup kita. Bukankah dunia ini diciptakan dengan �Berfirmanlah Allah: � Jadilah � � (Kej 1)?  Demikian pula, kepada bangsa Israel TUHAN Allah telah berfirman tentang kedatangan Mesias yang akan menyelamatkan dunia ini (mis.Yes 9:1-6; Dan 9:25). Andaikan TUHAN Allah tidak mengerjakan firman yang sudah diucapkan-Nya, maka tidak akan pernah ada Sang Mesias yang dijanjikan-Nya itu. Tetapi TUHAN Allah melaksanakan firman-Nya itu. Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus Tuhan kita, untuk mengerjakan keselamatan itu bagi kita dan dunia ini, maka dunia benar-benar memiliki Sang Mesias itu! Dan andai saja Yesus Kristus itu tidak mengerjakan firman Sang Bapa untuk mengorbankan diri-Nya demi keselamatan dunia ini, maka keselamatan itu hanyalah mimpi belaka! Tetapi, Tuhan Yesus taat mengerjakan firman TUHAN yang perintahkan kepada-Nya,

Yohanes 4:34 Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Ibrani 5:7-8 (7) Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. (8) Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
maka keselamatan adalah milik yang pasti bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya. Puji Tuhan! Betapa besarnya kuasa firman Tuhan itu!
Yesaya 55:11 �Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.�
Roma 9:6a Firman Allah tidak mungkin gagal.
Ketika keluarga Bapak Poltak mengerjakan firman Tuhan, mereka pun mengecap kuasa firman Tuhan di dalam ketidakberdayaan mereka. Ibu Inul pun berbicara,
�Dulu, saya begitu bergantung pada penghasilan suami saya. Hari Sabtu adalah hari yang kami tunggu-tunggu, karena pada hari itu suami saya biasanya akan membawa pulang uang dari hasil kerjanya. Tanpa saya sadari, saya sudah mendirikan suatu  pengharapan yang keliru dengan memandang hasil kerja suami saya sebagai satu-satunya pintu berkat Tuhan bagi keluarga kami. Suami saya sudah menjadi harapan kami satu-satunya.
Ibaratnya, di dalam rumah besar, yakni rumah iman kepada Tuhan, saya membangun lagi suatu rumah kecil, yakni keyakinan kepada suami saya, dengan satu pintu, yakni pintu bagi suami saya untuk keluar lalu pulang membawa hasil kerjanya. Rumah iman yang baru itu terlalu kecil buat kami karena hanya bertumpu pada sosok manusia biasa yang sama lemahnya dengan saya, yang adalah bapa dari anak-anak saya. Karena kepadanya kami bertumpu, maka rumah iman yang saya bangun dalam pikiran saya itu memang benar-benar hanya memiliki satu pintu berkat-Nya, yakni pintu bagi suami saya untuk masuk membawa pulang uang bagi kami.
Sekarang pintu rumah iman kecil itu sudah tertutup dengan sendirinya, sebab orang yang melalui pintu rumah kecil itu sudah tidak dapat lagi keluar untuk kembali masuk membawa hasil kerja bagi isteri dan anak-anaknya. Bayangkan, betapa gelapnya rumah kami. Nafas kami sesak, seperti mau mati rasanya. Saya harus bertindak. Apa tindakan saya? Mungkin ada yang mengira bahwa tindakan saya adalah mencari pekerjaan untuk menggantikan peran suami saya. Tidak! Kalaupun demikian, itu bukan sumber pemecahan pergumulan kami. Yang pertama-tama harus saya lakukan adalah membongkar rumah kecil dengan satu pintu yang selama ini saya bangun sendiri di dalam pikiran saya. Rumah kecil itu telah menutup pandangan iman dan pengharapan saya kepada Tuhan.
Tahukah apa yang saya saksikan setelah rumah itu saya bongkar? Ternyata, rumah besar yang di dalamnya saya hidup, yakni rumah iman dan pengharapan kepada Tuhan, adalah rumah yang dipenuhi dengan begitu banyak pintu dan jendela, Bahkan, di sana-sini, baik di dinding dan di atapnya, banyak lubang-lubang kecil yang memancarkan garis-garis cahaya yang indah sehingga kehangatan cahaya kasih-Nya memenuhi hati kami dan aliran-aliran berkat-Nya  menjadi begitu terbuka bagi kami dari segala celah yang ada di dalam rumah besar itu. 
Sejak saya membongkar rumah kecil itu, saya tidak lagi harus menunggu tibanya hari Sabtu itu bagi kami, sebab setiap hari selalu saja ada berkat yang Tuhan alirkan bagi kami. Anak-anak saya dapat pergi ke sekolah setiap hari dengan banyak keajaiban. Kadang mereka mendapat tumpangan dari orang-orang yang seperjalanan pulang dari arah sekolah mereka. Selalu ada orang-orang yang Tuhan pakai untuk memelihara hidup kami. Kami tetap makan dan minum. Bahkan, biaya pengobatan suami saya dapat terpenuhi. Semua dicukupkan oleh-Nya. Sekarang, saya merasa jauh lebih tenang dari ketika saya berharap hanya kepada suami saya. Saya tidak kuatir lagi, sebab Tuhan mendapat tempat di hati dan hidup saya untuk bekerja. Saya tidak ingin membatasi ruang lingkup kerja-Nya di dalam hidup kami dan saya tidak akan pernah lagi membiarkan keyakinan apapun yang dapat  menutup diri saya dan keluarga kami dari berkat-berkat-Nya. Biarkan Ia sendiri yang menentukan dari pintu dan jendela atau dari lubang yang mana Ia akan mengalirkan berkat-berkat-Nya itu bagi kami.
Saya bersyukur bahwa keadaan ini harus kami lalui agar ketika suami saya telah pulih dan dapat bekerja kembali, saya tidak akan terkurung lagi dalam rumah kecil buatan saya sendiri itu, melainkan dalam rumah iman dan pengharapan kepada Dia, Juruselamat dan pemelihara hidup kami. Yang saya perlukan saat ini, semoga Ia mengaruniakan kepada saya hati yang tetap percaya dan terus mau mengerjakan firman-Nya dalam hidup saya, agar kuasa-Nya menjadi sempurna dalam kehidupan kami.�
Kuasa firman Tuhan itu juga dijanjikan Tuhan Yesus bagi kita semua. Ia berkata:
Yohanes 15:7 �Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.�

