Kejadian 19:17 Sesudah kedua orang itu menuntun mereka sampai ke luar, berkatalah seorang: "Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di mana pun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap.
Ludwig van Beethoven (dibaptis 17 Desember 1770 di Bonn, wafat 26 Maret 1827 di Wina) adalah seorang komponis musik klasik dari Jerman. Ia dipandang sebagai salah satu komponis yang terbesar dan merupakan tokoh penting dalam masa peralihan antara Zaman Klasik dan Zaman Romantik. Semasa muda, ia adalah pianis yang berbakat, populer di antara orang-orang penting dan kaya di Wina, Austria, tempatnya tinggal. Pada pertengahan 1801, Beethoven menyadari bahwa daya pendengarannya mulai berkurang akibat otoslerosis. Betapa sedihnya Beethoven karena penyakit yang dialaminya. Kesedihannya memang wajar karena pada saat itu Beethoven sedang dalam puncak kariernya. Karena penyakit ini, Beethoven menjadi depresi dan dia menjadi semakin minder dalam pergaulan sosial. Pada tahun 1802, Beethoven keluar dari kemuramannya. Dia melanjutkan membuat komposisi demi komposisi. Pada tahun 1805 menggubah �Sinfonia Eroica�composta per festiggiare il sovvenire de un grand� uomo� yang berarti �Simfoni eroika, ditulis untuk mengenang seseorang yang agung�. Dengan simfoni Eroica, Beethoven memperlihatkan sikap yang mau berjuang dari masa depresinya dan tak mau kalah oleh penyakit. Walau ketuliannya semakin parah dan pada 1817 ia menjadi tuli sepenuhnya sehingga ia tak lagi bisa bermain dalam konser, namun Beethoven terus mencipta musik, dan pada masa ini terciptlah sebagian karya-karyanya yang terbesar. [Dikutip dari Wikipedia : Ludwig van Beethoven]
Saudaraku, mungkin saat ini saudara ada dalam kondisi yang tidak menyenangkan atau saudara sedang menderita karena penyakit pada tubuh bahkan menderita oleh rupa-rupa pergumulan. Semua itu seakan hendak menghentikan gerak langkah hidup Saudara, bahkan juga hendak merenggut semangat hidup Saudara untuk melanjutkan perjalanan di dalam dunia ini. Sebagai manusia daging, bagaikan terluka oleh suatu irisan benda tajam, kita menjerit, kita menangis, kita mengeluh, bahkan berhenti untuk melakukan sesuatu karena derita yang ditimbulkannya. Beethoven mengecap rasa itu. Semangat untuk maju seakan tidak ada gunanya lagi. Penderitaan seakan berhasil menggagalkan tujuan hidup kita. Akan tetapi saat ini firman Tuhan berkata kepada kita, "Jangan Berhenti". Sodom dan Gomora memang harus dimusnahkan oleh TUHAN, tetapi hidup orang-orang yang dikenan-Nya harus terus berjalan. 'Berhenti' hanya akan menghisap kita ke belakang, kepada penderitaan itu sendiri, sebagaimana dialami oleh isteri Lot. Ia bukan saja memandang penderitaan itu bahkan mati bersama penderitaan itu (Kej 19:26).
Segala sesuatu bisa terjadi di dalam hidup kita. Segala penderitaan boleh saja menjadi bagian dari diri kita. Bahkan ada saat-saat di mana oleh kedagingan kita, kita menjadi lemah dan putus asa. Bethoven bahkan mengalami masa depresi karena ketuliannya. Tetapi mari ingat firman Tuhan ini, berhenti sama artinya dengan mati. Jika Beethoven tidak bangkit dan berjalan kembali, maka karya-karyanya yang dikatakan terbesar itu tidak akan pernah ada. Sekalipun ia masih hidup, tetapi bila ia berhenti berkarya, itu sama artinya ia tidak ada lagi. Sebab itulah karunia yang diberikan Tuhan kepadanya yang harus terus dihidupkan dalam dirinya sekalipun jiwa dan raganya seakan hendak bersatu menghentikan rencana Tuhan di dalam hidupnya.
