Selasa, 16 Juni 2015

Kekuasaan Mengusahakan dan Memelihara

Relasi Manusia Dengan Ciptaan Lainnya | 2

Manusia bukan saja beroleh kekuasaan untuk mengusahakan bumi dan ciptaan lainnya, tetapi juga memeliharanya dengan bobot kekuasaan yang sama.
Kejadian 2:15 TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.


Pemeliharaan yang dimaksud oleh Allah ditunjukkan-Nya dalam perintah-Nya kepada Nuh untuk memasukkan binatang-binatang ke dalam bahtera secara berpasangan, jantan dan betina, supaya terpelihara hidup keturunannya;
Kejadian 7:2-3 -- 7:2 Dari segala binatang yang tidak haram haruslah kauambil tujuh pasang, jantan dan betinanya, tetapi dari binatang yang haram satu pasang, jantan dan betinanya; 7:3 juga dari burung-burung di udara tujuh pasang, jantan dan betina, supaya terpelihara hidup keturunannya di seluruh bumi.
dan kepada umat-Nya untuk tidak merusak pepohonan dengan menebang pohon-pohon sembarangan seakan pohon adalah musuh manusia. Pagar tidak boleh dibuat dari pohon yang menghasilkan, karena pohon yang menghasilkan makanan adalah untuk manusia itu sendiri :
Ulangan 20:19-20 -- 20:19 Apabila dalam memerangi suatu kota, engkau lama mengepungnya untuk direbut, maka tidak boleh engkau merusakkan pohon-pohon sekelilingnya dengan mengayunkan kapak kepadanya; buahnya boleh kaumakan, tetapi batangnya janganlah kautebang; sebab, pohon yang di padang itu bukan manusia, jadi tidak patut ikut kaukepung. 20:20 Hanya pohon-pohon, yang engkau tahu tidak menghasilkan makanan, boleh kaurusakkan dan kautebang untuk mendirikan pagar pengepungan terhadap kota yang berperang melawan engkau, sampai kota itu jatuh."
Tidak ada perbedaan kapasitas kekuasaan untuk mengusahakan dan kekuasan untuk memelihara. Namun pada kenyataannya terjadi kepincangan dalam manifestasi kekuasaan itu, yakni manusia cenderung lebih menggunakan kuasa mengusahakan dari pada kuasa memelihara. Kekuasaan mengusahakan tidak seimbang dengan upaya manusia mengusahakan kelanjutan hidup alam dan ciptaan lainnya. Ini justru menjadi bumerang bagi diri manusia itu sendiri, karena seluruh ciptaan TUHAN memiliki keterikatan manfaat yang saling menghidupkan satu dengan yang lain (mutualisma simbiosis).
Kejadian 1:29-30 -- 1:29 Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. 1:30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya." Dan jadilah demikian.
Imamat 11:2-3 -- 11:2 "Katakanlah kepada orang Israel, begini: Inilah binatang-binatang yang boleh kamu makan dari segala binatang berkaki empat yang ada di atas bumi: 11:3 setiap binatang yang berkuku belah, yaitu yang kukunya bersela panjang, dan yang memamah biak boleh kamu makan.
Ibrani 6:7 Sebab tanah yang menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, dan yang menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya, menerima berkat dari Allah;
Mazmur 104:14 Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah.
Amos 9:14 Aku akan memulihkan kembali umat-Ku Israel: mereka akan membangun kota-kota yang licin tandas dan mendiaminya; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan minum anggurnya; mereka akan membuat kebun-kebun buah-buahan dan makan buahnya.
Tetapi yang terjadi, - misalnya � manusia tak ingin menginjak tanah, tanah disemen, padahal ia dari tanah dan akan kembali ke tanah. Tanah tak dapat bernafas lega lagi karena diselimutkan semen oleh manusia. Tanah tak dapat berinteraksi dengan tumbuhan, hewan, udara, langit dan matahari. Air menjadi kering. Awan menjadi tak berisi. Lalu manusia mengeluh tentang perubahan iklim alam. Padahal sebabnya ada di dirinya. Tanaman dan tumbuh-tumbuhan tergusur, makin terhimpit tembok-tembok gedung terus menepi ke pinggir jurang kepunahan. Tak ada tempat lagi bagi mereka di halaman rumah manusia. Rumput pun menjerit. Mereka dianggap sampah. Gangguan untuk kaki dan mata manusia. Terbabat habis hingga ke akarnya. Padahal yang dibabat menyimpan kehidupan untuk manusia itu di hari esoknya. Hewan-hewan ketakutan. Bukan karena menolak takdir untuk dikonsumsi manusia, tetapi karena mereka kehilangan anak cucunya sebelum mereka ada di kandungan induknya. Begitu memperihatinkan. 

Manusia tidak lagi menjadi pemelihara tetapai pemusnah ciptaan TUHAN lainnya. Namun ironisnya, ketika alam bergejolak, yang tiba pada manusia sebagai perubahan yang mengancam, bencana demi bencana, fenomena demi fenomena, manusia menjerit, mengeluh, berlagak kuatir dan akhirnya ketakutan. Tetapi siapakah penyebabnya? Allah? Manusia rupanya perlu cermin. Karena semua itu adalah akibat dari ulah manusia itu sendiri, yang hanya tahu mengusahakan, namun tak sudi memelihara alam dan ciptaan lainnya yang dipercayakan TUHAN kepadanya. Mengusahakan tanpa memelihara menjadi malapetakan bagi kita sendiri.--**HEP**

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India