Jumat, 01 April 2011

Lukas 15:11-24 | Satu dari 'Anak yang Hilang'

Lukas 15:11-24 --- 15:11 Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. 15:12 Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.
15:13 Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. 15:14 Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat. 15:15 Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. 15:16 Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya.
15:17 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. 15:18 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, 15:19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.
15:20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. 15:21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. 15:22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. 15:23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. 15:24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.

Orang Yahudi punya Hukum Warisan yang berlaku mutlak karena berdasar pada peraturan dan ketetapan TUHAN Allah bagi bangsa pilihan-Nya ini. Setiap orang Israel, kecuali dari suku Lewi, pasti mendapat warisan dari milik pusaka kaum keluarganya >>> Bilangan 36:8  � � setiap orang Israel mewarisi milik pusaka nenek moyangnya.�

Kepastian bahwa setiap orang Yahudi beroleh warisan jelas juga dari kisah perumpamaan Tuhan Yesus tentang Anak Yang Hilang ini . Anak yang bungsu meminta bagian warisan yang menjadi haknya walaupun pada saat itu ayahnya masih hidup >>> Lukas 15:12 Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.

lukas 15 11 24Sang ayah mengatur dan membagi-bagikan harta kekayaannya kepada kedua anaknya. Yang bungsu menerima bagiannya namun menjual seluruh bagiannya itu lalu meninggalkan kampung halamannya. Hidup di rantau dilaluinya dengan berfoya-foya. Semua yang dipunyainya habis disusul bencana kelaparan, dan ia mulai melarat. Ia menjadi seorang penjaga ternak babi. Ketika ia lapar, tidak ada seorang pun yang mau memberinya makan, meski yang dimintanya hanyalah ampas makanan babi. Sungguh malang.

Pertanyaannya, siapa pembuat kemalangannya itu? Ayahnya-kah? Atau dirinya sendiri? Senada dengan banyak pertanyaan, siapa pembuat masalah atau kesusahan atau penderitaan dalam hidup kita? MANUSIA itu sendiri. Manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya sendiri >>> Ayub 5:6-7 --- 5:6 Karena bukan dari debu terbit bencana dan bukan dari tanah tumbuh kesusahan; 5:7 melainkan manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya, seperti bunga api berjolak tinggi.

Kepada kita diberi "kehendak" untuk menetapkan keputusan bagi diri kita sendiri. Dan, kita seringkali berlaku seperti si anak yang bungsu. Melangkah berdasarkan hasrat, ambisi dan angan semata. Kita begitu yakin dengan "modal" hari ini : kekayaan, kepandaian, kedudukan, status, pekerjaan, segala kepunyaan dan kepemilikan bahkan kenyamanan "hari ini". Tal perlu pertimbangan firman Tuhan, toh kita sudah punya modal, kekuatan yang kita andalkan.

Apa nyana, harapan terusik kenyataan-kenyataan yang tak pernah terpikirkan sebelumnya bahkan tak pernah terbayang di benak kita. Satu demi satu persoalan menghampiri. Kita coba bertahan, tanpa Tuhan, namun gagal. Langkah kita telah membawa kita kepada kenyataan yang berbanding terbalik dengan harapan kita. Lalu akankah kita berseru, "Tuhan, mengapa Engkau membiarkan kenyataan ini berlaku atasku?". Maka Ia berkata kepada kita: "Jalanmu bukanlah jalan-Ku" (Yesaya 55:8).

Dia, Bapa yang bijaksana. Ia tidak mengekang kehendak kita. Ia memberi ruang bagi harapan-harapan kita. Lihatlah, bagaimana sang ayah dalam perumpamaan Anak yang Hilang ini. Dialah Bapa di sorga. Ia memberi kebebasan kepada anak-anak ciptaan-Nya untuk meraih harapannya. Bahkan "modal" yang kita perlukan diberikan-Nya sesuai dengan bagian kita masing-masing. Tetapi sayangnya, kebebasan bermodal ini telah kita salah gunakan untuk hal-hal yang justru menyeret kita ke dalam berbagai-bagai kesusahan.

Mengapa Ia tidak mencegah kita? Pembagian harta kekayaan tidak lazim diberikan ketika orang tua masih hidup. Si bungsu tahu akan hal ini, tanpa harus dijelaskan lagi oleh sang ayah. Aturan ini sudah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat Yahudi. Tetapi aturan ini tidak dipertimbangkan oleh sang anak bahkan sama sekali dianggap tidak ada olehnya, terbukti ia tetap meminta bagian dari warisan yang adalah haknya walau sang ayah masih hidup. Apa hubungannya? Kita sudah tahu aturan-aturan kehidupan dari Dia, semuanya termaktub di dalam Alkitab. Tapi, kita tidak suka mempertimbangkan aturan-aturan itu dalam gerak hidup kita, bahkan seringkali mengabaikannya.

Kepada kita diberi hak untuk memilih dan memutuskan, tetapi kita juga harus siap bertanggung jawab atas pilihan dan keputusan yang kita ambil >> Galatia 6:7-8 --- 6:7 Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. 6:8 Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.

Ada konsekwensi dari setiap langkah yang kita ambil. Maka adalah seharusnya kita berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk menjalani hidup ini. Ada rambu-rambu Firman Tuhan, perhatikanlah itu dengan baik. Jika hati kita ingin ke kiri, tetapi rambu-rambu Firman Tuhan menunjuk ke arah kanan, maka duduklah sejenak untuk berpikir, bertahankah kita kepada kehendak hati kita?, atau menjalani jalan Ia pilihkan untuk kita. Keputusan ada pada diri kita sendiri. Kisah perumpamaan Anak yang Hilang memperingatkan kita, bahwa mengabaikan rambu-rambu firman Tuhan justru berujung pada kesusahan diri kita sendiri. Sekalipun Bapa setia menanti kita kembali kepada jalan-Nya, tetapi mengapa kita mau mendahuluinya dengan penderitaan yang kita tuai dari taburan kita sendiri? Jangan menunggu badai untuk kembali kepada-Nya. Jangan menyusahkan diri kita sendiri. Capailah angan kita dengan tetap pada kehendak-Nya. Amin.--**HEP**

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India