Letih dari kerja seharian, seorang ayah disambut anaknya, gadis kecil yang cantik. Ia mengikuti langkah ayahnya memasuki rumah. "Ayah, berapa gaji ayah selama satu jam bekerja?", suara tanya gadis kecilnya menggema memenuhi ruangan yang tampak sunyi seakan tak berpenghuni. Sang ayah tidak memberikan jawaban. "Ayah, berapa ...", belum selesai kalimatnya, "Kenapa kamu menanyakan itu?", sahut ayahnya balik bertanya. "Aku hanya ingin tahu", jawab si anak penuh harap. "$20.00 per jam", jawab sang ayah. Gadis kecilnya terdiam, tampak berpikir. "Kenapa? Mengapa kamu menanyakan itu?", kembali sang ayah bertanya, penasaran. "Boleh tidak, ayah meminjamkan Ade uang $10.00?", menatap ayahnya dengan sinar mata berbinar seakan hendak meraih sesuatu yang lama diidamkannya.
Tetapi ayanya menjawab, "Untuk apa uang sebesar itu untukmu? Bukankah ayah dan ibu selalu memberikan uang jajan yang cukup setiap bulannya? Untuk kebutuhan sekolah juga 'kan sudah ayah berikan tersendiri", jelas pengantar sang ayah untuk mengatakan, "Tidak. Itu jawaban ayah. Sekarang Ade bermain, ayah lelah. Sebentar lagi ayah harus menghadiri suatu acara. Ijinkan ayah istirahat ya?", sambil berlalu, "Oya, ibumu belum pulang?". Hening sejenak lalu, "Belum", gadis kecil itu menjawab dengan suara yang hampir tidak kedengaran dan dengan langkah lesu ia pun bergerak menuju ke kamarnya.
Tetapi ayanya menjawab, "Untuk apa uang sebesar itu untukmu? Bukankah ayah dan ibu selalu memberikan uang jajan yang cukup setiap bulannya? Untuk kebutuhan sekolah juga 'kan sudah ayah berikan tersendiri", jelas pengantar sang ayah untuk mengatakan, "Tidak. Itu jawaban ayah. Sekarang Ade bermain, ayah lelah. Sebentar lagi ayah harus menghadiri suatu acara. Ijinkan ayah istirahat ya?", sambil berlalu, "Oya, ibumu belum pulang?". Hening sejenak lalu, "Belum", gadis kecil itu menjawab dengan suara yang hampir tidak kedengaran dan dengan langkah lesu ia pun bergerak menuju ke kamarnya.
Sang ayah berbaring di tempat tidurnya. Hasrat beristirahat terusik dengan permintaan gadis kecilnya. "Ah, barangkali saja ia hendak membeli sesuatu yang penting", pikirnya. Menyesal tidak memberi kesempatan kepada anaknya untuk menjelaskan maksudnya, sang ayah segera beranjak menuju ke kamar tidur buah hatinya itu. Gadis kecilnya sementara bermain dengan boneka-bonekanya. "Sayang ... maafkan ayah, mungkin kamu membutuhkan sesuatu untuk dibeli. Sekarang sampaikan kepada ayah untuk apa uang $10.00 itu?", kini penuh harap untuk mengobati rasa bersalahnya. Bagaikan cahaya terang yang tiba-tiba muncul di kegelapan, wajah sang anak kembali berbinar, "Ayah mau meminjamkan $10.00 untukku?". "Meminjamkan?", tanya sang ayah, heran. "Iya. Ade akan melunasinya dengan cara, ayah tidak usah memberikan kepadaku uang jajan untuk beberapa waktu ke depan", penuh semangat dan gembira sang anak menjelaskan. "Maksudnya?", sang ayah semakin tak mengerti. Gadis kecil itu menghampiri lemari di sisi tempat tidurnya, ia mengeluarkan sebuah amplop berwarna putih, menggenggam amplop itu di kedua telapak tangannya yang kecil lalu duduk di sisi sang ayah, "Selama ini ayah dan ibu selalu memberi uang jajan kepada Ade. Sekarang jumlahnya sudah $10.00. Kalau begitu, Ade hanya memerlukan $10.00 lagi. Nah, kalau ayah mau meminjamkan Ade $10.00, maka jumlahnya genap $20.00". "Lalu?", tanya sang ayah, tak sabar. Sukacita gadis kecil itu mengurai maksudnya, "Ade mau memberikan $20.00 ini kepada papa, agar papa boleh 1 jam bersamaku besok ......" ***
0 komentar:
Posting Komentar