Menjawab Pertanyaan Anak (3)
Mengenai Manusia Penyandang Cacat Tubuh
Selalulah berdoa terlebih dahulu sebelum menjelaskan segala sesuatu kepada anak.
Pertanyaan 1:
Mengapa TUHAN menciptakan manusia yang menyandang cacat pada tubuhnya?
Penjelasan :
Pertama
TUHAN Allah berkuasa atas segala ciptaan-Nya. Kalau TUHAN Allah berkenan menciptakan manusia yang tak bercacat tubuh, itu hak Allah. Kalau Ia berkenan menciptakan manusia yang memiliki cacat pada tubuhnya, itu juga adalah hak Allah. Ia yang memutuskan apa yang hendak diciptakan-Nya dan Ia juga yang memutuskan seperti apa bentuk dan rupa ciptaan-Nya itu - di sini anak dirarahkan untuk memandang TUHAN Allah adalah Allah Yang Mahakuasa dan memiliki otoritas penuh dan mutlak atas karya cipta-Nya.
Yesaya 46:9-11 --- (9) Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, (10) yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan, (11) yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusan-Ku dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya.
Kedua
Apapun juga bentuk dan rupa ciptaan-Nya, satu hal yang pasti adalah "segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik" (Kej 1:31) dalam pandangan-Nya. Tetapi apa yang dipandang baik oleh Allah tidak selalu, bahkan lebih sering, dipandang tidak baik oleh manusia. Mengapa? Karena manusia hanya dapat memandang apa yang kelihatan di depan mata.
1 Samuel 16:7 Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."
Manusia tidak dapat memahami pikiran Allah dan rencana Allah.
Mazmur 139:17 Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!
Yesaya 55:8-9 --- (8) Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. (9) Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.
Walau begitu, TUHAN Allah menyampaikan kepada kita bahwa segala yang Ia kerjakan bagi kita bukan dengan tujuan hendak mencelakakan kita, melainkan untuk suatu damai sejahtera yang tidak dapat diberikan oleh dunia ini.
Yeremia 29:11 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Yohanes 14:27 Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.
Laksana mutiara di dalam kerang, seringkali keindahan maksud Allah terlihat dalam kemasan yang tidak kita sukai. Kita memandang itu jelek atau buruk, karena kita hanya dapat melihat sebatas apa yang dapat kita lihat dan kita rasakan. Padahal dibalik semua itu, yakni yang tidak kita lihat, ada mutiara yang berharga bagi kita.
Demikian pula dengan manusia yang diciptakan TUHAN Allah dengan cacat tubuh. Manusia memandang itu jelek atau buruk. Manusia memandang itu kurang atau tidak sempurna. Mengapa? Karena hanya itu yang dapat manusia lihat. Orang-orang yang bercacat tubuh menjadi berbeda di mata manusia karena mereka hidup bersanding dengan manusia-manusia yang tidak bercacat tubuh. Tapi perbedaan itu hanya ada di pandangan kita manusia, karena - sekali lagi - hanya itu yang dapat manusia lihat. Apakah mereka juga tampak berbeda di mata TUHAN? TIDAK. Karena Ia dapat melihat apa yang kita tidak dapat kita lihat, yakni rancangan-Nya yang indah bagi mereka yang terlihat kurang di mata manusia.
Jadi, jika anak bertanya mengapa ada manusia yang tidak memiliki cacat pada tubuhnya dan ada manusia yang bercacat tubuh, maka kita harus menjawab bahwa baik manusia bercacat tubuh atau tidak, dalam pandangan TUHAN semua "sungguh amat baik" (Kej 1:31 - dikutip di atas). TUHAN punya rancangan-Nya sendiri terhadap semua yang diciptakan-Nya, baik bercacat tubuh atau tidak, rancangan TUHAN itu adalah rancangan yang indah, bukan rancangan yang hendak mempermalukan atau menghinakan ciptaan-Nya, buah pikiran dan karya-Nya sendiri!! Ketika TUHAN Allah sendiri telah membuat seseorang yang bercacat tubuh itu menjadi ada di dalam dunia ciptaan-Nya, itu berarti ia adalah "sungguh amat baik" sama "sungguh amat baik"-nya dengan manusia lainnya, karena camkanlah firman TUHAN yang sudah diulang-ulang di sini, bahwa SEMUA YANG SUDAH TERCIPTA OLEH ALLAH ADALAH "SUNGGUH AMAT BAIK" (Kej 1:31).