Maka benarlah kita ini disebut bodoh bila kita tidak melakukan firman Tuhan yang sudah sekian kalinya kita baca dan dengarkan serta sudah sekian lamanya kita ketahui itu. Karena itu pula Yakobus mengingatkan kita:

Yakobus 1:22a Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja.
Melakukan firman Tuhan itulah ketahanan iman kita dalam menjalani kenyataan hidup di dalam dunia ini, sepahit apapun itu. Pada saat yang sama, melakukan firman Tuhan adalah memberi ruang kepada Tuhan untuk menyatakan kuasa-Nya.

Sekali lagi, mari kita selalu mengingat firman Tuhan ini:

Lukas 11:28 "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."
Orang yang tidak melakukan firman-Nya adalah orang yang tidak mau berbahagia. Dan bukankah hanya orang bodoh yang tidak ingin bahagia???--**HEP**

Kamis, 24 Februari 2011

Murid Kristus atau Orang Kristen?

Matius 7:21�29 --- 7:21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 7:22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? 7:23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
7:24 "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. 7:25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. 7:26 Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. 7:27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." 7:28 Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, 7:29 sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.
Roma 3:28  Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.
 
Mungkin  anda bertanya-tanya dalam hati,  apakah yang  ingin disampaikan dengan judul renungan di atas? Untuk membuat anda tidak penasaran sebaiknya anda  ajak orang orang lainnya, siapa saja ! Anda bisa mengajak  pendeta atau orang orang Kristen lainnya untuk sama sama membaca dan mengkritisi  isi  renungan ini.  Kali ini penulis tergerak untuk menulis topik  ini,  karena penting  sekali untuk diketahui  semua  orang dan sekalian meluruskan pemahaman yang keliru yang terjadi dewasa ini.

Mayoritas orang beragama, khususnya orang orang yang menyebut diri mereka orang Kristen menyatakan bahwa mereka adalah orang orang beriman dan menjamin bahwa mereka telah diselamatkan masuk surga. Bagi orang Kristen umumnya hanya berpegang pada satu ayat sakti mereka Yohanes 3:16 di mana  dikatakan: " Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga dikaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya barang siapa yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal". Apakah Keselamatan Surgawi  yang  dibawa oleh Kristus bisa didapat semudah itu?  Hanya menyatakan percaya, lalu otomatis  dijamin akan selamat? Tentu saja tidak demikian saudara! Alkitab berisikan ribuan ayat yang saling kait mengait membentuk suatu pengertian yang utuh, satu ayat saja tidak dapat berdiri sendiri. Dalam konteks  Yohanes 3 : 16,  adalah merupakan sebuah dialog antara Tuhan Yesus dengan Nikodemus berisikan 21 ayat bukan ayat 16 saja. Dan yang menjadi  entri point dari pembicaraan yaitu tentang  syarat masuk surga atau keselamatan surgawi.  Dimana Tuhan Yesus menekankan pada ayat 3  tentang  pertobatan lahir baru. Nikodemus adalah pemimpin agama yang patuh pada aturan agama (tanda kutip adalah seorang  Kristen yang taat pada aturan agama ).


