Kamis, 24 Maret 2011

Paulus dalam Filipi 3:4b-16

Filipi 3:4b-16 ---  4b Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: 3:5 disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, 3:6 tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat. 3:7 Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. 3:8 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, 3:9 dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. 3:10 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, 3:11 supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.
3:12 Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. 3:13 Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, 3:14 dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. 3:15 Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu. 3:16 Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh.
Hidup adalah waktu. Selalu maju dan tak mungkin mundur kembali. Semua yang terjadi telah terjadi. Tak mungkin terhapus dalam sejarah kecuali dalam ingatan. Namun dapatkah ingatan segera melupakan masa lalu? Rasul Paulus berkata : "Aku melupakan apa yang telah di belakangku" (ay 13). Apakah "melupakan" ini berarti Paulus sama sekali tidak lagi punya ingatan akan apa yang terjadi di masa lalunya? Kalau ia "melupakan" dalam arti seluruh ingatan akan kehidupannya di masa-masa sebelumnya seakan terhapus maka itu hanya bisa jika Paulus menderita penyakit amnesia. Tapi Paulus tidak menderita penyakit itu. Satu saja cukup membuktikan hal ini yakni bagaimana Paulus dapat dengan terperinci menjelaskan siapa dia sebelum dia bertemu dengan Yesus Kristus  dan bagaimana pertemuannya dengan Yesus Kristus yang bangkit itu terjadi (mis. Kis 22:1-22). "Melupakan" (Inggris : forgetting; Yunani : epilanthanomenos | ?p??a??a??�e???) di sini adalah Paulus menjadikan lupa atau dengan sengaja tidak mengingat-ingat apa yang telah terjadi di dalam hidupnya di masa-masa sebelumnya dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapannya. 

Apa yang dilupakan oleh Paulus? Yang dilupakan oleh Paulus adalah apa yang dipandangnya dalam beberapa versi New Testament  (bahasa Inggris)  adalah : 'dung' (kotoran, tahi hewan - kotoran yang terkait dengan hewan), 'rubbish' (sampah, kotoran yang bersifat umum tapi juga berarti rongsokan, omong kosong);  'garbage' (sampah, isi perut - binatang), 'shit' (kotoran, air besar, omong kosong, orang yang buruk sekali). Lembaga Alkitab Indonesia menterjemahkan ini 'sampah' (ay 8). Kata "sampah" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai kata benda adalah : barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dsb; kotoran spt daun, kertas dan juga 'hina' (= rendah kedudukan atau keji, tercela; tidak baik - tentang perbuatan, kelakuan). Sedangkan Paulus sendiri menulisnya dengan  s??�a?a | skubala (Yunani). Leksikon Yunani terkemuka modern - BDAG (Business Development Assistance Group)  menyebut s??�a?a adalah 'refuse' (sampah), 'garbage' (sampah, isi perut), 'human excrement' (kotoran manusia), 'crud' (mentah), and 'crap' (sampah, kotoran, tahi, nonsen, hal yang bukan-bukan). 

Jadi yang dilupakan oleh Rasul Paulus yakni cukuplah terwakili dengan kata 'kotoran'. Dulunya ia memandang yang disebutnya 'kotoran' itu "merupakan keuntungan" (ay 7). Namun dari kekiniannya, apa yang merupakan keuntungan itu, "sekarang kuanggap rugi" (ay 7). Mengapa rugi? Karena pada masa hidupnya saat itu Paulus baru dapat melihat bahwa apa yang dipandangnya adalah keuntungan ternyata adalah "kotoran", maka ia pun melihatnya sebagai kerugian.

Lalu apa yang dimaksudkan Paulus dengan 'kotoran' itu? "Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi" (ay 4b), yakni hal-hal lahiriah. Apa hal-hal lahiriah yang dimaksud Paulus? "Disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi,  tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat." (ay 5-7), yakni ketaatan yang bersifat lahiriah. Bila hidup keagamaan hendak dipertanyakan kepadanya, maka Paulus dengan berani dan penuh keyakinan mengklaim dirinya adalah seorang yang taat beragama, bahkan dapat disebut sebagai penganut agama Yahudi yang sangat fanatik. Secara gamblang Paulus menyebut dirinya : "aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas" (1 Tim 1:13) atas nama agama. Ia mau melakukan apapun guna menjalankan setiap butir dari hukum-hukum yang termaktub dalam Taurat. Pada masa lalunya ini, Paulus memandang inilah keuntungan sebab dengan menjadi seperti itu maka Paulus memandang dirinya telah mencapai kebenaran, "kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat" (ay 9). Tetapi kemudian, Rasul Paulus memiliki pandangan yang berbanding terbalik dengan apa yang dulunya adalah komitmen radikal baginya.

