Selasa, 15 November 2016

Pembalasan Tuhan (Ulangan 32:35a; Roma 12:19; Ibrani 10:30)

"Hak-Kulah dendam dan pembalasan." (Ulangan 32:35a).
"Janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan." (Roma 12:19) 
"Sebab kita mengenal Dia yang berkata: "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan." Dan lagi: "Tuhan akan menghakimi umat-Nya."  (Ibrani 10:30)

Apa itu pembalasan Tuhan? Pembalasan Tuhan adalah penggenapan hukum tabur tuai yang diberlakukan Tuhan atas ketidakadilan prilaku manusia dan ketidakadilan prilaku hukum dunia.
"Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya." (Galatia 6:7) 
"Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya." (Wahyu 2:23)
Bukan Allah yang membuat orang yang berbuat jahat itu menerima akibat kejahatannya, tapi perbuatan jahat orang itu sendirilah yang membuat ia mengecap keadilan Tuhan itu.
"Mengapa orang hidup mengeluh? Biarlah setiap orang mengeluh tentang dosanya!" (Ratapan 3:39) 
"5:6 Karena bukan dari debu terbit bencana dan bukan dari tanah tumbuh kesusahan; 5:7 melainkan manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya, seperti bunga api berjolak tinggi." (Ayub 5:6-7)

Sepintas, kata "Pembalasan Tuhan" seolah Ia jahat. TIDAK.
"Allah adalah kasih" (1 Yohanes 4:8). 
"Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!" (Wahyu 3:19)
Pembalasan Tuhan dengan konsekwensi tabur tuai adalah wujud kerja KASIH-Nya yang sempurna. Justru dalam penegakan keadilan-Nya, yang tidak memberi hak pembalasan kepada kita melainkan mengambil sepenuhnya hak itu menjadi milik-Nya, nyatalah penegakkan kasih-Nya atas ketidakadilan, atas segala perbuatan yang tak bertanggung jawab dan atas segala perkara yang tidak dipertanggungjawabkan. Tanpa pandang bulu Ia menegakkan keadilannya bagi ciptaan-Nya.

Ia menjadi harapan bagi yang tertindas, bagi yang diperlakukan sewenang-sewenang, bagi yang teraniaya, bagi yang tersakiti, bagi yang terluka, bagi yang menerima berbagai bentuk ketidakadilan dengan tak berdaya dan yang berdaya namun berserah kepada-Nya.
"Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!" (Yesaya 30:6)
Di sisi lain, ketika seseorang merasa tersakiti dan berteriak minta pembalasan Tuhan (keadilan Tuhan), pada saat yang sama orang yang menjerit harus juga INTROSPEKSI diri, sebab jangan-jangan apa yang dialami itu justru adalah kecapan buah rasa sakit yang pernah ditaburnya bagi orang lain. Itu masuk kategori "TEGURAN". Dan bila tidak seperti (mis. Daud yang ditindas oleh Saul, atau penderitaan beruntun yang dialami Ayub), itu masuk kategori "UJIAN". 

Satu catatan yang harus kita ketahui adalah, bahwa pembalasan Tuhan atas ketidakadilan yang kita terima hanya berlaku bila kita tidak mengambil hak Tuhan. Ketika seorang menampar pipimu dan engkaupun membalas tamparan itu, masih layakkah engkau meminta pembalasan Tuhan? Bukankah tanganmu sendiri telah mengambil hak itu? Bukankah engkau sudah membuat ia menuai apa yang ia tabur pada saat itu juga? dan adilkah bagi bagi orang yang sudah menerima pembalasan dari manusia, menerima lagi dari Tuhan?

Hak Tuhan tetaplah hak Tuhan, namun manusia seakan tak puas hingga hatinya terpuaskan, bahkan sekalipun hukum yang berlaku telah diterapkan, manusia tetap saja bisa tidak puas untuk melampiaskan pembalasan dengan tangannya sendiri, dengan caranya sendiri. Kebencian dan dendam di hati yang tak berpengampunan hanya mendatangkan penghakiman yang juga tidak berbelas kasihan atas diri kita sendiri.
"Sebab penghakiman yang tak berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan. Tetapi belas kasihan akan menang atas penghakiman." (Yakobus 2:13)
Karena pembalasan adalah hak-Nya, Yesus sama sekali tidak memberi hak kepada kita untuk melakukan pembalasan:
"38 Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. 39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. 40 Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. 41 Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil." (Matius 5:38-41; lihat juga Lukas 6:29-36)
Juga tidak diberi hak untuk menghakimi:
1 "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. 2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Matius 7:1-2)
Yang ada justru kita harus mengasihi musuh, berdoa bagi  yang mencaci dan menganiaya, berbuat baik kepada orang yang membenci, bahkan meminta berkat bagi orang yang mengutuk (Matius 5:43-44; Lukas 6:27-28, 35).

Lalu dimanakah hak kita? "Hakku terjamin pada TUHAN." (Yesaya 49:4b). Seperti Ayub berkata: "Aku benar, tetapi Allah mengambil hakku." (Ayub 34:5), Daud berkata: "Sebab Engkau membela perkaraku dan hakku, sebagai Hakim yang adil Engkau duduk di atas takhta." (Mazmur 9:5). Pada Tuhanlah hak itu terjamin. Demikianlah  hak pembalasan itu diambil alih oleh Tuhan sebagai hak-Nya, yakni dengan menerapkan keadilan-Nya yang tepat bagi setiap orang sesuai dengan perbuatannya.

Akhirnya, tak ada yang salah pada Tuhan, kesalahan itu ada pada diri kita sendiri. Kita bisa lari dari keadilan dunia, tapi kita tidak bisa lari dari keadilan Allah.

God is Love.-- HEP

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India