Pada masa kini  mayoritas orang Kristen mempunyai  penafsiran yang keliru bahwa orang beriman  identik dengan orang percaya sebagai stigma yang melekat pada waktu mereka diteguhkan sebagai pemeluk agama Kristen. Keyakinan ini tidak lepas dari pengajaran yang turun temurun diajarkan oleh para imam/ pemimpin agama dari agama yang dianutnya dalam hal ini agama Kristen. Apakah kata percaya sama dengan kata beriman? Sama sekali tidak! Karena 2 kata tersebut berbeda maknanya. Dan sayangnya sampai saat ini para rohaniwan, para pemimpin agama (Para pendeta dan sebutan lainnya) tidak pernah menjelaskan arti perbedaan dari 2  kata ini. Sehingga sebagian besar orang Kristen dibiarkan dalam tidur yang berkepanjangan dan terlena dengan ajaran dongeng mereka, tanpa mendapatkan  pemahaman yang benar tentang arti keselamatan surgawi yang hanya dapat diperoleh melalui  iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Padahal pemahaman tentang iman kepada Tuhan Yesus Kristus merupakan suatu informasi yang sangat dibutuhkan untuk meraih keselamatan surgawi. 


Kata menjadi  percaya dengan kata menjadi beriman adalah 2 kata yang berbeda. Untuk menjelaskan perbedaannya, mungkin  terminology dalam bahasa inggeris akan  memudahkan kita untuk memahaminya. Terjemahan kata percaya dalam bahasa inggeris adalah to believe, sebab itu tidaklah mengherankan kalau orang Kristen disebut sebagai believer dalam bahasa inggeris dan pemercaya dalam bahasa Indonesia. Bukankah sinonim  dari kata agama adalah dengan kata kepercayaan dari  kata dasarnya percaya? Sekarang marilah kita pelajari apa arti kata beriman dan apa perbedaannya dengan arti kata percaya?  Sebutan bagi orang beragama Kristen lazimnya disebut dengan kata umat/ orang percaya. Biasanya dilengkapi dengan agama yang dianutnya misalnya untuk Kristen  akan disebut umat Kristen, sedangkan yang beragama islam disebut umat islam dan untuk  yang beragama budha disebut umat budha  dan umat umat agama lainnya. Jadi jelas kata umat di sini berarti pengikut dari suatu ajaran atau ideology yang dibawa oleh pemimpin tertinggi agama tsb. Nah disinilah letak kekeliruan dari pemahaman orang orang Kristen zaman ini, mereka mengira Tuhan Yesus sama dengan agama agama lainnya. Mereka juga menilai Yesus juga datang sebagai pemimpin agama/ Imam dan membawa agama baru, sungguh kekeliruan besar pemahaman seperti ini!  Sebab itu perlu ditegaskan di sini bahwa Tuhan Yesus datang bukan sebagai pemimpin agama/ imam, tetapi Ia datang sebagai wujud dari iman bukan imam.


Kalau begitu apakah makna iman itu?  Untuk itu baiklah kita  mengingat apa yang dilakukan oleh Abraham pada waktu Ia diperintahkan  Allah untuk mengorbankan anaknya Ishak  sebagai domba sembelihan, dan  Ia melakukan sesuai  dengan apa yang diperintahkan oleh Allah, sehingga akhirnya Allah menggantikan seekor domba sebagai  korban persembahan kepada Allah. Tindakan Abraham mengikuti  perintah Allah diperhitungkan sebagai  kebenaran. Walaupun Abraham waktu itu sebelumnya dari kaum penyembah berhala. Jadi  jelaslah apa yang dilakukan oleh Abraham adalah tindakan iman. Apakah tindakan konkrit Abraham sehingga Ia akhirnya disebut sebagai Bapa Orang Beriman? Di situ Abraham tidak diminta untuk mempercayai sesuatu! Cuma ada 2 kata kunci di sini yaitu : 1. Ketaatan  2. Pengorbanan. Implementasi dari  kedua kata inilah yang dimaksud dengan iman. Tindakan Abraham di sini bukanlah mempercayai  sesuatu ( to believe), tetapi  mengikuti/mentaati pengorbanan yang diperintahkan oleh Allah (to Follow). Kata murid  dalam bahasa inggeris  diterjemahkan  sebagai  kata follower berasal dari kata to follow bukan to believe. Sebab itu sangat jelas dalam amanat/perintah agung Tuhan Yesuspun dikatakan : "Jadikanlah sekalian bangsa itu muridKu" bukan jadikan sekalian bangsa umat beragama. Dan pada kenyataannya telah dibuktikan dan dimulai oleh Tuhan Yesus sendiri dengan memulainya dari memilih 12 orang murid. Dan ke 12 murid inilah yang melanjutkan misi pekerjaan Tuhan Yesus di dunia ini, bukan para imam/pemimpin agama. 