Kita harus mengingat firman ini, bahwa Tuhan menginginkan kita terus berjalan sebab Ia menginginkan kita tetap hidup dan melakukan apa yang sesungguhnya ada pada diri kita masing-masing, yaitu sesuatu atau hal-hal yang sudah dikaruniakan-Nya kepada kita untuk kita kerjakan di dalam dunia ini. Ia menginginkan kita hidup, bukan mati! Jangan biarkan penderitaan membujuk bahkan hendak mematikan hidup kita selagi kita masih hidup. Sakit penyakit dan segala pergumulan adalah bayang-bayang kegelapan yang hendak menarik kita dari masa depan kita ke dalam penderitaan itu sendiri. Oleh karena itu dengan penuh kasih, Bapa berfirman kepada kita, "Jangan berhenti". Masih ada yang dapat kita lakukan. Kenalilah kekuatan yang dikaruniakan Allah pada diri kita masing-masing. Mulailah melangkah. Walau tubuh kita lemah, walau batin kita terluka dan hancur, walau segala sesuatu tampak tak berpihak kepada kita, sesungguhnya kita tidak pernah sendirian dan tidak akan pernah ditinggalkan. Ia, Yesus Kristus, ada bersama kita. Tetapi Ia membutuhkan hati kita untuk mempercayakan kekuatan kita kepada-Nya.
Saudaraku, akan ada waktunya bagi kita untuk mati. Bapa sudah punya waktu-Nya untuk kita. Karena itu jangan mati sebelum waktu itu berlaku bagi kita. Mungkin Saudara berkata, penyakit saya ini penyakit mematikan dan saya telah kepayahan dengan derita ini, apalagi yang dapat saya lakukan? HIDUP, itu yang masih bisa Saudara lakukan. Jangan berhenti untuk hidup, sebab terkadang bayang-bayang kematian oleh segala diagnosa medis dan pengalaman penderitaan yang sama dialami oleh orang lain sekan-akan sudah menjadi kepastian untuk diri kita di dalam pikiran kita. Itulah yang membunuh hidup kita, bukan penyakit itu sendiri, atau bukan pergumulan itu sendiri. Atau, jika Saudara sudah begitu yakin bahwa Saudara sudah tidak punya harapan lagi untuk melanjutkan hidup Saudara atau bahwa Saudara sudah yakin bahwa Saudara akan mati besok, maka jika demikian, yang Saudara pikirkan saat ini adalah bukan lagi soal kematian itu, tetapi soal HIDUP yang masih sementara Saudara kecap detik ini, saat ini, hari ini. Jangan berhenti untuk HIDUP, kalau toh Saudara seakan dapat memastikan bahwa besok Saudara mati. Mengapa Saudara harus mati hari ini sementara nanti besok baru Saudara mati? Jika Saudara seakan begitu tahu bahwa 1 detik di depan, Saudara akan mati, maka hiduplah di detik ini!
Yang saya maksudkan berdasarkan firman Tuhan ini adalah jangan berhenti selagi Saudara belum ditetapkan untuk berhenti oleh Dia penguasa atas tubuh, jiwa dan roh Saudara. Jangan mati sebelum Saudara ditetapkan untuk mati. Apapun penderitaan Saudara detik ini, jika Saudara masih membaca renungan ini, berarti Saudara masih hidup. Dan karena Saudara masih hidup, itu berarti Saudara masih terus mendapat perintah untuk 'Jangan Berhenti' melainkan terus melangkah bahkan larilah sampai nanti Ia sendiri mengatakan, 'Selesai'. Selama Saudara masih hidup, itu berarti harapan untuk hidup itu ada. Tuhan tidak akan membiarkan Saudara tetap hidup tanpa harapan, sebab Ia tidak menginginkan Saudara dan saya mati sebelum Ia menetapkan itu bagi kita. Jadi selagi kita masih hidup, maka sungguh ada jalan keluar bagi semua persoalan hidup kita, ada harapan bagi harapan kita. Maka, 'Janganlah Berhenti'! .--**HEP**
0 komentar:
Posting Komentar