Paulus bukanlah Saulus yang dulu. Paulus yang "sekarang" telah mencapai titik pengertian tentang kebenaran yang sesungguhnya (ay 16). Paulus telah menemukan bahwa kebenaran tidak terletak pada tindakan ketaatan akan hukum Taurat sehebat bagaimanapun ia mengerjakan itu (ay 9). Kebenaran yang hakiki adalah kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan kepada Kristus (ay 9). Paulus tidak menyepelekan ketaatan lahiriah, tetapi ia menghinakan (s??�a?a, "kotoran") ketaatan lahirah bila ketaatan lahiriah itu dipandang adalah kebenaran, sebab kebenaran jenis itu tidak akan membawa kepada keselamatan yang menjadi tujuan dari setiap pencarian manusia akan Allah. Bertahan dan menjalankan kebenaran karena ketaatan lahiriah belaka adalah kesia-sian. Paulus akhirnya dengan jelas memandang bahwa ia telah melewati hari-hari yang merugikan di masa lalunya. Namun ia bersyukur "telah ditangkap oleh Yesus" (ay 13). Ia pun mengenal jalan kebenaran yang sesungguhnya, jalan yang siap ditempuhnya dari kekiniannya ke masa depannya. 

Paulus pun berkata : "Pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya" (ay 8). Paulus ingin melanjutkan hidupnya di dalam pengenalan ini (ay 10). Inilah yang dimaksudkannya dengan berkata bahwa ia "mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku" (ay 13). Bahwa Paulus telah melupakan masa lalunya yang merugikan dirinya sendiri itu dan mengarahkan hidupnya kepada pengenalan akan Kristus Yesus, sebagaimana jelas dalam kerinduannya : "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya" (ay 10). Inilah arah langkah Paulus yang baru, yakni mengenal Yesus Kristus dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya. Paulus ingin menjadi serupa dengan Yesus dalam kematian-Nya. Paulus telah menemukan arti hidup yang sesungguhnya, yakni hidup di dalam kebenaran karena kepercayaan kepada Yesus Kristus. Ini menuai konsekwensi penderitaan. Tetapi justru oleh penderitaan itulah Paulus melihat kehidupan sorgawi, kehidupan kekal yang menjadi tujuan setiap pencari keselamatan. Penderitaan karena kepercayaan kepada Yesus Kristus bagi Paulus justru memberikan hadiah sorgawi kepadanya "supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati" (ay 11), sehingga dengan penuh semangat Paulus membahasakan sukacitanya dengan berkata bahwa ia "berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus" (ay 14). Dengan ini kita diberikan pengertian yang lebih kuat lagi tentang tulisan Paulus di bagian sebelumnya, "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan" (Filipi 1:21).

Tiga dimensi waktu dihadirkan Paulus dalam tulisannya ini. Paulus tidak lagi hendat mengingat-ingat "masa lalu"nya  ("melupakan apa yang telah di belakangku" - ay 13), sebab bagi Paulus, hidupnya baru saja dimulai saat ia mengenal Yesus Kristus dan ia siap berjalan maju  (" mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku" - ay 13) menuju masa depan bersama Kristus ("berlari-lari kepada tujuan" - ay 14) untuk mencapai keuntungan dari kebenaran karena kepercayaan kepada Yesus Kristus, yakni kematian di dalam Kristus yang membangkitannya dari antara orang mati (ay 11). Panggilan itu kuat menggelorakan semangat hidup yang baru di dalam diri Paulus untuk berlari mencapainya. Ia tidak menganggap masa lalunya tidak ada, tetapi ia tidak mau lagi hidup di dalam kesia-sian itu. Karena hidup masih ada padanya, maka Paulus tahu bahwa ia masih punya kesempatan "hari ini" untuk mengejar "hari esok" meraih keuntungan (ay 12, 14).--**HEP**

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India