Untuk lebih memperjelas perbedaan kata percaya dengan kata iman, mungkin analogi berikut ini dapat membantu saudara untuk memahaminya. Kita ambil contoh Pertandingan Olahraga Sepak Bola. Rasul Paulus sendiri dalam berbagai tulisannya mengatakan bahwa hidup ini laksana  sebuah pertandingan olahraga. Seperti kita ketahui bahwa dalam pertandingan ada 2 komunitas yang  berada di gedung stadion olahraga yaitu ada komunitas penonton dan ada komunitas pemain. Namun patut diingat bahwa yang berhak memperoleh pahala/medali adalah komunitas pemain, bukan komunitas penonton. Domain menang-kalah juga ada di pundak para pemain/pelaku, bukan  para penonton. Tentunya anda juga mengetahui bahwa syarat untuk menjadi pemain juga berbeda dengan menjadi penonton.  Dari segi motivasi dan risikonya juga berbeda. Bagi pemain ada risiko menang � kalah. Bagi penonton tidak ada risiko menang � kalah. Dari segi  jumlah  banyaknya orang maka komunitas penonton jauh lebih banyak bisa berjuta-juta, sedangkan komunitas pemain berjumlah sedikit dan harus mengalami seleksi yang ketat. 


Dari analogi di atas mudah-mudahan anda sudah bisa membedakan mana komunitas penonton dan mana komunitas pemain, dalam hal ini  pemercaya (believer ) atau Murid Kristus (follower)? Mana yang pengikut Iman dan mana yang pengikut Imam? Rasul Paulus dalam buku tulisannya mengatakan bahwa kita diselamatkan oleh iman, bukan hasil usahamu�..dst. Jadi jelas disini bahwa iman tidaklah sama dengan percaya, karena keduanya mempunyai acuan yang berbeda. Yang satu pijakannya agama ( kepercayaan)  dan yang satu lagi Sang Iman (implementator pengorbanan). Dan Tuhan Yesus juga mempertegas hal ini dengan mengatakan bahwa bukan orang yang berseru-seru Tuhan, Tuhan, yang akan selamat, tetapi keselamatan adalah bagi orang yang melakukan/mengikuti/mentaati apa yang diperintahkan Tuhan.(Matius 7:21 -29 ).


Nah dari gedung stadion olah raga dalam analogi tadi,  kira kira komunitas mana, yang dikatakan Tuhan Yesus sebagai orang yang berseru "Tuhan, Tuhan", bukankah itu mengacu pada komunitas penonton (pemercaya)? Bukankah  Orang yang berteriak-teriak dalam pertandingan olah raga, adalah komunitas penonton?  Ada yang memuji, ada yang menghina. Tetapi bagi komunitas pemain, mereka tidak bisa menonton dirinya sendiri, mereka akan focus untuk memenangkan pertandingan untuk memperoleh pahala. Justru mereka adalah objek hinaan dan juga objek pujian!


Kiranya renungan ini sebagai sarana memeriksa diri, di komunitas  mana kita berada saat ini, tentunya anda sendiri yang tahu!  Apakah  kita berada di komunitas penonton?  Tuhan Yesus  sendiri sudah memperingatkan kita tentang  2 komunitas  yang berbeda yaitu komunitas kambing  dan komunitas domba senada dengan  analogi pertandingan olahraga yang disampaikan Rasul Paulus yaitu komunitas penonton atau komunitas pemain. Selamat memilih! *** [By. Ev. Andereas Dermawan]

Ilustrasi Kristiani | Yesus Menyaksikan Pertandingan Sepak Bola

Pertandingan sore itu tampak berbeda bahkan sangat istemewa sebab Tuhan Yesus, Kepala Gereja, berkenan hadir untuk secara langsung menyaksikan pertandingan Sepak Bola antara dua kesebelasan besar dan ternama, yakni PS Gereja Protestan & PS Gereja Pantekosta.