Kalau begitu, jika TUHAN Allah saja memandang ia "sungguh amat baik", maka siapa kita ini sehingga kita dapat memandang orang yang bercacat tubuh itu buruk, jelek, kurang atau tidak sempurna? Lagipula, siapapun juga yang memandang hina ciptaan TUHAN adalah sama artinya menghina KARYA ALLAH itu sendiri. Karena manusia bercacat tubuh sama seperti manusia tak bercacat tubuh dibentuk oleh tangan TUHAN Allah sendiri di dalam kandungan ibunya.
Mazmur 139:13 Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.
Yesaya 44:2 Beginilah firman TUHAN yang menjadikan engkau, yang membentuk engkau sejak dari kandungan dan yang menolong engkau.
Maka siapakah yang berani mengatakan bahwa hasil karya-Nya itu buruk, jelek dan tidak sempurna?
Lalu mengapa TUHAN Allah membentuk manusia dengan memiliki kekurangan dibandingkan dengan manusia-manusia lainnya? Jawabnya sudah diuraikan di atas yakni bahwa TUHAN punya rancangan-Nya sendiri. Ia punya maksud-Nya sendiri dan itu INDAH. Bahkan sekalipun orang yang bercacat tubuh itu sendiri mengatakan 'itu tidak indah' atau dengan kata lain ia dapat menerima cacat pada tubuhnya ataupun tidak, ia tetap berharga di mata TUHAN, sebab ia karya-Nya, ia hasil pikiran Allah sendiri, ia buah hati Allah - buah cinta kasih Allah, ia "sungguh amat baik" di mata TUHAN.
Pertanyaan 2 :
Mengapa banyak orang yang memandang bahwa orang bercacat tubuh itu adalah karena dosa?
Penjelasan :
Ini juga adalah pertanyaan murid-murid Yesus ketika mereka melihat seorang yang buta sejak lahirnya:
Yohanes 9:1-2 --- (1) Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. (2) Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"
Lalu apakah jawab Yesus?
Yohanes 9:3 Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.
Pertama
Siapa yang berani menunjuk orang lain berdosa? "Karena tidak ada manusia yang tidak berdosa" (1 Raj 8:46), maka tidak ada satupun manusia yang berhak menunjuk manusia lainnya berdosa (ingat kisah perempuan yang kedapatan berzinah dlm Yoh 8). Akan tetapi setiap manusia wajib memeriksa dirinya sendiri di hadapan Allah. Setiap manusia harus mengoreksi hidupnya di hadapan Allah!
Yeremia 2:35 "Engkau berkata: Aku tidak bersalah! Memang, murka-Nya telah meninggalkan aku! Sesungguhnya Aku akan membawa engkau ke pengadilan, oleh karena engkau berkata: Aku tidak berdosa!"
1 Yohanes 1:10 Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.
2 Korintus 13:5a Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu!
Bahwa setiap orang atau orang itu sendirilah yang akan memeriksakan dirinya sendiri di hadapan Allah, bukan orang lain yang sok tahu mengukur dosa seseorang. Bahwa kepada semua orang tanpa terkecuali firman TUHAN memperingatkan untuk tidak memandang diri suci apalagi lebih suci dari orang lain.
Matius 7:3-5 --- (3) Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (4) Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. (5) Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
Jadi baik yang tidak bercacat tubuh maupun bercacat, semuanya harus memeriksa dirinya di hadapan Tuhan. Biarkan orang yang bercacat tubuh itu dan orang tuanya memeriksa diri mereka sendiri. Dan biarkan kita yang tidak bercacat tubuh dan orang tua kita memeriksa diri kita sendiri pula.
Tetapi kepada orang-orang yang tidak bercacat tubuh dan hendak menilai apa kaitannya cacat tubuh pada diri seseorang dengan Tuhannya, maka Tuhan Yesus menjawab bahwa ia cacat supaya "PEKERJAAN-PEKERJAAN ALLAH HARUS DINYATAKAN DI DALAM DIA". (Yoh 9:2), yakni TUHAN Allah hendak menyatakan kemuliaan-Nya di dalam Yesus Kristus kepada orang buta itu (secara kontekstual bacaan ini menunjuk kepada mujizat yang akan diberlakukan kepada orang buta itu, yakni Yesus Kristus mencelikkan mata orang itu).
