Minggu, 23 Oktober 2016

Bukuku | MENGEJAR HARTA TERPENDAM



Penerbit BPK Gunung Mulia, 162 Halaman, 14,5 x 21 cm. Harga : Rp. 60.000,- (diluar ongkos kirim).

Manusia adalah makhluk yang gampang beradaptasi. Ambillah contoh saat listrik padam. Pada awalnya, kita tidak akan melihat apa-apa karena keadaan gelap gulita. Sesaat kita akan diam terpaku. Namun, lama kelamaan mata kita mulai beradaptasi dengan kegelapan dan kita pun mulai dapat bergerak di dalam kegelapan itu.

Demikianlah halnya dengan dosa. Ketika pertama kali berbuat dosa kita akan merasa takut. Kedua kalinya, ketiga, keempat, dan seterusnya kita mulai merasa aman dan nyaman melakukannya. Bahkan mungkin tidak menyadari bahwa kita telah berbuat dosa.

Diterangi oleh firman Tuhan, "Mengejar Harta Terpendam" menjelaskan tentang orang bodoh:

  1. Orang yang tinggal di dalam dosa
  2. Orang yang menyimpan amarah dan membiarkannya meledak.
  3. Orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri.

Supaya kita tidak dalam golongan inj, penulis mengajak kita untuk semakin mendalami dan membaca Alkitab dengan tekun.

Oleh karena itu buku ini diberi judul "Mengejar Harta Terpendam" berdasar pada Amsal 2:1-6:

"Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah. Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian."--

Kontak Pemesanan:
engglinahp@yahoo.com

Hal Persembahan | Tulis Nama atau NN (No Name)?


Tanya:
Apa maksud hatimu menulis namamu di Sampul Persembahanmu?



Jawab:
untuk kepentingan data administrasi keuangan gereja.

Tanya:
Benarkah hanya untuk itu? Kalau nama Anda tidak tertulis dalam laporan keuangan atau tidak terbaca dalam warta jemaat, apa tanggapan Anda?

Jawab:
Saya akan menemui pengelola keuangan guna mengkonfirmasikan hal itu.

Tanya:
Mengapa Anda harus mengkonfirmasikan hal itu?

Jawab:
Guna kepentingan pertanggungjawaban mereka, sebab mereka hanya manusia biasa yang bisa melakukan kesalahan dalam pendataan / pewartaan.

Tanya:
Bagaimana pikiran Anda terhadap pihak pengelola saat nama Anda tidak tercantum / terwarta, apakah Anda mencurigai ada penyalahgunaan kepercayaan di situ.

Jawab:
Wah, saya tidak ada pikiran ke situ. Saya mengoreksi, bukan mencurigai.

Tanya:
Bagaimana rasa hati Anda saat nama dan persembahan Anda tidak tercantum / terwarta? Apakah Anda marah?

Jawab:
Tidak ada yang harus sampai ke hati saya karena itu. Itu hanya sampai di pikiran saya untuk maksud koreksi. Lalu apa dasarnya saya harus marah? Tujuan uang itu untuk Tuhan. Saya memberikan bukan untuk dilihat atau diketahui orang bahwa saya ada memberi atau bahwa jumlah pemberian saya besar. Saya memberi bukan untuk dipuji orang. Kalau pihak pengelola menyelewengkan kepercayaan Tuhan yang Ia berikan kepada mereka, mereka berurusan dengan Tuhan.

Tanya:
Sekali lagi saya bertanya, ketika nama dan persembahan Anda tidak tercantum / terwartakan, apakah Anda kecewa karena jemaat lain jadi tidak tahu bahwa Anda juga memberi bahkan pemberian Anda jumlahnya besar?

Jawab:
Kenapa mereka harus tahu? Uang itu bukan untuk mereka. Itu untuk Tuhan. Cukup saya dan Tuhan yang tahu. Yang memberi tahu kepada mereka adalah pengelola uang itu guna pertanggungjawaban mereka kepada Tuhan atas kepercayaan untuk itu. Memang itulah bagian mereka, bagian saya hanya MEMBERI.

Dari bentuk tanya jawab di atas kiranya jelas, bahwa HAL PERSEMBAHAN ADALAH HAL SIKAP HATI.

"Apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. " (Mat 6:2).

Perhatikan kata-kata: "Seperti orang munafik" .... " supaya mereka dipuji orang" = INVESTIGASI MOTIFASI MEMBERI. Peringatan ini untuk ORANG MUNAFIK, YANG MEMBERI SUPAYA DIPUJI ORANG.

Bila tidak munafik untuk dipuji, maka dicanangkan pun APA MASALAH? Tapi ada lagi pertanyaan: "Mengapa dicanangkan? Apa maksud Anda mencanangkan? --- TUNTAS sampai ke akarnya, yakni HATI. Harus benar-benar murni. Karena TUGAS MENCANANGKAN adalah TUGAS PENGELOLA, BUKAN PEMBERI.

Tapi kalau hatimu sendiri mau dicanangkan supaya orang dengar, dan saat dibacakan hatimu seperti terangkat tinggi, senang sekali dan bangga, maka kata Tuhan: "Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (Mat. 6:2). Apa upahnya? PUJIAN. Tidak ada upah dari Tuhan atas persembahanmu itu, karena kamu sudah terima tujuan dari pemberian persembahanmu itu, yakni DIPUJI ORANG.

Jadi haruskah NN?
TIDAK, kalau motivasi memberi persembahan itu murni. Karena ayat-ayat serupa ini di dalam Alkitab tidak menyuruh orang menutup data dengan mencantumkan "NN" pada sampul persembahan, tapi memurnikan hati dalam memberi.

Karena adalah tidak ada bedanya jika NN dengan terpaksa guna untuk supaya dianggap itulah yang BENAR, sementara hati masih menginginkan untuk sebaiknya diketahui orang. SAMA SAJA, karena UANG KITA TIBA DI PENGELOLA, HATI KITA TIBA TUHAN. Spt apa/bagaima ["p?? (pos) - dlm persembahan janda yang miskin - Mrk 12:41] hati tiba di Tuhan, itulah yang menjadi perhatian TUHAN.

Demikian.-- Shalom, HEP.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India