Pertandingan berlangsung seru dan menegangkan. Tuhan Yesus tampak begitu sungguh-sungguh mengamati jalannya pertandingan. Tiba-tiba suara Yesus lantang berseru, "Goooooooool !!!!!". Ya! Gol pertama berhasil dicetak mulus oleh kesebelasan Gereja Protestan. Tampak Yesus begitu bersukacita, Ia melompat-lompat tanda girang, dan berkata, "Maju Protestan, kamu bisa!!!!". 

Tim Kesebelasan Gereja Pantekosta terpaku di tengah-tengah lapangan diikuti seluruh pendukungnya yang setia. Berbanding lurus dengan tim Gereja Protestan, bersama seluruh sporternya, mereka menyerukan yel-yel seolah-olah pertandingan itu sudah berakhir. Hal ini disebabkan karena Yesus memperlihatkan sikap dukungan-Nya terhadap gol yang diciptakan oleh tim Gereja Protestan ini. Terdengar gemuruh suara menyatakan, "Lihat, Yesus berpihak kepada kami!".

Bagaimanapun pertandingan harus dilanjutkan. Tim Gereja Pantekosta kembali membangun semangat. Dan tidak lama berselang, waow .... "Gooooooool", tim Gereja Pantekosta berhasil mencetak gol yang manis sekali, menyamakan score 1 - 1. Tapi  hei ... suara teriakan "gol" yang sangat keras itu adalah sama dengan suara yang tadi terdengar begitu keras saat tim Protestan mencetak golnya yang pertama. Itu suara Tuhan! Benar, lihat, Yesus masih berdiri melompat-lompat penuh sukacita. Dari mulut-Nya terdengar jelas pekikan, "Luar biasa, lanjutkan Pantekosta, kalian pasti bisa!!!"

Kali ini semua terdiam. Baik kedua tim kesebelasan, Protestan dan Pantekosta, maupun seluruh penonton yang memenuhi stadiun pertandingan. Stadiun itu tiba-tiba seakan-akan tak berpenghuni. Tak ada satu suara terdengar dan tak ada gerakan sedikitpun. Semua diam terpaku.  Hanya pandangan semua mata searah kepada Yesus dengan wajah penuh heran. 

Tiba-tiba terdengar suara dari speaker stadion, "Tuhan, jelaskan kepada kami, untuk siapakah Engkau datang ke sini? Kepada siapakah sesungguhnya Engkau berpihak? Engkau berlaku sama baik kepada tim kesebelasan Gereja Protestan maupun tim kesebelasan Gereja Pantekosta saat mereka masing-masing mencetak gol?"

Yesus maju agak ke depan, lembut suara-Nya menjawab namun terdengar jelas di seluruh penjuru stadiun itu,
"Sahabat-sahabat-Ku, hari ini Aku bersukacita karena Aku menyaksikan bagaiman kalian terus berjuang untuk mencetak gol-gol kemenangan.  Bukankah Aku pernah berkata:
"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 7:21).
Maka, siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, kepadanyalah Aku berkenan. Berjuanglah terus untuk mencetak gol-gol kemenangan, yaitu melakukan kehendak Bapa di sorga, maka itulah sukacita-Ku."

Ilustrasi Kristen

Oh Tuhan ampunilah kami. Sebab ternyata, yang membuat-Mu bersukacita, bukan karena kami adalah umat Protestan atau kami adalah umat Pantekosta, atau umat di gereja mana pun kami menyembah Engkau, melainkan siapa yang berhasil mencetak gol kemenangan dalam hidupnya, yakni melakukan kehendak-Mu, ya Tuhan. Amin. 


Dan, lihatlah, kedua kesebelasan saling berangkulan, dan satu sama lain berkata, "Mari bersama-sama kita lanjutkan pertandingan ini, kita cetak gol-gol kemenangan bagi kemuliaan nama Tuhan kita, Yesus Kristus!!". Pertandingan berlanjut seru, namun penuh sukacita, satu sama lain saling memberi semangat. Oh indahnya ......



"Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan,
yang Engkau berikan kepada-Ku,
supaya mereka menjadi satu,
sama seperti Kita adalah satu."
(Yohane 17:22)
------
Inilah kesaksianku kepada dunia:
"Kami SATU"
In the Name of Jesus Christ.

**HEP**

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India