Di dalam kekurangan yang dimiliki secara fisik oleh manusia, TUHAN Allah mau menyatakan kebesaran-Nya dan kemahakuasaan-Nya di dalam dunia ini dan di dalam diri orang itu sendiri, "sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2 Kor 12:9). TUHAN Allah mau mencelikkan mata orang-orang yang tidak buta, bahwa mata yang sesungguhnya celik adalah mata yang dapat melihat Allah di dalam hidupnya. Kepada manusia TUHAN Allah hendak menyatakan bahwa hidup dan bertahannya hidup manusia ada di tangan Penciptanya.
Mazmur 138:7 Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu, dan tangan kanan-Mu menyelamatkan aku.
Yesaya 40:7 Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan nafas-Nya.
Dengan demikian, kepada anak jelaskanlah, bahwa manusia tidak berhak menilai dosa orang lain, termasuk tidak berhak untuk mengatakan bahwa orang yang cacat tubuhnya itu adalah karena dosa. Hanya TUHAN Allah saja yang memiliki hak untuk menetapkan dan meilai dosa-dosa manusia. Walau begitu, setiap orang, entah dia cacat tubuh atau tidak, wajib mengoreksi dirinya di hadapan Tuhan. Setiap orang harus memperbaiki hidupnya sesuai dengan apa yang berkenan di hadapan Tuhan, termasuk orang-orang yang memiliki cacat pada tubuhnya. Semuanya harus memperbaiki diri, meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa, dan belajar hidup berkenan kepada Tuhan.
Berikutnya, sampaikanlah kepada anak bahwa bila anak bertemu dengan orang-orang yang memiliki cacat pada tubuhnya, maka anak harus memandang bahwa TUHAN Allah punya rancangan-Nya yang indah terhadap orang itu. Ada pekerjan-pekerjaan Allah yang sedang dikerjakan Allah dalam hidupnya.
Akhirnya
Manusia bercacat tubuh atau tidak, di dalam Kristus semuanya beroleh kasih karunia TUHAN Allah, yakni dilayakkan, dikuduskan dan dibenarkan oleh TUHAN Allah oleh kematian Yesus Kristus di kayu salib dan kebangkitan-Nya. Di dalam Kristus kelayakan, kekudusan dan kebenaran tidak dipandang dari sudut lahiriah, baik penampilan fisik-tubuh manusia maupun perbuatan-perbuatan lahiriah yang tidak lahir dari kemurnian dan kesungguhan hati yang mengasihi Tuhan dan sesama manusia. Yesus dengan terang-terangan menghancurkan kepalsuan rohani yang memandang kelayakkan, kekudusan dan kebenaran yang semata-mata adalah tampilan lahiriah belaka dengan merangkul orang-orang cacat ke dalam persekutuan dengan Dia.
Lukas 14:13 Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta.
Maka kepada anak sampaikanlah, bahwa yang baik, yang indah, dan yang sempurna dalam pandangan Tuhan tidak ditentukan oleh kesempurnaan tubuh manusia (cantik/ganteng/tidak cacat tubuh, dsb). Yang baik, yang indah dan yang sempurna di mata Tuhan ialah manusia yang hidup berkenan kepada Tuhan, yakni manusia yang mau mengasihi Tuhan dan sesamanya manusia.
Matius 22:37-40 --- (37) Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. (39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (40) Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
Jadi sekalipun seseorang itu tidak memiliki cacat pada tubuhnya lagi cantik/ganteng, namun bila ia tidak mengasihi Tuhan dan tidak mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri, maka ia tidak baik, ia tidak indah, ia tidak sempurna, ia CACAT di mata Tuhan. Sebaliknya, sekalipun seseorang itu memiliki cacat pada tubuhnya atau ia tidak cantik/ganteng, namun ia takut akan Tuhan, ia mengasihi Tuhan dan sesamanya manusia, maka ia baik, ia indah, ia sempurna, ia TIDAK CACAT di pandangan Tuhan.
Roma 2:29-29 --- (28) Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. (29) Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.
Sekali lagi, manusia yang tidak mengasihi Tuhan dan mengasihi sesamanya manusia seperti dirinya sendiri, dialah manusia penyandang cacat yang sesungguhnya.
1 Tesalonika 3:13 Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya.--**HEP**
0 komentar:
Posting Komentar